Dilshat Reshit, yang telah menjabat sebagai juru bicara Kongres Uighur Dunia (WUC) selama hampir 20 tahun, ditangkap karena diduga memata-matai komunitas Uighur di Swedia untuk kepentingan pemerintahan partai komunis Tiongkok. WUC segera merilis pernyataan resmi bahwa pihaknya telah memberhentikan Dilshat dari jabatannya
EtIndonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus mata-mata yang melibatkan pemerintah Tiongkok mulai terungkap di berbagai negara. Kasus terbaru datang dari Swedia, di mana jaksa penuntut umum menangkap seorang pria dengan tuduhan melakukan aktivitas intelijen ilegal serius dengan target komunitas Uighur yang tinggal di pengasingan. Pengadilan memutuskan pria tersebut harus ditahan sementara proses hukum berjalan.
Yang mengejutkan banyak pihak adalah pengakuan dari WUC sendiriāsebuah organisasi yang dikenal keras menentang penindasan Beijing terhadap etnis Uighurābahwa tersangka dalam kasus tersebut adalah juru bicara resmi mereka, Dilshat Reshit. Dalam pernyataannya, WUC menyatakan bahwa mereka segera mencopot semua jabatan Dilshat di organisasi.
Dilshat diketahui telah menjabat sebagai juru bicara WUC untuk wilayah berbahasa Mandarin sejak tahun 2004, dan bahkan pernah mengunjungi Taiwan pada 2013 dalam rangka menghadiri acara terkait hak asasi manusia.
Menurut laporan media Swedia, kasus dugaan mata-mata ini sudah dimulai sejak 2019, namun baru terungkap secara resmi dalam beberapa hari terakhir. Menariknya, pada tahun 2010, otoritas Swedia juga pernah memanggil Dilshat Reshit sebagai saksi dalam kasus mata-mata serupa, namun saat itu ia belum dicurigai sebagai pelaku. Kini, lebih dari satu dekade kemudian, ia berubah status menjadi tersangka utama.
Dalam pernyataan terpisah, WUC menegaskan bahwa insiden ini menunjukkan betapa luas dan agresifnya jaringan intelijen partai komunis Tiongkok yang terus berkembang, termasuk pembentukan kantor polisi rahasia Tiongkok di berbagai negara Eropa yang digunakan untuk memata-matai, mengintimidasi, dan membungkam suara para pembangkang di luar negeri.
Organisasi ini juga menyatakan bahwa mereka telah mengaktifkan sistem kontra-intelijen internal, dan menyerukan kepada pemerintah negara-negara demokratis serta organisasi-organisasi hak asasi manusia untuk bekerja sama melindungi kelompok-kelompok rentan dari pengaruh, intimidasi, dan campur tangan pihak asing. (jhon)
Sumber : NTDTV.com