Trump dan Putin Berbicara via Telepon, Sepakat Berunding Soal Gencatan Senjata – AS & Rusia Kembali Adakan Kunjungan Kenegaraan

ETIndonesia.  Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada  Rabu (12/2/2025) mengonfirmasi melalui platform “Truth Social” bahwa ia telah melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Keduanya sepakat untuk mencegah perang Ukraina menyebabkan lebih banyak korban jiwa, serta telah menyetujui kunjungan resmi ke negara masing-masing.

Pembahasan Perang Ukraina, Timur Tengah, dan Isu Global

Dalam percakapan tersebut, Trump dan Putin membahas berbagai isu, termasuk upaya mengakhiri perang Ukraina, situasi Timur Tengah, energi, kecerdasan buatan (AI), serta pengaruh dolar AS.

Kedua pemimpin juga  menyepakati kunjungan kenegaraan satu sama lain, yang akan menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama antara pemimpin AS dan Rusia sejak tahun 2009. Terakhir kali seorang Presiden AS mengunjungi Rusia adalah Barack Obama.

Percakapan langsung antara Trump dan Putin ini dipandang sebagai titik balik dalam hubungan AS-Rusia. Gedung Putih menyatakan bahwa salah satu prioritas utama pemerintahan Trump adalah mengakhiri perang Rusia-Ukraina, dan percakapan ini merupakan langkah penting menuju negosiasi damai.

AS Bentuk Tim Negosiasi untuk Berunding dengan Zelenskyy

Sebagai langkah konkret, Trump telah menunjuk Menlu Marco Rubio, Direktur CIA John Ratcliffe, Penasihat Keamanan Nasional Michael Waltz, dan Utusan Khusus Steve Witkoff sebagai tim negosiasi untuk berdialog dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Namun, pihak Rusia belum secara resmi mengkonfirmasi percakapan ini. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyatakan bahwa hubungan AS-Rusia masih berada di ambang kehancuran. Ia juga menegaskan bahwa Ukraina harus menghentikan upaya bergabung dengan NATO dan menarik pasukan dari empat wilayah yang telah dikuasai Rusia, jika ingin perang berakhir.

Sikap Ukraina: Siap Berunding, Tapi dengan Syarat

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik peluang negosiasi, namun dengan sikap hati-hati. Dalam wawancara dengan Reuters, ia menyatakan bahwa selama AS dan Eropa tetap mendukung Ukraina, ia bersedia berdialog dengan Rusia. Namun, ia menekankan bahwa Ukraina tidak boleh dimarginalkan, karena jika demikian, negosiasi akan sia-sia.

Kami akan terus memberikan pembaruan terbaru mengenai hubungan AS-Rusia serta perundingan damai Rusia-Ukraina. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS