EtIndonesia. Di hamparan padang rumput yang tenang di kawasan Auvergne-Rhône-Alpes, Prancis, para arkeolog membuka lembaran baru dari warisan sejarah yang sunyi namun sangat berarti. Di tempat ini, tersembunyi sebuah pemakaman luas berisi lebih dari seratus makam — namun anehnya, tidak ditemukan satu pun jasad manusia di dalamnya. Yang tersisa hanyalah perhiasan dan senjata, bisu namun berbicara tentang kekuasaan, kepercayaan, dan hierarki sosial di masa lampau.
Penggalian ini dipimpin oleh Institut Nasional Penelitian Arkeologi Preventif (INRAP) Prancis, berlokasi di situs arkeologi bernama Clercières-les-Neufs. Situs ini memiliki luas sekitar 650 meter persegi, dengan makam-makam yang tertata sepanjang poros utara-selatan, dikelilingi oleh parit berbentuk persegi — seakan membentuk sebuah “kota roh” yang tertata, namun tanpa kehadiran penduduknya.
Para ilmuwan menduga bahwa kuatnya tingkat keasaman tanah di wilayah ini menyebabkan tulang-belulang manusia hancur total seiring waktu, hingga tak tersisa sedikit pun fragmen tulang. Namun secara ajaib, berbagai artefak logam dan perhiasan yang dikuburkan bersama mereka tetap terjaga dengan sangat baik. Seolah-olah artefak ini sengaja ditinggalkan sebagai tanda ingatan, menunggu untuk ditemukan, menjadikan makam-makam ini semacam “harta karun tanpa tuan” yang nyata namun juga ilusi.
Berdasarkan artefak yang ditemukan, para ahli menyimpulkan bahwa tempat ini adalah lokasi pemakaman bagi orang-orang berpangkat tinggi. Gelang-gelang dari perunggu — mulai dari desain spiral sederhana hingga pola konsentris dan motif mata yang rumit — menunjukkan simbol status dan kesadaran budaya masyarakat saat itu. Setiap artefak berbicara melintasi zaman, menyampaikan pesan kepada generasi modern.
Di antara semua temuan, perhatian khusus diberikan pada satu area pemakaman kremasi. Di sana, para arkeolog menemukan berbagai barang persembahan upacara dan sebuah wadah kecil berhias pola berlubang dan lukisan warna-warni. Namun, yang paling menggetarkan hati para peneliti bukanlah artefak ini.
Yang paling mencolok adalah ditemukannya dua pedang besi yang masih terbungkus dalam sarungnya:
- Pedang pertama, ditemukan di makam nomor 990, memiliki desain sederhana dan diduga dirancang untuk dibawa dekat dengan tubuh. Pada bagian atas sarung pedang terdapat pola sepasang mata, dan jejak serat tekstil yang teroksidasi masih menempel di logamnya.
- Pedang kedua dianggap luar biasa. Pegangan dan pelindung pedangnya terbuat dari paduan perunggu, dihiasi batu permata. Sarung pedangnya dipenuhi ornamen spiral dan motif mata. Melalui analisis sinar-X, ditemukan pula simbol lingkaran dan bulan sabit di ujung pedangnya. Kedua senjata ini berasal dari abad ke-4 sebelum Masehi.
Tim peneliti mencatat bahwa situs ini menunjukkan banyak kesamaan dengan situs-situs Zaman Besi di wilayah Champagne, Cekungan Paris, dan Burgundy. Hal ini mencerminkan keterkaitan budaya dan tatanan sosial di wilayah Galia kuno. Penemuan ini bukan sekadar penggalian lapisan tanah, tetapi juga pengangkatan memori kolektif sebuah komunitas yang terlupakan dalam lorong waktu.
Meskipun jasad-jasad yang dahulu bersemayam di sana telah lama lenyap, cerita mereka tetap hidup — disampaikan melalui artefak-artefak kuno yang mampu menembus perjalanan ribuan tahun, hingga akhirnya tiba di mata dunia masa kini.(jhn/yn)