Tarif Trump Menyebabkan Kerugian Besar Kedua yang Langka bagi Saham AS Hingga Merugi Sekitar US$ 6 Triliun

EtIndonesia. Presiden Trump menaikkan tarif perdagangan AS ke level tertinggi dalam lebih dari satu abad, memicu kepanikan di pasar keuangan global. Pasar saham global padai Jumat (4 April) kembali anjlok tajam. Saham AS mencatat rekor baru dengan penurunan lebih dari 1.500 poin selama dua hari berturut-turut untuk pertama kalinya dalam sejarah, dengan total nilai pasar yang menguap diperkirakan mencapai sekitar 6 triliun dolar AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 2.231,07 poin atau 5,50% setelah PKT  mengumumkan tarif balasan sebesar 34% terhadap barang-barang impor dari AS. Dalam dua hari, Dow turun total 3.910,46 poin dan jatuh di bawah level 40.000, ditutup pada 38.314,86 poin. Pekan ini, Dow merosot 7,86%, menjadi penurunan terbesar sejak Juni 2020 saat pandemi.

Indeks S&P 500 turun 322,44 poin atau 5,97%, turun 9,08% dalam seminggu — penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2020. Dalam dua hari, indeks ini merosot 596,89 poin dan ditutup pada 5.074,08 poin. Penurunan dari titik tertinggi terbaru mencapai 17%, mendekati wilayah pasar bearish.

Indeks Nasdaq, yang didominasi saham teknologi, turun 962,82 poin atau 5,82%, ditutup pada 15.587,79 poin. Dalam seminggu, Nasdaq turun 10,02%. Dari titik tertinggi dua bulan lalu, Nasdaq telah turun lebih dari 20%, secara resmi memasuki pasar bearish.

Indeks Semikonduktor Philadelphia juga turun 296,030 poin atau 7,60%, berakhir di 3.597,655 poin.

Bank investasi JPMorgan Chase & Co. memperkirakan kemungkinan resesi ekonomi global pada akhir tahun ini sebesar 60%, naik dari prediksi sebelumnya sebesar 40%.

Menurut Reuters, perang dagang ini menyebabkan kerugian pasar terbesar sejak meletusnya pandemi COVID-19.

Laporan dari Central News Agency (CNA) menyebutkan bahwa dari kelompok “Magnificent 7” saham teknologi AS, saham Apple dan Nvidia mengalami penurunan lebih dari 15% dalam dua hari, sementara Tesla turun 10% hanya pada tanggal 4 April. Ketiga perusahaan tersebut memiliki keterlibatan besar di pasar Tiongkok.

Penurunan tajam saham AS pada hari Jumat dipandang sebagai dampak dari kebijakan ekonomi baru Presiden Trump. Trump melihat kondisi ekonomi AS seperti “orang sakit”, dan tarif dianggap sebagai solusinya. Ia juga menegaskan bahwa kebijakan tersebut tidak akan berubah.

 “Kepada para investor yang datang ke Amerika dan menanamkan banyak modal, kebijakan saya tidak akan berubah. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjadi kaya, lebih dari waktu-waktu sebelumnya.” Trump menulis di platform medianya sendiri, Truth Social. 

Banyak analis meyakini bahwa pasar bull (naik) jangka panjang AS telah berakhir sejak Trump memicu perang tarif global. Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan akan terus menurun, dan dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi sulit diprediksi.

“Ini adalah masalah besar, dan kecil kemungkinannya akan segera berakhir. Itu sebabnya pasar bereaksi negatif. Investor khawatir akan terjadi perang dagang balas dendam,” ujar Stephane Ekolo, analis strategi saham dari perusahaan pialang Tradition di London. 

Senator AS dari Partai Republik, Ted Cruz, yang dikenal mendukung Trump, memperingatkan bahwa kebijakan tarif ini bisa menjadi “risiko besar” bagi perekonomian AS dan juga masa depan politik Partai Republik.

Cruz berharap Trump akan menggunakan tarif ini sebagai alat tawar-menawar untuk mendorong negara lain menurunkan hambatan perdagangan. Namun, ia juga mengingatkan bahwa perang dagang yang berlarut-larut akan membawa “konsekuensi buruk” bagi rakyat AS. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS