EtIndonesia. Di tengah keputusan Washington untuk menghentikan bantuan militer dan intelijen ke Ukraina, serta upayanya membangun kembali hubungan dengan Moskow demi mendorong proses perdamaian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tiba di Brussel pada Kamis (6 Maret) untuk menghadiri KTT darurat Uni Eropa. Pertemuan ini membahas bantuan lebih lanjut untuk Ukraina dan cara meningkatkan pertahanan Eropa sendiri.
Dalam KTT khusus yang berlangsung di Brussel, para pemimpin negara Eropa bertemu dengan Zelensky untuk membahas dukungan bagi Ukraina di tengah penghentian bantuan AS, serta langkah-langkah peningkatan pertahanan Uni Eropa.
Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menyatakan: “Ukraina bisa mengandalkan Jerman. Bagi kami, yang terpenting saat ini adalah mencari solusi menghadapi perubahan internasional dan tetap tenang. Situasinya serius, dan kita perlu bertindak dengan tegas serta bijaksana.”
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan: “Hari ini di Eropa, kami senang mendapat dukungan berkelanjutan dari para pemimpin Eropa.”
Dalam KTT tersebut, para pemimpin Eropa membahas peningkatan anggaran pertahanan Uni Eropa dan bantuan bagi Ukraina. Komisi Eropa mengusulkan rencana “Re-armament of Europe” (Persenjataan Kembali Eropa), yang melibatkan alokasi dana hingga 800 miliar euro (setara dengan 860 miliar dolar AS) untuk memperkuat pertahanan Eropa dan Ukraina.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa setelah Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian damai, tentara Eropa siap ditempatkan di Ukraina. Namun, ia menegaskan bahwa untuk saat ini, pasukan Eropa tidak akan ikut bertempur atau dikirim ke garis depan.
Macron juga menyebut bahwa Prancis siap berdiskusi dengan sekutu Eropa mengenai perluasan perlindungan nuklirnya. Saat ini, hanya Inggris dan Prancis yang memiliki senjata nuklir di Eropa.
Presiden Lituania, Gitanas NausÄ—da, mengatakan: “Payung perlindungan nuklir akan menjadi pencegah yang sangat kuat terhadap Rusia. Kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk memperkuat ketahanan kita, terutama di sayap timur Uni Eropa.”
Pada hari yang sama, Kremlin menanggapi bahwa rencana Macron terkait perlindungan nuklir Eropa bersifat konfrontatif. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia juga menyatakan keberatan atas usulan Prancis untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian Eropa ke Ukraina.
Saat ini, Prancis dan Inggris tengah merancang proposal rencana perdamaian dengan Ukraina, yang dikabarkan dapat diajukan ke AS dalam beberapa hari ke depan. (Hui)
Sumber ; NTDTV.com