EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini mengumumkan kebijakan tarif imbal balik (reciprocal tariffs) yang mencakup sejumlah negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Menurut para analis, target utama dari kebijakan ini adalah ekspor Tiongkok yang dialihkan ke luar negeri untuk menghindari tarif tinggi.
Trump mengumumkan tarif balasan ini dengan rincian: tambahan tarif sebesar 34% terhadap produk Tiongkok, serta tarif yang lebih tinggi terhadap negara-negara lain, seperti Kamboja 49%, Laos 48%, Vietnam 46%, dan Sri Lanka 44%.
Menurut laporan dari Central News Agency (CNA), tujuan sebenarnya dari kebijakan ini adalah untuk menyasar Tiongkok, karena negara tersebut memiliki hubungan dagang yang sangat erat dengan negara-negara yang disebutkan di atas.
Kedutaan Besar Partai Komunis Tiongkok di Kamboja sebelumnya menyatakan bahwa hampir setengah dari investasi asing di Kamboja tahun lalu berasal dari Tiongkok.
Siwage Dharma Negara, peneliti senior dari ISEAS–Yusof Ishak Institute, mengatakan bahwa target sesungguhnya dari kebijakan Trump adalah produk Tiongkok yang masuk ke pasar Amerika melalui negara ketiga.
Sementara itu, Li Linxiang, profesor ekonomi dari Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong yang khusus meneliti perdagangan internasional, mengatakan bahwa Amerika menggunakan defisit perdagangan besar dengan negara-negara tersebut sebagai pembenaran untuk menaikkan tarif. Hal ini menunjukkan adanya alih investasi dari Tiongkok ke negara-negara tersebut.
Li juga mengatakan bahwa AS sudah menyadari strategi ini, dan karena itu Trump menggunakan tarif sebagai alat untuk menekan negara-negara tersebut agar menghentikan arus investasi dari Tiongkok. (Hui)
Sumber : NTDTV.com