Pada Jumat (28 Februari), Sergei Shoigu, Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, tiba di Beijing untuk bertemu dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Menteri Luar Negeri Wang Yi. Para ahli menilai bahwa meskipun hubungan Tiongkok-Rusia sulit untuk diputuskan secara langsung, Amerika Serikat sedang berupaya melemahkan hubungan kedua negara dan mempengaruhi tingkat kerja sama mereka.
EtIndonesia. Pada Jumat sore waktu setempat, Shoigu bertemu dengan Xi Jinping dan Wang Yi, membahas isu-isu keamanan serta masalah internasional dan regional.
Kunjungan Shoigu ke Beijing berlangsung hanya satu hari. Sebelum itu, ia juga melakukan perjalanan ke Indonesia dan Malaysia.
AS Berupaya Menjauhkan Rusia dari Tiongkok
Setelah Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS, ia dengan cepat mendorong agenda perdamaian antara Rusia dan Ukraina, serta membalikkan kebijakan sebelumnya yang mengisolasi Rusia. Hubungan AS-Rusia pun membaik dengan cepat.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, baru-baru ini menyatakan kepada media bahwa pemerintahan Trump berupaya melepaskan Rusia dari pengaruh Tiongkok.
Chen Shih-min, Profesor Ilmu Politik di Universitas Nasional Taiwan, berpendapat:
“Pemerintahan Trump berharap agar hubungan Rusia-Tiongkok tidak terlalu erat. Selama ini, AS dan Rusia memiliki keseimbangan strategis dalam hal senjata nuklir, tetapi saat ini pengembangan nuklir Tiongkok sangat pesat.”
Prof. Yeh Yao-yuan, Ketua Studi Internasional di Universitas St. Thomas, AS, mengatakan: “Konflik antara negara-negara demokrasi seperti AS melawan PKT dan Rusia akan terus berlanjut. Namun, target utama mereka bukan Rusia, melainkan PKT.”
Setelah Rusia menginvasi Ukraina, pemerintahan AS sebelumnya dan negara-negara Barat menerapkan sanksi dan isolasi terhadap Rusia. Trump sempat mengkritik kebijakan tersebut, dengan alasan bahwa itu hanya akan membuat Rusia semakin bergantung pada PKT.
Para analis berpendapat bahwa perubahan sikap AS terhadap Rusia tidak akan serta-merta memecah hubungan Tiongkok-Rusia, tetapi akan mengubah dinamika hubungan mereka. Jika posisi internasional Rusia membaik, maka ketergantungan Rusia pada PKT akan otomatis berkurang.
Prof. Yeh Yao-yuan: “Jika AS semakin mempererat hubungannya dengan Ukraina, maka Rusia akan kehilangan leverage dalam negosiasi.”
Prof. Chen Shih-min: “Trump jelas ingin menggunakan pendekatan ini untuk mencairkan kebekuan dalam hubungan AS-Rusia, terutama dalam negosiasi soal Ukraina.”
Pada Kamis (27 Februari), saat AS dan Rusia memulai pembicaraan perdamaian di Turkiye, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa kontak pertama dengan pemerintahan baru AS menimbulkan harapan baru.
Para analis menilai bahwa situasi geopolitik saat ini semakin memperumit hubungan antara AS, PKT , dan Rusia.
Sementara itu, CNN melaporkan pada Jumat (28 Februari) bahwa PKT dan Rusia sedang aktif merekrut mantan pejabat AS yang baru saja dipecat, terutama mereka yang sebelumnya bekerja di departemen keamanan nasional AS. Mantan pejabat ini diyakini memiliki informasi penting mengenai infrastruktur strategis dan lembaga pemerintahan AS. (Hui)
Sumber : NTDTV.com