EtIndonesia. Penurunan angka kelahiran dan kemerosotan pasar telah menyebabkan beberapa klinik gigi di Jepang memperkenalkan anjing pendamping, layanan pembantu, dan fasilitas pusat kebugaran di tempat dalam upaya untuk mendongkrak bisnis.
Sebuah klinik gigi anak di prefektur Ibaraki di Jepang tengah telah mempekerjakan anjing terapi selama dua dekade untuk menghibur pasien kecilnya.
Ide itu muncul di benak pendiri dan dokter gigi Palette Clinic, yang bermarga Suzuki, setelah dia bertemu dengan anjing terapi, anjing golden retriever Flora.
Dia mengundang Flora dan pemiliknya untuk mengikuti uji coba di kliniknya, dan mereka terkejut karena dia tidak takut dengan suara melengking dan bau menyengat yang umum di klinik gigi.
Kemudian, Suzuki mendatangkan lebih banyak anjing terapi, terutama anjing yang lebih kecil, sehingga mereka dapat beristirahat di atas atau di samping tubuh pasien saat mereka menjalani perawatan.

Langkah ini mendapat tanggapan positif dari pasien, yang mengatakan mereka merasa tidak terlalu takut.
Suzuki mengatakan anjing-anjing itu tidak pernah menggigit atau melukai anak mana pun dalam 20 tahun. Dia mengatakan mereka hampir tidak bergerak, dan berbaring dengan tenang di atas anak-anak atau di antara kaki mereka.
“Hanya perasaan hangat anjing-anjing itu tampaknya membuat anak-anak rileks selama perawatan,” katanya kepada media Jepang Oricon News.
Pasar kedokteran gigi di Jepang menjadi semakin kompetitif karena angka kelahiran negara itu menurun.
Kementerian kesehatan Jepang melaporkan bahwa jumlah bayi yang lahir di negara itu turun ke rekor terendah 720.988 pada tahun 2024.
Itu turun lima persen dari tahun sebelumnya, dan penurunan selama sembilan tahun berturut-turut. Diperkirakan angka kelahiran tahunan di Jepang akan turun di bawah 600.000 pada tahun 2040.
Sementara itu, survei oleh Kementerian Kesehatan Jepang juga mengungkapkan bahwa proporsi anak-anak dengan gigi berlubang mencapai rekor terendah pada tahun 2024.

Industri gigi di negara itu juga mengalami rekor jumlah kebangkrutan dan penutupan pada tahun 2024, menurut kelompok riset pasar Jepang Teikoku Databank.
Perusahaan itu juga melaporkan bahwa 54 persen dari 33.000 teknisi gigi aktif di negara itu berusia 50-an atau lebih.
Untuk meningkatkan daya saing mereka, klinik gigi Jepang mulai membuka restoran atau kafe Prancis di tempat.
Sebuah klinik gigi di Tokyo membuka pusat kebugaran di tempat dan bahkan menyediakan pelatih kebugaran.
Klinik gigi lain di Akihabara, Tokyo mendekorasi interiornya dengan warna merah muda dan mendandani para perawat seperti pembantu.
Pasien dapat memilih perawat tertentu yang ingin mereka layani.(yn)
Sumber: scmp