Perdagangan Global Diperkirakan Tumbuh Meskipun Ada Tarif AS

EtIndonesia. Meskipun terjadi perubahan kebijakan perdagangan Amerika Serikat, perdagangan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,1 persen per tahun selama lima tahun ke depan, menurut laporan terbaru dari DHL dan NYU Stern.

Perdagangan antar negara, termasuk Amerika Serikat, diperkirakan akan meningkat dalam lima tahun ke depan meskipun ada potensi kenaikan tarif yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump. Hal ini diungkapkan dalam laporan DHL Trade Atlas 2025, yang dirilis pada 12 Maret bekerja sama dengan New York University Stern School of Business.

Volume perdagangan global, yang mengukur jumlah barang yang diperdagangkan dengan mempertahankan harga tetap, diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tahunan gabungan sebesar 3,1 persen dari tahun 2024 hingga 2029, menurut laporan tersebut.

Tingkat pertumbuhan ini mencerminkan percepatan yang moderat dibandingkan dekade sebelumnya, meskipun terdapat ketidakpastian terkait perubahan kebijakan perdagangan AS. Bahkan jika seluruh tarif yang diusulkan oleh pemerintahan Trump diberlakukan dan negara lain melakukan pembalasan sebagaimana diumumkan, pertumbuhan volume perdagangan tetap diharapkan terjadi, meskipun pada tingkat yang lebih lambat.

“DHL Trade Atlas 2025 mengungkap wawasan yang sangat menggembirakan,” kata John Pearson, CEO DHL Express. “Masih ada potensi besar untuk pertumbuhan perdagangan di ekonomi maju maupun berkembang di seluruh dunia.”

Laporan tersebut juga menemukan bahwa perdagangan global terus mengatasi tantangan besar, termasuk krisis keuangan 2008, pandemi COVID-19, dan ketegangan geopolitik, yang membuktikan ketahanannya yang luar biasa.

Secara khusus untuk Amerika Serikat, nilai perdagangan—yang mewakili nilai dalam dolar dari barang yang diperdagangkan tanpa penyesuaian inflasi—diproyeksikan tumbuh sekitar $1,2 triliun antara tahun 2024 hingga 2029, sehingga mencapai total perkiraan $6,6 triliun (5,4+1,2).

Impor AS, yang bernilai $3,3 triliun pada tahun 2024, diperkirakan akan meningkat sebesar $654,98 miliar, mencapai sekitar $3,96 triliun pada tahun 2029. Sementara itu, ekspor AS, yang saat ini sebesar $2,1 triliun, diperkirakan akan tumbuh sebesar $515,68 miliar, sehingga totalnya mencapai sekitar $2,62 triliun pada periode yang sama.

Laporan ini menekankan bahwa Amerika Serikat tetap sangat bergantung pada barang-barang yang diproduksi di Tiongkok, meskipun ada upaya untuk melakukan diversifikasi sumber pasokan akibat konflik perdagangan yang sedang berlangsung.

Pangsa impor langsung AS dari Tiongkok turun menjadi 2,6 persen dari perdagangan dunia pada awal 2024, dibandingkan 3,5 persen pada 2016. Namun, perdagangan tidak langsung—barang yang berasal dari Tiongkok tetapi masuk ke AS melalui negara ketiga—menunjukkan bahwa ketergantungan pada manufaktur Tiongkok tidak mengalami pengurangan yang signifikan.

Steven A. Altman, peneliti senior di NYU Stern, menyoroti ketahanan perdagangan global meskipun ada berbagai hambatan.

“Meskipun ancaman terhadap sistem perdagangan global harus dianggap serius, perdagangan global telah menunjukkan ketahanan luar biasa karena manfaat besar yang diberikannya bagi ekonomi dan masyarakat,” kata Altman.

Secara regional, nilai perdagangan yang tumbuh paling cepat dari 2024 hingga 2029 diproyeksikan terjadi di Asia Selatan dan Tengah, Afrika Sub-Sahara, dan Asia Tenggara, dengan tingkat pertumbuhan tahunan antara 5 hingga 6 persen. Amerika Utara, termasuk AS, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan volume perdagangan tahunan yang moderat sekitar 2,7 persen, sedikit di bawah rata-rata global.

India, Vietnam, Indonesia, dan Filipina diidentifikasi sebagai negara-negara yang diprediksi mengalami pertumbuhan perdagangan yang signifikan, baik dalam kecepatan maupun jumlah absolut. Secara khusus, India diperkirakan akan menyumbang pertumbuhan volume perdagangan global terbesar ketiga, setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.

Laporan DHL Trade Atlas juga mencatat bahwa meskipun minat terhadap nearshoring (pemindahan rantai pasok lebih dekat ke pasar utama) meningkat, jarak perdagangan sebenarnya justru terus bertambah. Rata-rata jarak perdagangan barang mencapai rekor baru sebesar 5.000 kilometer selama sembilan bulan pertama tahun 2024, menyoroti berlanjutnya integrasi ekonomi global meskipun ada berbagai tantangan.

Sumber ; Theepochtimes.com

FOKUS DUNIA

NEWS