Trump Rebut Kendali Pelabuhan Kunci di Terusan Panama untuk Hentikan Infiltrasi Tiongkok

EtIndonesia. Sejak kembali menjabat, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersumpah untuk mengambil kembali kendali atas Terusan Panama. Trump khawatir infiltrasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) di kawasan tersebut telah mengancam keamanan ekonomi dan nasional Amerika Serikat. Meskipun pelabuhan-pelabuhan kunci di kedua ujung terusan telah kembali ke perusahaan-perusahaan Amerika di bawah tekanan Trump, para analis berpendapat bahwa masih ada jalan panjang sebelum AS benar-benar menguasai terusan tersebut.

Trump segera menggunakan jalur diplomatik untuk berkomunikasi dengan pemerintah Panama, menekankan bahwa Terusan Panama, yang memiliki nilai strategis dan ekonomi tinggi, telah lama disusupi oleh Tiongkok. 

Di tengah keraguan publik mengenai efektivitas strategi diplomasi ini, pada 4 Maret malam, perusahaan milik konglomerat Hong Kong, Li Ka-shing, Cheung Kong Holdings, mengumumkan di Bursa Efek Hong Kong bahwa mereka mencapai kesepakatan prinsip dengan konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan Amerika, BlackRock, untuk menjual aset inti bisnis pelabuhan global mereka. 

Transaksi ini mencakup penjualan 90% saham perusahaan pelabuhan Panama, termasuk Pelabuhan Balboa dan Cristobal. Dokumen final rencananya akan ditandatangani sebelum 2 April 2025.

Nilai Transaksi dan Pengaruhnya

Cheung Kong Holdings memperkirakan transaksi ini akan menghasilkan lebih dari 19 miliar dolar AS dalam bentuk tunai setelah menyesuaikan hak minoritas dan melunasi sebagian pinjaman pemegang saham.

BlackRock, salah satu perusahaan manajemen aset terbesar di dunia yang berbasis di New York, memimpin konsorsium dalam akuisisi ini. 

Perusahaan lain yang terlibat adalah Global Infrastructure Partners yang juga berbasis di New York dan Terminal Investment Limited, anak perusahaan dari Mediterranean Shipping Company (MSC) yang berbasis di Swiss.

Dengan pengambilalihan ini, pelabuhan-pelabuhan penting di kedua ujung Terusan Panama, yaitu Pelabuhan Balboa di sisi Pasifik dan Pelabuhan Cristobal di sisi Atlantik, kembali berada di bawah kendali Amerika Serikat.

Pernyataan Trump di Kongres

Malam itu, Trump dalam pidatonya di hadapan Kongres Amerika Serikat memuji kesepakatan ini, mengatakan, “Untuk memperkuat keamanan nasional kita lebih lanjut, pemerintah kita akan mengambil kembali Terusan Panama, dan kita sudah memulainya.”

Bisakah AS Mengambil Alih Kendali Terusan Panama?

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, memilih Panama sebagai tujuan pertama kunjungannya pada awal Februari. Dalam pertemuannya dengan Presiden Panama, José Raúl Mulino, Rubio menyampaikan kekhawatiran Trump bahwa keberadaan Tiongkok di wilayah terusan mungkin melanggar perjanjian netralitas permanen. 

Amerika menganggap situasi ini tidak bisa diterima, dan jika tidak ada perubahan, AS akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-haknya sesuai perjanjian tersebut.

Di bawah tekanan AS, Panama dengan cepat mengubah kebijakan luar negerinya terhadap Tiongkok. Pada 6 Februari, Mulino mengumumkan bahwa Panama resmi keluar dari proyek “Belt and Road Initiative” (BRI) Tiongkok. Kedutaan besar Panama di Beijing juga memberikan pemberitahuan 90 hari kepada pemerintah Tiongkok mengenai keputusan ini, yang memicu pernyataan “penyesalan mendalam” dari Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

Penjualan Cepat Saham Pelabuhan oleh Li Ka-shing

Hanya dalam waktu kurang dari sebulan, Cheung Kong Holdings secara mengejutkan menjual 90% saham perusahaan pelabuhan Panama tanpa banyak sorotan publik. Ini terjadi hanya 43 hari setelah Trump dilantik kembali sebagai presiden.

Menariknya, Li Ka-shing tidak hanya menjual dua pelabuhan di Panama tetapi juga melepaskan kendali atas 43 pelabuhan di 23 negara, menghindarkan dirinya dari pusaran geopolitik antara AS dan Tiongkok.

Reaksi Panama dan Analis Politik

Meski demikian, Presiden Mulino menyatakan ketidakpuasan terhadap narasi Trump yang menyebut AS “mengambil kembali” Terusan Panama. Pada 5 Maret, Mulino menegaskan di platform X, “Terusan ini milik Panama, dan akan tetap menjadi milik Panama!”

Pengamat politik, Hui Huyu, menilai langkah konsorsium BlackRock membeli 90% saham pelabuhan Panama dari Cheung Kong Holdings merupakan langkah pertama AS untuk kembali menguasai Terusan Panama, yang disebutnya sebagai “kemenangan strategis global” Trump.

Namun, menurutnya, Trump tidak berarti secara hukum mengambil kembali kedaulatan Terusan Panama karena berdasarkan perjanjian antara AS dan Panama, kedaulatan terusan tersebut tetap milik pemerintah Panama dalam kondisi netralitas permanen.

Langkah Strategis Amerika Serikat

Hui menambahkan, meski AS tidak menguasai secara hukum, mereka bisa mendapatkan kontrol nyata melalui operasi perusahaan Amerika di sektor ekonomi sekitar terusan, termasuk ekspansi terusan, jaringan logistik, atau pengembangan pelabuhan sekitar, mengusir sepenuhnya pengaruh Tiongkok dari wilayah tersebut.

Di bidang militer, AS juga dapat menempatkan pasukan di Panama untuk mencapai kontrol militer atas terusan tersebut, memungkinkan Angkatan Laut AS melewati Terusan Panama secara bebas. Namun, ini tetap memerlukan perjanjian baru dengan pemerintah Panama.

Sejarah Terusan Panama

Terusan Panama, sepanjang 82 kilometer, menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Atlantik. Terusan ini merupakan jalur perdagangan maritim yang vital, dengan sekitar 14.000 kapal melewatinya setiap tahun, mencakup sekitar 5% perdagangan laut dunia. Pada tahun fiskal 2023, lebih dari 500 juta ton barang diangkut melalui terusan ini.

Sebelum adanya Terusan Panama, pelayaran antara Pasifik dan Atlantik harus melalui Tanjung Horn di ujung Amerika Selatan, sebuah jalur yang panjang dan berbahaya. Terusan Panama memperpendek waktu pelayaran menjadi sekitar 10 jam saja.

Pengaruh Tiongkok di Panama

Sejak memutuskan hubungan dengan Taiwan pada 2017 dan beralih ke Tiongkok, Panama terlibat dalam berbagai proyek infrastruktur di bawah “Belt and Road Initiative” Tiongkok. Tiongkok telah menjadi pemasok utama zona perdagangan bebas Colón dan pengguna terbesar kedua Terusan Panama setelah Amerika Serikat.

Namun, setelah Presiden Panama saat itu, Juan Carlos Varela, terlibat skandal korupsi, banyak proyek infrastruktur yang diprakarsainya dibatalkan atau dimodifikasi. Meskipun demikian, Tiongkok telah menancapkan pengaruhnya di negara tersebut melalui berbagai perusahaan, termasuk Huawei dan beberapa bank Tiongkok yang mendapatkan izin operasi di Panama.

Kekhawatiran Amerika Serikat

AS khawatir akan pengaruh Tiongkok di Panama, terutama mengingat AS merupakan pelanggan terbesar Terusan Panama dengan 75% volume pengiriman, termasuk pasokan militer. Jika terjadi perang di Selat Taiwan, ada kekhawatiran apakah Tiongkok akan memblokir Terusan Panama untuk menekan Amerika Serikat.

Laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) pada 2021 memperingatkan bahwa kehadiran Tiongkok yang meningkat di dalam dan sekitar Terusan Panama dapat menjadi pemicu konflik antara AS dan Tiongkok. (jhon)

Sumber : Epochtimes.com

FOKUS DUNIA

NEWS