Dampak Tarif: Beijing Coba Gaet Negara ASEAN, Trump Beri Tanggapan

EtIndonesia. Dalam konteks perang tarif antara AS dan Tiongkok, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) minggu ini melakukan kunjungan ke tiga negara di Asia Tenggara, dengan Vietnam sebagai pemberhentian pertama. Pada Senin (14 April), Tiongkok dan Vietnam menandatangani puluhan dokumen kerja sama. Namun, belum diketahui apakah keduanya mencapai kesepakatan untuk melawan tarif AS. Presiden AS Donald Trump pun memberikan tanggapan terkait hal ini.

“Saya tidak menyalahkan Tiongkok (PKT), saya juga tidak menyalahkan Vietnam, tidak menyalahkan siapa pun. Saya melihat mereka bertemu hari ini, bagus kan? Itu pertemuan yang menyenangkan. Mereka sedang berdiskusi bagaimana menjatuhkan Amerika,” ujar Donald Trump. 

Menurut media milik pemerintah Tiongkok, pada Senin sore di Hanoi, Xi Jinping bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, Nguyen Phu Trong. Keduanya menandatangani 45 dokumen kerja sama bilateral, mencakup bidang internet, kecerdasan buatan, inspeksi dan karantina bea cukai, serta perdagangan produk pertanian. Namun hingga kini belum jelas apakah kerja sama itu termasuk langkah untuk melawan tarif AS.

Ekonom dari Institut Informasi dan Strategi Washington, Li Hengqing, menjelaskan: “Tarif AS-Tiongkok saat ini telah membuat produk-produk Tiongkok nyaris tak mungkin masuk ke pasar Amerika. Sebaliknya, produk AS juga tak akan masuk ke pasar Tiongkok. Ini artinya, sudah terjadi pemisahan. Jadi sekarang PKT harus mencari solusi. Tapi apakah Vietnam akan bekerja sama dengan Tiongkok untuk melawan tarif AS? Kemungkinan itu nyaris nol.”

Li menambahkan bahwa Vietnam sangat sadar apa yang mereka butuhkan: pasar Amerika, teknologi Amerika, pengalaman Amerika, dan investasi Amerika. Karena itu, sangat kecil kemungkinan mereka akan memilih berpihak pada Tiongkok yang berseberangan dengan AS.

Meski industri manufaktur Vietnam bergantung pada bahan baku dari Tiongkok, pasar ekspor terbesarnya adalah Amerika Serikat. Tahun lalu, surplus perdagangan Vietnam dengan AS melebihi 123 miliar dolar AS.

Menurut Reuters, untuk menghindari tarif balasan dari AS, Vietnam sudah mulai menindak praktik “relabelling” barang dari Tiongkok yang diubah asalnya dan diekspor ulang ke AS. Selain itu, Vietnam juga akan memperketat pengawasan terhadap barang sensitif yang diekspor ke Tiongkok.

Para analis menilai bahwa Vietnam tengah “berjalan di atas tali” antara AS dan Tiongkok, namun isi dari perjanjian yang diteken dengan pihak Tiongkok pun sebenarnya tak mengandung banyak hal yang substansial.

Li Hengqing menambahkan: “Semua kerja sama perdagangan dan perjanjian itu sebenarnya hanya agar Vietnam tidak merusak hubungan, tetap menjaga komunikasi dengan Tiongkok. Tapi mereka tidak akan berpihak pada Tiongkok karena itu tidak menguntungkan. Vietnam sangat paham bahwa kepentingan mereka ada di kerja sama dengan Amerika.”

Dalam kebijakan “tarif setara” yang diluncurkan Trump awal bulan ini, sejumlah negara Asia Tenggara juga menghadapi ancaman tarif tinggi. Namun, pekan lalu, negara-negara anggota ASEAN menyatakan bahwa mereka tidak akan membalas tarif AS dengan tindakan serupa.

Pengamat menilai bahwa kunjungan pemimpin PKT ke Asia Tenggara bertujuan untuk membentuk aliansi melawan AS, namun hasilnya sangat terbatas.

Tang Jingyuan, pembawa acara di kolom “Jingyuan Talks”, mengatakan: “Kita bisa melihat dengan sangat jelas strategi negara-negara ASEAN saat ini. Bukan hanya Vietnam, tapi seluruh ASEAN tampaknya berpandangan sama—mereka punya satu garis merah: tidak boleh membuat Amerika marah.” (Jhon)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS