EtIndonesia. Dalam langkah tegas untuk mencegah serangan brutal terhadap kapal-kapal di Laut Merah, militer Amerika Serikat telah melakukan operasi udara intensif selama dua hari terakhir guna melumpuhkan kelompok militan Houthi.
Operasi ini dimulai pada Sabtu, 15 Maret 2025, ketika pasukan AS melancarkan serangkaian serangan udara terhadap sasaran strategis Houthi, yang berhasil menewaskan sejumlah pemimpin kunci kelompok tersebut.
Serangan Balasan dan Upaya Pengamanan Kapal Induk
Sebagai respons atas serangan udara tersebut, kelompok Houthi melakukan dua kali percobaan serangan balasan terhadap kelompok tempur kapal induk USS Harry S. Truman. Namun, kedua upaya tersebut berhasil digagalkan oleh sistem pertahanan militer AS.
Seorang pejabat Pentagon mengungkapkan kepada NBC bahwa kedua serangan itu tidak mampu mencapai target, setelah AS menjatuhkan belasan drone yang diluncurkan oleh Houthi.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, serangan balasan Houthi berlangsung selama 12 jam. Dalam periode tersebut, kelompok militan mengirimkan beberapa drone serta setidaknya satu rudal balistik ke arah formasi kapal induk AS. Pesawat tempur AS berhasil mencegat drone tersebut, sementara rudal balistik akhirnya mendarat di perairan tanpa mengancam keselamatan formasi kapal induk.
Peringatan Keras dari Presiden Trump
Pada Senin, 17 Maret 2025, Presiden Trump mengeluarkan peringatan keras melalui akun “Truth Social”, menegaskan bahwa setiap serangan atau pembalasan lebih lanjut dari Houthi akan mendapatkan respons militer yang kuat.
Dalam pernyataannya, Trump menuduh Iran sebagai dalang di balik dukungan penuh kepada Houthi—mulai dari penyediaan senjata, dana, hingga peralatan militer canggih dan intelijen. “Mulai saat ini, setiap tembakan Houthi akan dianggap sebagai aksi dari Iran. Kami akan menuntut pertanggungjawaban dengan konsekuensi yang berat,” tegas Presiden Trump.
Pesan yang Jelas dari Operasi Militer
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth , dalam wawancaranya bersama Fox News pada 16 Maret 2025, menyampaikan bahwa operasi serangan udara yang dilakukan pada malam hari itu tidak hanya ditujukan untuk menggempur target militer Houthi, tetapi juga sebagai pesan kuat kepada Iran. Ia mengungkapkan bahwa serangan tersebut mengakibatkan jatuhnya puluhan amunisi berat presisi tepat sasaran di ibu kota Houthi, sehingga seolah-olah wilayah tersebut sempat “berguncang” bagai terjadi gempa. “Kami tidak akan bersikap ramah sampai mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal kami. Iran hendaknya tidak ikut campur,” pungkasnya.
Dimensi Internasional: Isyarat kepada Tiongkok
Tak hanya memperingatkan Iran, beberapa analis juga menilai peringatan keras dari AS ini sebagai isyarat terselubung kepada Tiongkok. David Zhang, pembawa acara China Insider, menyatakan bahwa dana yang digunakan untuk mendukung kelompok ekstremis di Timur Tengah, termasuk kontrak-kontrak jangka panjang, sebagian besar berasal dari Tiongkok. Menurut Zhang, operasi militer yang menargetkan Houthi juga merupakan bagian dari strategi untuk menekan pengaruh Tiongkok yang dianggap berusaha menggulingkan tatanan internasional yang selama ini dipimpin oleh AS.
Kesimpulan
Operasi militer yang dilakukan AS dalam dua hari terakhir menunjukkan tekad kuat pemerintah untuk menjaga keamanan jalur pelayaran di Laut Merah dan menekan pengaruh militan yang didukung oleh Iran.
Sementara itu, peringatan keras Presiden Trump dan pesan tegas dari Menteri Pertahanan AS menjadi sinyal bahwa setiap tindakan agresif akan segera direspons dengan kekuatan militer yang tidak kenal kompromi. Isyarat terselubung kepada Tiongkok menambah dimensi kompleks pada konflik ini, yang tidak hanya menyangkut wilayah Timur Tengah, namun juga dinamika geopolitik global. (kyr)