EtIndonesia. Sudan Selatan, negara di Afrika Timur Laut, kembali dilanda perang saudara. Diduga pasukan yang setia kepada Wakil Presiden Riek Machar, bersama dengan sekutunya, menyerang wilayah timur laut negara tersebut, menyebabkan kematian beberapa warga sipil. Sebuah helikopter penyelamat milik PBB juga menjadi sasaran tembakan dalam operasi kemanusiaan.
Menyikapi situasi ini, Kementerian Luar Negeri Jerman mengumumkan penutupan sementara Kedutaan Besar di ibu kota Juba.
Sudan Selatan, dengan populasi sekitar 12 juta jiwa, memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada tahun 2011 tetapi sejak itu terus dilanda perang saudara berkepanjangan.
Pada tahun 2020, Presiden Salva Kiir dan Wakil Presiden Riek Machar membentuk pemerintahan transisi, namun kini pemerintahan tersebut menghadapi ancaman runtuh.
Menurut laporan dari Jaringan Penyiaran Publik Jerman (ARD), pendukung Presiden Kiir menuduh pasukan Machar dan sekutunya menyerang pasukan pemerintah di wilayah timur laut Sudan Selatan. Sebagai tanggapan, pemerintah melancarkan serangan udara di negara bagian Upper Nile.
Serangan udara ini telah menewaskan beberapa warga sipil, sementara sebuah helikopter PBB yang sedang menjalankan misi penyelamatan juga ditembaki. PBB melaporkan bahwa sejak Februari lebih dari 50.000 warga telah mengungsi akibat pertempuran.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menyatakan dalam media sosial bahwa setelah bertahun-tahun mengalami “perdamaian yang rapuh,” Sudan Selatan kini kembali ke ambang perang saudara.
“Presiden Kiir dan Wakil Presiden Machar sedang menyeret negara ini ke dalam lingkaran kekerasan. Mereka bertanggung jawab untuk menghentikan pertumpahan darah yang tidak masuk akal dan menerapkan perjanjian damai,” ujarnya.
Pada September 2018, Kiir dan Machar menandatangani perjanjian damai untuk mengakhiri konflik berkepanjangan, dan pada Februari 2020, mereka membentuk pemerintahan transisi sebagai langkah menuju perdamaian.
Menurut PBB, lebih dari 70% populasi Sudan Selatan membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan lebih dari separuh penduduknya menghadapi kelangkaan pangan yang parah.
Perang saudara juga menyebabkan 1,6 juta orang mengungsi di dalam negeri, sementara 2,3 juta warga Sudan Selatan melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Menurut Komite Penyelamatan Internasional (IRC), Sudan Selatan masuk dalam daftar 10 negara dengan ancaman kemanusiaan tertinggi di dunia, bersama dengan Sudan, Palestina, Myanmar, Suriah, Lebanon, Burkina Faso, Haiti, Mali, dan Somalia. (Hui)
Sumber : NTDTV.com