EtIndonesia. Dalam situasi yang semakin memprihatinkan, pandemi di Tiongkok menunjukkan gejala perubahan yang drastis. Berbagai laporan mengungkapkan bahwa di sejumlah daerah, fasilitas krematorium kewalahan menangani lonjakan kematian mendadak. Informasi yang dikumpulkan dari media sosial dan berbagai sumber di dalam negeri mengindikasikan bahwa kejadian ini bukanlah sekadar isu kecil.
Kejadian Mengerikan di Tengah Pandemi
Pada 7 Februari lalu, mantan jurnalis Zhao Lanjian menyampaikan kabar mengejutkan dari dalam negeri. Menurut laporannya, seorang netizen mengonfirmasi bahwa dua kurir pengantar tiba-tiba pingsan dan tidak sempat diselamatkan, yang kemudian langsung dinyatakan meninggal dunia. Zhao mengungkapkan bahwa kasus serupa telah muncul di berbagai platform media sosial, membuat banyak warga merasa seolah kembali ke masa pandemi besar.
“Sekarang, kematian mendadak sudah terlalu sering terjadi,” ujar salah seorang netizen. Ia menuturkan pengalamannya saat mengunjungi rumah sakit darurat, di mana di sebelahnya terlihat seorang wanita berusia 30-an menangis karena kehilangan pasangan yang dinyatakan tidak dapat bangun setelah semalam bekerja keras.
Bahkan, kabar tentang remaja berusia 17 tahun yang tiba-tiba terserang serangan jantung telah membuat banyak keluarga hancur karena kehilangan anggota keluarga secara mendadak.
Kondisi Fasilitas Kesehatan dan Krematorium yang Kritis
Di Tangshan, Hebei, seorang warga bernama Hua mengatakan bahwa situasi di rumah sakit sudah ibarat pasar yang penuh sesak.
“Jenazah pun tidak bisa segera dikebumikan atau dikremasi. Di desa kami, kematian sudah terjadi begitu banyak sehingga untuk mengurus jenazah pun harus mencari tenaga tambahan. Rasanya seperti menghadapi kiamat,” ujarnya.
Di Kabupaten Jinzhai, Lu’an, Provinsi Anhui, Zhang Xiong yang bergerak di bidang penguburan jenazah mengungkapkan bahwa setiap hari terjadi 20 hingga 30 kematian.
“Pandemi kali ini sangat parah sehingga bisnis krematorium pun berkembang pesat. Rumah duka besar dengan selusin tungku operasional didirikan untuk mengantisipasi lonjakan kematian,” jelasnya.
Aspek Medis: Virus Baru atau Efek Samping Vaksin?
Di tengah kekhawatiran masyarakat, muncul perdebatan mengenai penyebab peningkatan kematian mendadak. Sebagian kalangan mengaitkan hal ini dengan efek samping vaksinasi, sedangkan yang lain menduga adanya virus baru.
Dr. Lin Xiaoxu, seorang ahli virus asal Amerika, mengungkapkan kekhawatirannya di Forum Jingning. Dia menyoroti bahwa 99 persen kasus influenza yang terdeteksi merupakan tipe H1N1, berbeda dari pola influenza musiman yang biasanya didominasi tipe H3N2.
“Kemungkinan besar, H1N1 tahun ini telah mengalami mutasi yang membuatnya menjadi lebih dominan dan berbahaya,” jelasnya.
Ia menambahkan, keterlambatan pelaporan resmi dan kurangnya pengujian khusus untuk flu burung di saluran pernapasan rutin membuat kesiapsiagaan terhadap wabah semakin rentan.
Dampak Global dan Langkah Pencegahan
Kekhawatiran akan mutasi virus flu burung juga meluas ke luar negeri. Di California dan Shanghai, misalnya, diberlakukan larangan perdagangan unggas hidup sebagai upaya pencegahan.
Laporan The Wall Street Journal pada 18 Februari 2025 menyebutkan bahwa CDC Amerika Serikat menemukan sapi terinfeksi H5N1, dan kasus infeksi flu burung juga dilaporkan pada kucing. Para ahli memperingatkan bahwa jika terjadi rekombinasi genetik antara virus flu burung dengan virus influenza lainnya, situasi ini dapat memicu wabah global yang lebih serius.
Krisis Investasi dan Dampaknya pada Sektor Kesehatan
Tak hanya dari sisi epidemi, krisis di sektor medis juga mencuat. Sebuah artikel daring yang viral—namun kemudian dilarang—mengungkapkan bahwa tiga raksasa medis multinasional tengah menarik investasi dari Tiongkok. Di antaranya, Johnson & Johnson memindahkan lini produksi stent kardiovaskularnya, Medtronic memindahkan lini produksi pompa suntik insulin ke Vietnam, dan Abbott menutup lini produksi reagen diagnostik. Total dana yang ditarik mencapai 427 miliar yuan, sementara pasokan 137 jenis peralatan penyelamat pun terhenti.
Keluarnya investasi asing ini memicu kecemasan bahwa ketergantungan dunia medis Tiongkok terhadap perusahaan asing dapat menggiring negara ke dalam krisis kesehatan yang lebih mendalam. Publik mulai mencurigai adanya pemalsuan data pada obat generik buatan dalam negeri, yang menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk kesehatan lokal.