EtIndonesia. Ho Ching — istri mantan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong — Pada Senin (21/4/2025), membagikan sebuah artikel opini di Facebook yang dianggap publik sebagai sindiran terhadap pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), menyebutnya seperti seorang bos mafia. Sindiran ini menuding bahwa PKT kini kehabisan jalan dan malah ingin meminta bantuan dari negara-negara yang sebelumnya telah ditindasnya, sehingga memicu perbincangan hangat.
Judul artikel yang dibagikan Ho Ching adalah: “Jika Xi Jinping Tidak Bertindak Seperti Bos Mafia Selama 12 Tahun Terakhir, Tiongkok Pasti Punya Pengaruh Global yang Lebih Besar Saat Ini.”
Kunjungan terbaru Xi Jinping ke Asia Tenggara disebut dalam artikel tersebut sebagai sebuah “sandiwara”, yang justru memperlihatkan kesulitan yang dihadapi oleh PKT saat ini dan semakin sulit membuat negara-negara di kawasan untuk patuh pada keinginannya.
Artikel itu juga mengkritik sikap hipokrit PKT yang di satu sisi menentang proteksionisme, namun di sisi lain mendorong klaim sepihak “sembilan garis putus-putus” di Laut Tiongkok Selatan, membangun fasilitas militer di pulau-pulau yang disengketakan, dan mengganggu kapal nelayan negara-negara tetangga dengan kapal penjaga pantainya — tindakan-tindakan yang membuat negara-negara Asia Tenggara sangat resah.
Program Belt and Road Initiative (BRI) PKT juga kerap mendapat kritik di Asia Tenggara sebagai “jebakan utang”. Selain itu, Tiongkok juga dituduh menekan industri negara lain melalui relokasi kapasitas produksi dan praktik dumping harga.
Di dalam negeri, PKT terus menerapkan berbagai pembatasan terhadap perusahaan asing dan tidak memenuhi janjinya ketika bergabung dengan WTO. Namun sekarang justru menuduh negara lain melakukan proteksionisme, yang membuat banyak pihak mempertanyakan kredibilitasnya.
Lebih jauh lagi, sikap PKT terhadap Eropa tidak jauh berbeda dengan sikapnya terhadap Amerika Serikat. Dukungan terang-terangan terhadap aksi militer Rusia dalam invasi ke Ukraina juga dianggap sebagai upaya “melawan seluruh dunia Barat”.
Artikel tersebut menyimpulkan bahwa selama lebih dari satu dekade, PKT telah memilih jalur yang berseberangan dengan nilai-nilai peradaban manusia, menyebabkan hilangnya kepercayaan internasional.
Kini, meskipun ingin mengubah citra, sangat sulit bagi mereka untuk memperbaiki situasi yang sudah terlanjur rusak. (Hui)
Laporan oleh Kai Xin – NTD Television