EtIndonesia. Menurut laporan terbaru dari situs Minghui, praktisi Falun Gong asal Distrik Jinzhou, Kota Dalian, Provinsi Liaoning, Tiongkok yang bernama Yan Qinghua, diculik oleh polisi dari kantor polisi setempat pada 21 Maret 2025. Saat ini secara ilegal ditahan di dalam kota Dalian.
Sebelumnya, pada Juli 2019, Yan Qinghua pernah diculik dan kemudian divonis secara tidak adil selama tiga setengah tahun penjara serta denda sebesar 8.000 yuan. Saat itu, karena suaminya, Ding Guochen, menjadi vegetatif akibat penyiksaan dan anak mereka masih di bawah umur, ia belum dimasukkan ke penjara. Kini, suaminya telah meninggal dunia dan anak mereka masih duduk di bangku SMA. Aparat hukum Dalian kini berniat kembali memenjarakannya.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah disiplin spiritual yang menampilkan latihan meditasi dan ajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Latihan ini menjadi sangat populer di Tiongkok pada akhir tahun 1990-an, dengan perkiraan resmi yang menyebutkan bahwa jumlah praktisi mencapai lebih dari 70 juta orang pada saat itu. Khawatir bahwa pengikut yang sangat besar dari latihan ini dapat mengancam kekuasaannya, Partai Komunis Tiongkok (PKT) meluncurkan kampanye pemberantasan pada Juli 1999, menjebloskan para praktisi ke dalam penjara, kamp kerja paksa, dan fasilitas lainnya.
Sejak saat itu, jutaan orang ditahan, dengan ratusan ribu orang disiksa selama dipenjara dan jumlah yang tak terhitung banyaknya dibunuh, menurut Falun Dafa Information Center.
Yan Qinghua dan suaminya adalah praktisi Falun Gong yang hidup rukun dengan tetangga dan teman. Suaminya, Ding Guochen, lulusan jurusan teknik elektro Universitas Teknologi Dalian, dulunya menderita hepatitis B dan stroke yang menyebabkan kelumpuhan. Namun sejak mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1996, semua penyakitnya hilang, dan ia menjadi karyawan teladan di tempat kerja.
Namun sejak 20 Juli 1999, ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menganiaya Falun Gong, pasangan ini pergi ke Beijing untuk mengajukan petisi demi keadilan. Akibatnya, mereka berdua dipecat dari pekerjaan. Ding Guochen kemudian membuka kelas bimbingan belajar dan mendapat banyak dukungan dari murid serta orang tua murid.

Namun, pada 11 Juli 2019, saat sedang mengajar, Ding Guochen diculik oleh polisi dari kantor polisi dan unit keamanan nasional. Di hari yang sama, Yan Qinghua juga diculik. Rumah mereka dan tempat les digerebek, serta dokumen penting seperti KTP, kartu kredit, dan kartu bank disita.
Ketika Yan Qinghua pulang, ia menemukan rumah berantakan. Suaminya ditahan, dua anak sedang sekolah, dan ibu mertuanya yang sudah berusia lebih dari 70 tahun tinggal bersama mereka. Ia bertanya-tanya, “Bagaimana keluargaku bisa bertahan?”
Ia berkali-kali pergi ke kantor polisi untuk meminta pembebasan suaminya. Namun seorang kepala tim bermarga Li menarik rambutnya, mendorong-dorongnya, dan mengancam akan menangkapnya ketika anaknya berusia 18 tahun. Setelah kejadian itu, rambut Yan Qinghua rontok parah saat disisir.
Sementara itu, suaminya Ding Guochen dipukuli hingga kehilangan kesadaran dan pendengarannya hilang sepenuhnya saat ditahan di rumah tahanan Jinzhou. Setelah dipulangkan, kondisi fisiknya sedikit membaik namun tetap tidak bisa mendengar.
Tahun 2020, pasangan ini dijerat ke pengadilan dan kejaksaan distrik Jinzhou. Pengadilan hendak mengadili mereka secara ilegal, namun mereka menolak bekerja sama. Aparat terus-menerus datang mengganggu ke rumah mereka.
Akibat tekanan terus-menerus, kondisi Ding Guochen memburuk. Pada 27 Januari 2021, ia mengalami pendarahan otak, koma, dan hampir tidak sadarkan diri, menjadi vegetatif.
Saat Ding Guochen koma selama sebulan, keluarga mereka menerima “putusan pengadilan”: Ding dijatuhi hukuman 2 tahun penjara dan denda 5.000 yuan, sedangkan Yan Qinghua divonis 3,5 tahun dan denda 8.000 yuan.
Tiga orang dari pengadilan datang ke rumah untuk “mengecek keadaan”. Yan menunjuk suaminya yang tak sadarkan diri dengan selang di hidung dan berkata, “Lihat sendiri akibat penyiksaan kalian! Biaya rumah sakit terlalu tinggi, kami hanya bisa merawatnya di rumah.”
Yan Qinghua menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk biaya pengobatan suaminya, sebagian besar bahkan dibantu oleh keluarga dan teman-teman. Karena harus merawat suami sepenuhnya di rumah, mereka jatuh dalam krisis keuangan.
Pada 30 April 2022, setelah berbagai gangguan, Ding Guochen akhirnya meninggal dunia dengan penuh penderitaan.
Kurang dari tiga tahun setelah kepergian suaminya, Yan Qinghua kembali diculik. Di rumah hanya tersisa seorang anak perempuan yang masih SMA, tanpa ada yang merawat.
Selama lebih dari 20 tahun penganiayaan terhadap Falun Gong oleh PKT, sudah tak terhitung keluarga yang hancur, orang tua kehilangan anak, anak menjadi yatim piatu—dan kasus Yan Qinghua dan Ding Guochen hanyalah satu dari banyak contoh tragis.
Kisah Serupa: Liu Xinying dan Qu Hui
Praktisi Falun Gong lainnya asal Dalian, Liu Xinying, juga mengalami nasib serupa. Satu bulan setelah suaminya, Qu Hui, meninggal, ia dua kali diculik, lalu divonis 5,5 tahun penjara dan ditahan di Penjara Wanita Provinsi Liaoning mulai 24 Maret 2015. Setelah dibebaskan, ia terus-menerus diawasi dan diintimidasi, hingga meninggal dunia pada 22 April 2023.
Setelah penganiayaan Falun Gong dimulai tahun 1999, mereka pergi ke Beijing pada Januari 2000 untuk mengajukan petisi dan ditangkap di Lapangan Tiananmen. Qu Hui dipukuli di dalam mobil polisi dan didenda 9.700 yuan. Ia dipecat dari pekerjaannya dan dipenjara di tahanan Dalian. Liu Xinying dijatuhi kerja paksa 3 tahun, Qu Hui 1 tahun.
Pada 19 Maret 2001, hanya 25 hari sebelum masa tahanan selesai, Qu Hui dipaksa menghadiri sesi penyiksaan kejam di kamp kerja Dalian, karena menolak menandatangani “surat pertobatan”. Ia disetrum dan dipukuli dari jam 9 malam hingga jam 8 pagi. Lehernya patah, mengalami kelumpuhan total, dan alat vitalnya membusuk. Ia dibawa keluar dengan tandu dalam kondisi sekarat.
Sejak itu, Liu Xinying merawat suaminya selama 13 tahun hingga ia meninggal dunia pada 19 Februari 2014.
Sebulan kemudian, 21 Maret 2014, Liu Xinying kembali diculik saat keluar rumah. Karena kondisi tubuhnya, ia ditolak oleh rumah tahanan. Namun pada 23 September, ia kembali dijebak dan diculik.
Pada 29 September, ia diadili secara ilegal di pengadilan Distrik Zhongshan. Saat itu ia memakai borgol dan rantai kaki, sangat lemah, dan tak bisa berjalan. Ayah dan anaknya dilarang hadir di sidang.
Ia dijatuhi hukuman 5,5 tahun penjara, dan saat memperingati satu tahun kematian suaminya, ia menerima putusan banding yang tetap mempertahankan hukuman tersebut. Pada 24 Maret 2015, ia dimasukkan ke Penjara Wanita Provinsi Liaoning meski tekanan darahnya 240 saat pemeriksaan.
Setelah keluar dari penjara pada akhir Maret 2020, ia terus diawasi dan dianiaya hingga meninggal pada 22 April 2023.
Sumber: Minghui.org / Dajiyuan