Kematian Mendadak di Tiongkok Semakin Menyerang Kaum Muda, Warga Curigai Efek Samping Vaksin COVID-19

Wabah di Tiongkok masih terus menyebar. Bahkan, rumah sakit di berbagai daerah terus dipenuhi pasien. Banyak warga di berbagai wilayah melaporkan bahwa selama tiga tahun kebijakan lockdown, rezim Komunis Tiongkok (PKT) memaksa seluruh rakyat untuk menerima vaksin COVID-19, yang menyebabkan banyak orang mengalami berbagai efek samping parah. Kini, rumah sakit dipenuhi pasien dengan gejala berat yang diduga akibat vaksin, dan kematian mendadak kini makin sering terjadi pada orang muda.

EtIndonesia. Baru-baru ini, warga dari berbagai daerah di Tiongkok mengatakan kepada reporter NTD bahwa banyak orang di sekitar mereka mengalami penyakit berat atau penyakit mematikan setelah divaksin, bahkan menyebabkan kematian.

“Belakangan ini banyak yang meninggal, termasuk rekan kerja saya yang masih muda. Banyak yang tiba-tiba kena kanker, atau leukemia. Orang-orang bilang ini akibat vaksin. Efek samping vaksin sangat besar—gangguan kardiovaskular, gula darah tinggi, dan macam-macam penyakit lainnya. Yang dulunya bertugas menangani COVID malah meninggal duluan di usia 50 tahun. Dia suntik tiga kali, dan selalu antusias tiap kali disuruh vaksin,” ujar Warga Xuzhou, Jiangsu –  Wang. 

“Saya sendiri bertahan sampai akhir, baru suntik satu kali. Kalau tidak suntik, saya akan dipindahkan dari posisi pimpinan. Akhirnya saya terpaksa suntik. Semakin banyak disuntik, efek sampingnya semakin parah. Setelah lockdown dicabut, rumah duka antri panjang. Musim dingin ini rumah duka kembali padat,” katanya. 

Wang juga menambahkan bahwa ketika pergi ke rumah sakit, dokter menyebut itu flu biasa, tapi sebenarnya masih infeksi COVID. Banyak yang mengalami paru-paru putih (white lung) dan akhirnya meninggal.

“Di sini banyak kasus paru-paru putih, serangan jantung, terjadi pada usia 20-an, 30-an, 40-an. Semua orang tahu ini karena vaksin, tapi pemerintah tidak akan mengakuinya. Rumah duka penuh, tapi tidak dilaporkan media. Informasi sangat dikontrol ketat,” kata Warga Wuxi, Jiangsu –  Lu. 

Warga Duolun, Xilin Gol, Mongolia Dalam –  Zhao:  “Banyak orang paham ini terkait vaksin. Setelah divaksin, dalam dua tahun terakhir mereka merasa cepat lelah jika bekerja berat. Topik hangat sekarang adalah kematian muda. Anak muda kena penyakit aneh dan cepat. Kalau orang tua yang meninggal, orang tidak terlalu mempermasalahkannya.”

Sejak awal tahun 2000 hingga akhir 2022, selama masa lockdown, PKT memaksa vaksinasi massal. Banyak orang mengalami efek samping serius, namun media dan otoritas resmi diam seribu bahasa tentang banyaknya kasus kematian mendadak.

Warga Nanyang, Henan –  Zhang:  “Di sini ada kabar kalau kematian itu terkait vaksin. Tetangga, kolega, teman sekolah, dan rekan tentara saya semua percaya hal itu. Saya punya kenalan dokter di rumah sakit, mereka enggan bicara soal ini. Sepertinya ada instruksi untuk diam. Rumah sakit penuh, rumah duka juga sibuk.”

Warga Shenzhen – An:  “Banyak orang setelah divaksin mengalami efek samping, tapi pemerintah bilang itu gejala akibat infeksi virus, bukan karena vaksin. Setelah dosis pertama, gejalanya muncul, lalu mereka bilang harus suntik kedua. Setelah dosis kedua, muncul gejala baru, lalu disuruh suntik ketiga. Orang-orang mulai bertanya: sampai kapan kita harus disuntik? Katanya dosis ketiga mencegah gejala berat. Tapi setelah suntik tiga kali, bahkan empat kali, banyak yang tetap meninggal. Usia 30-an, 40-an, 50-an meninggal dunia. Ini seperti pembantaian. Mati digaruk, sakit juga digaruk. Iblis sedang menyeret umat manusia ke neraka.”

Warga Jingzhou, Hubei – Yuan:  “Di rumah sakit kami penuh sesak. Dokter bilang terus terang: itu efek samping vaksin. Di rumah sakit besar dan rumah sakit kelas tiga, hampir semua pasien punya gejala seperti flu, paru-paru putih, nodul paru, dan semacamnya. Semua orang yang sudah divaksin menyesal, kondisi tubuh jadi lebih buruk.”

Warga Jiaxing, Zhejiang –  Gao:  “Saya rasa vaksin Sinovac memang punya efek samping. Banyak orang muda kena stroke otak kecil dan meninggal, tapi tidak pernah diumumkan. Tetangga saya juga banyak yang meninggal, baik yang muda maupun tua. Tapi kebenarannya tidak pernah disampaikan.”

Gao juga menceritakan bahwa dirinya pernah mengalami stroke dua kali, dan kemudian mendapat saran dari seorang praktisi Falun Gong untuk mengucapkan “Falun Dafa Hao, Zhen-Shan-Ren Hao” (Falun Dafa Baik, Sejati-Baik-Sabar itu Baik). Kini, katanya, kesehatannya membaik.

 Gao menambahkan:  “Saya sudah dua kali kena stroke, usia saya sudah lebih dari 70 tahun, tekanan darah tinggi dan diabetes. Cara untuk bertahan hidup adalah dengan mengucapkan sembilan kata itu. Ketika saya ingat, saya ucapkan. Itu melindungi saya. Adik ipar saya usia 68 tahun, saya suruh dia mengucapkan sembilan kata itu juga, tapi dia tidak mau. Empat bulan kemudian, dia meninggal.”

Situs Minghui juga melaporkan banyak kasus di daratan Tiongkok di mana orang-orang yang dalam bahaya atau sakit parah bisa sembuh dan selamat setelah dengan tulus mengucapkan “Falun Dafa Hao, Zhen-Shan-Ren Hao”.

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS