EtIndonesia. Perdana Menteri Cook Islands, Mark Brown, dijadwalkan mengunjungi Tiongkok minggu ini untuk menandatangani perjanjian kemitraan strategis komprehensif. Namun, langkah ini dilakukan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan Selandia Baru, yang selama ini menjadi sekutu tradisionalnya.
Keputusan ini semakin memperkuat kekhawatiran negara-negara Barat mengenai pengaruh Tiongkok yang semakin besar di kawasan Pasifik.
Cook Islands dan Hubungannya dengan Selandia Baru
Cook Islands memiliki hubungan “Free Association” (Asosiasi Bebas) dengan Selandia Baru, yang berarti negara ini memiliki pemerintahan otonom, tetapi tetap memiliki hubungan hukum dan politik yang erat dengan Selandia Baru.
Warga Kepulauan Cook memiliki kewarganegaraan Selandia Baru, serta hak untuk bepergian, bekerja, dan mengakses layanan kesehatan di Selandia Baru.
Secara konstitusional, Selandia Baru juga memiliki tanggung jawab dalam aspek pertahanan, kebijakan luar negeri, dan bantuan bencana bagi Cook Islands. Sebagai contoh, selama pandemi COVID-19, Selandia Baru memberikan bantuan ekonomi sebesar 20 juta dolar Selandia Baru (sekitar Rp 184 miliar) untuk membantu pemulihan ekonomi Cook Islands.
Biasanya, dalam membangun hubungan dengan negara lain, Cook Islands berkonsultasi terlebih dahulu dengan Selandia Baru.
Selandia Baru Tidak Diberitahu
Namun, kali ini, Selandia Baru mengaku tidak mengetahui apa pun tentang kesepakatan ini.
Winston Peters, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Selandia Baru, menegaskan bahwa menurut konstitusi, Cook Islands seharusnya berbagi informasi terkait perjanjian ini. Hingga kini, Pemerintah Selandia Baru belum menerima detail resmi mengenai isi kesepakatan tersebut.
Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, dalam konferensi pers pada Senin, 10 Februari, menyatakan: “Berdasarkan sistem konstitusi kita, kami mengharapkan transparansi dalam diskusi mengenai pertahanan dan keamanan dengan mitra kami. Itu adalah satu-satunya permintaan kami.”
Dia menambahkan bahwa setelah mendapatkan detail perjanjian, Selandia Baru akan menentukan sikap lebih lanjut.
Namun, Mark Brown menanggapi bahwa “Selandia Baru tidak perlu terlibat dalam kesepakatan ini”, karena perjanjian ini tidak menyangkut isu keamanan atau penegakan hukum, sehingga tidak memerlukan persetujuan Selandia Baru.
Kekhawatiran Barat terhadap Pengaruh Tiongkok di Pasifik
Dalam beberapa tahun terakhir, pengaruh Tiongkok di kawasan Pasifik semakin meningkat, yang menjadi sumber kekhawatiran bagi negara-negara Barat.
AS, Australia, dan Selandia Baru telah berupaya mempererat hubungan dengan negara-negara Pasifik guna menahan ekspansi pengaruh Tiongkok. Namun, perjanjian baru yang akan ditandatangani Cook Islands dengan Beijing semakin menambah tekanan diplomatik bagi Selandia Baru.
Kantor Menteri Luar Negeri Winston Peters mengeluarkan pernyataan pada Minggu (9/2), yang menegaskan bahwa Selandia Baru telah berulang kali meminta Cook Islands untuk membagikan isi perjanjian ini, tetapi belum mendapat respons yang memadai.
Sementara itu, dalam wawancara dengan televisi nasional Cook Islands, Mark Brown membantah tuduhan bahwa perjanjian ini ditandatangani secara diam-diam, dengan mengatakan: “Saya sama sekali tidak setuju dengan klaim bahwa kerja sama kami dengan Tiongkok dilakukan secara rahasia.”
Namun, dia tetap tidak mengungkap isi perjanjian tersebut.
Di dalam negeri, perjanjian ini juga mendapat kritik dari oposisi.
Tina Browne, pemimpin Partai Demokrat (Democratic Party), menyatakan kepada Radio 531pn Selandia Baru bahwa warga Cook Islands lebih peduli dengan isu paspor dibandingkan kesepakatan dengan Tiongkok.
Sebelumnya, Pemerintah Cook Islands sempat mengusulkan penerbitan paspor sendiri, tetapi akhirnya membatalkan rencana tersebut. Hingga kini, warga Cook Islands tetap menggunakan paspor Selandia Baru. Pemerintah Selandia Baru menegaskan bahwa paspor Cook Islands hanya bisa diterbitkan jika negara tersebut memilih untuk sepenuhnya merdeka melalui referendum.
Isu Tambang Laut Dalam: Agenda Tersembunyi di Balik Perjanjian?
Menurut Jon Fraenkel, profesor ilmu politik di Victoria University of Wellington, kesepakatan ini mungkin berkaitan dengan tambang laut dalam.
“Saya curiga bahwa Mark Brown sedang mendorong proyek penambangan laut dalam secara agresif,” ujar Fraenkel.
Perairan Cook Islands mengandung deposit logam langka seperti kobalt dan tembaga, yang sangat bernilai untuk industri energi terbarukan, elektronik, dan teknologi hijau.
Dengan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (EEZ) yang luas, Cook Islands memiliki sumber daya kelautan yang signifikan dan berada di jalur perdagangan utama Pasifik.
Jika konflik antara AS dan Tiongkok terjadi di masa depan, Cook Islands bisa menjadi titik strategis penting bagi kedua belah pihak.
Namun, hingga kini, pemerintah Cook Islands belum mengonfirmasi apakah eksploitasi tambang laut dalam merupakan bagian dari kesepakatan ini.
Kesimpulan: Mengapa Kesepakatan Ini Kontroversial?
Kesepakatan antara Cook Islands dan Tiongkok memicu kekhawatiran internasional karena beberapa alasan utama:
- Kurangnya transparansi: Cook Islands tidak memberi tahu Selandia Baru mengenai kesepakatan ini, meskipun memiliki hubungan konstitusional yang erat.
- Meningkatnya pengaruh Tiongkok di Pasifik: Negara-negara Barat khawatir bahwa perjanjian ini akan memperkuat kehadiran Beijing di kawasan yang sebelumnya lebih dekat dengan AS, Australia, dan Selandia Baru.
- Kemungkinan eksploitasi tambang laut dalam: Cook Islands memiliki cadangan mineral laut yang berharga, yang bisa menjadi alasan utama Tiongkok ingin mempererat hubungan dengan negara tersebut.
- Implikasi strategis dalam geopolitik: Jika konflik AS-Tiongkok meningkat, Cook Islands bisa menjadi area yang diperebutkan secara militer dan ekonomi.
Meskipun Mark Brown menegaskan bahwa kesepakatan ini dilakukan untuk kepentingan Cook Islands, Selandia Baru dan negara-negara Barat tetap mengkhawatirkan implikasi jangka panjangnya terhadap keseimbangan kekuatan di kawasan Pasifik.(jhn/yn)