EtIndonesia. Dalam mitos kuno dan berbagai catatan sejarah, terdapat makhluk laut raksasa bernama Aspidochelone—disebut juga sebagai “kura-kura laut” karena bentuknya. Makhluk ini digambarkan sebagai seekor penyu laut raksasa atau paus kolosal, yang tubuhnya begitu besar hingga saat muncul ke permukaan air, punggungnya disalahartikan sebagai daratan atau pulau kecil. Banyak pelaut yang tertipu dan mengira telah menemukan pulau untuk beristirahat, padahal mereka tengah berdiri di atas makhluk hidup yang bisa kapan saja menyeret mereka ke dasar laut.
Bagaimana Aspidochelone Menjerat Mangsa
Dalam legenda, Aspidochelone digambarkan memiliki kemampuan mengeluarkan aroma manis yang menarik perhatian ikan-ikan laut. Ketika ikan-ikan tersebut mendekat, mereka pun tertelan ke dalam mulut makhluk ini tanpa menyadarinya. Fenomena ini menyerupai jebakan tanaman pemangsa, di mana mangsa tertipu oleh penampilan luar yang menenangkan.
Catatan Tertua: Physiologus
Makhluk ini pertama kali muncul dalam literatur kuno Physiologus, sebuah teks berbahasa Yunani dari abad ke-2 Masehi yang tak diketahui siapa penulisnya. Buku ini memuat berbagai kisah tentang binatang, termasuk makhluk-makhluk fantastis yang tak masuk akal. Dalam versi Physiologus, Aspidochelone disebut sebagai paus raksasa dengan kulit kasar menyerupai pasir. Ketika dia mengapung ke permukaan laut, para pelaut mengira itu adalah pulau. Mereka turun dari kapal, menancapkan pasak untuk menambatkan perahu, menyalakan api, dan mulai memasak. Namun, panas dari api membangunkan makhluk itu. Dia pun segera menyelam ke dasar laut, menenggelamkan kapal beserta seluruh awaknya sebelum mereka sempat menyadari apa yang terjadi.
Kisah dalam Surat Alexander kepada Aristoteles
Cerita serupa juga muncul dalam surat yang diklaim ditulis oleh Alexander Agung kepada Aristoteles, berisi kisah perjalanannya di India dan berbagai peristiwa ajaib yang dia alami. Dalam salah satu bagian, diceritakan bahwa pasukannya pernah mendarat di suatu “pulau”, yang kemudian setelah satu jam mereka menyadari bawah itu adalah tubuh makhluk laut raksasa. Mereka panik dan berteriak, tetapi sudah terlambat. Makhluk itu menyelam ke laut, menenggelamkan sebagian besar dari mereka, termasuk salah satu sahabat terdekat Alexander.
Cerita tentang “Ikan Berpasir” dalam Talmud
Dalam Talmud Babilonia, kitab panduan kehidupan Yahudi yang memuat berbagai aspek budaya dan kisah rakyat, terdapat kisah serupa. Seorang tokoh bernama Rabba bar Bar Hana menulis tentang pengalamannya saat berlayar di laut. Dia menceritakan bahwa mereka menemukan daratan berpasir yang ditumbuhi rerumputan, lalu memutuskan untuk memanggang ikan di sana. Ternyata, daratan itu adalah tubuh seekor ikan raksasa. Dalam puisi karya Samuel ibn Naghrillah, makhluk itu disebut sebagai Qorha, yang dalam bahasa Kurdi berarti “Bulan”.
Puisi Kuno tentang Monster Laut
Salah satu naskah tertua dalam literatur Inggris, yaitu “Exeter Book”, berisi kumpulan puisi alegoris tentang binatang. Dalam salah satu puisi tersebut, digambarkan makhluk laut raksasa yang sangat mengerikan. Berikut adalah penggalan puisi tersebut yang menggambarkan makhluk tersebut dalam gaya puitis:
“Kali ini, aku akan mengungkap sebuah kisah lewat puisi,
Tentang seekor ikan—monster laut yang luar biasa.
Banyak pelaut yang tak sengaja menemuinya,
Dan setiap perjumpaan berarti bahaya dan penderitaan.”
“Ia tampak seperti batu besar yang kasar,
Bagaikan tepi pantai yang dipenuhi alang-alang laut,
Dikelilingi oleh bukit pasir yang tenang.
Para pelaut percaya mereka menemukan pulau,
Lalu menambatkan kapal,
Dan dengan berani naik ke atasnya—
Tanpa menyadari,
Itu adalah mulut kematian yang menanti.”Meski kisah tentang Aspidochelone tergolong mitos, cerita-cerita ini memiliki pesan moral mendalam: jangan mudah tertipu oleh penampilan luar. Kisah ini mencerminkan ketakutan pelaut kuno terhadap lautan yang tak terduga, serta menggambarkan bagaimana alam bisa menjadi tempat yang indah sekaligus mematikan.(jhn/yn)