EtIndonesia. Baru-baru ini, beberapa mahasiswa asing di Amerika Serikat ditangkap atau dideportasi karena ikut serta dalam demonstrasi anti-Israel dan memiliki visa yang telah kedaluwarsa.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa perilaku mahasiswa asing di AS harus konsisten dengan pernyataan mereka saat mengajukan visa, jika tidak, mereka berisiko dideportasi.
Pada Sabtu lalu, Rubio menulis di platform X: “Jika Anda datang ke AS untuk mengikuti kerusuhan yang mendukung terorisme, kami akan menolak memberikan visa. Jika Anda sudah berada di AS dan melakukan itu, kami akan mencabut visa Anda dan mengusir Anda dari negara ini.”
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada Jumat (14 Maret) mengumumkan bahwa agen federal telah menangkap seorang mahasiswa asal Palestina, Leqaa Kordia, yang tahun lalu ikut dalam demonstrasi di Universitas Columbia dan memiliki visa yang telah kedaluwarsa.
Sebelumnya, agen penegak hukum federal juga telah menangkap seorang mahasiswa pascasarjana asal Aljazair, Mahmoud Khalil, yang ikut serta dalam aksi protes anti-Israel di kampus yang sama.
Selain itu, seorang mahasiswa doktoral asal India, Ranjani Srinivasan, pada Selasa (11 Maret) melakukan “pengusiran diri sendiri” (self-deportation). Srinivasan dituduh mendukung kelompok teroris Hamas, dan visa-nya telah dicabut oleh Departemen Luar Negeri AS pada 5 Maret.
Rubio memperingatkan bahwa mahasiswa asing harus bertindak sesuai dengan aplikasi visa mereka, jika tidak, mereka bisa menghadapi deportasi.
Rubio menegaskan: “Jika saat mengajukan visa Anda mengatakan bahwa Anda datang ke AS untuk mengikuti demonstrasi pro-Hamas, itu bertentangan dengan kepentingan kebijakan luar negeri AS. Itu berarti Anda telah berbohong. Jika dari awal Anda jujur tentang niat tersebut, kami tidak akan pernah memberikan visa kepada Anda. Tetapi sekarang Anda sudah berada di sini dan melakukan hal itu, maka Anda telah berbohong kepada kami. Anda akan diusir, sesederhana itu.”
Rubio juga mengatakan bahwa lebih banyak visa mahasiswa akan segera dicabut.
Sementara itu, sebuah memo internal yang diperoleh Reuters menunjukkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan pembatasan perjalanan bagi warga dari puluhan negara. (jhon)
Sumber : NTDTV.com