EtIndonesia. Dalam kunjungan perdananya ke kawasan Timur Tengah, Menlu AS, Marco Rubio, bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Netanyahu, dalam sebuah pertemuan penting yang menegaskan dukungan penuh Amerika Serikat terhadap operasi militer Israel di Jalur Gaza. Rubio menekankan bahwa AS berkomitmen untuk mendukung target militer Israel dan menyatakan bahwa keberadaan Hamas, baik sebagai kekuatan militer maupun pemerintahan, tidak dapat dibiarkan karena merupakan hambatan utama bagi terciptanya perdamaian di kawasan tersebut.
Pertemuan Strategis di Tengah Upaya Gencatan Senjata
Pertemuan antara Rubio dan Netanyahu berlangsung saat perjanjian gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas memasuki tahap akhir periode pertama. Rencana tahap kedua dari perjanjian ini mencakup syarat agar Hamas melepaskan sandera yang masih ditahan, sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina, serta penyusunan perjanjian gencatan senjata permanen. Hingga saat ini, negosiasi terkait klausul-klausul penting tersebut belum dimulai.
Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Netanyahu menyambut baik dukungan tegas AS, sekaligus memperingatkan Hamas. Netanyahu menyatakan bahwa jika sandera yang diculik dalam serangan pada Oktober 2023 tidak segera dibebaskan, Israel akan mengambil tindakan militer yang lebih keras. Dia juga menyoroti opsi penyerahan dan kemungkinan pelarian bagi para pemimpin Hamas, meskipun tawaran tersebut telah ditolak.
Rencana Kontroversial Presiden Trump dan Reaksi Regional
Di sisi lain, Presiden AS, Trump, mengusulkan rencana kontroversial untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza ke negara tetangga, serta merencanakan pembangunan kembali Gaza dengan peran aktif AS. Rencana tersebut menuai penolakan dari sejumlah negara Arab, namun strategi ini terus disinergikan oleh Netanyahu dan Trump dalam upaya mereka mengatasi persoalan di Gaza.
Mesir, sebagai salah satu pemain kunci di kawasan, telah mengumumkan penyelenggaraan KTT Arab pada 27 Februari 2025. KTT ini diharapkan dapat membahas usulan baru untuk rekonstruksi Gaza, yang bertujuan menghindari perpindahan massal penduduk. Sementara itu, Rubio juga dijadwalkan mengunjungi Uni Emirat Arab dan Arab Saudi untuk mendorong perdamaian dan memperkuat kerjasama kawasan, meskipun tidak ada agenda pertemuan dengan pejabat Palestina.
Senjata Berat untuk Israel: Bom MK-84 Kembali Diekspor
Dalam perkembangan terkait kerjasama pertahanan, Departemen Pertahanan Israel mengumumkan bahwa Israel telah menerima kiriman bom berat MK-84 dari Amerika Serikat. Langkah ini terjadi setelah Presiden Trump mencabut larangan pengiriman amunisi kepada Israel yang sebelumnya diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Biden.
Dilansir Reuters, bom MK-84 seberat 2000 pound ini merupakan bom tidak berpemandu yang dirancang untuk menembus beton dan logam tebal, dengan kemampuan menghasilkan ledakan besar. Pemerintahan Biden sempat menolak pengiriman bom tersebut karena kekhawatiran atas dampaknya di daerah padat penduduk, khususnya di Jalur Gaza. Namun, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sebagian pengiriman bom berat ditahan, hingga akhirnya larangan tersebut dicabut oleh Trump.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa persenjataan yang tiba merupakan aset strategis penting bagi Angkatan Udara dan Pasukan Pertahanan Israel, sekaligus menjadi bukti kuat dari aliansi pertahanan yang kokoh antara Israel dan Amerika Serikat.
Kesimpulan
Kunjungan Rubio ke Timur Tengah sekaligus pencabutan larangan pengiriman bom oleh Trump menunjukkan sinergi strategis antara AS dan Israel di tengah dinamika konflik yang terus berlangsung di kawasan. Dengan dukungan penuh terhadap target militer Israel dan penolakan tegas terhadap keberadaan Hamas, langkah-langkah ini diharapkan dapat membuka jalan bagi terciptanya perdamaian di wilayah yang telah lama dilanda konflik.