Dalam konteks meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan Filipina akibat sengketa Laut Tiongkok Selatan, Filipina akan menerima gelombang kedua rudal anti-kapal hipersonik “BrahMos” dari India. Filipina berharap dengan rudal ini, mereka dapat mempercepat modernisasi militernya serta memperkuat kemampuan pertahanan pesisir dan penguasaan jalur laut.
EtIndonesia. Rudal “BrahMos” diproduksi bersama oleh India dan Rusia, dan dapat diluncurkan dari darat maupun kapal perang. Pada tahun 2022, Filipina mengeluarkan dana sebesar 370 juta dolar AS untuk memesan tiga sistem rudal “BrahMos”. Gelombang pertama telah dikirim pada April tahun lalu.
“BrahMos” merupakan versi peningkatan dari rudal Rusia “P-800 Oniks”. Rudal ini memiliki berat 3 ton, membawa hulu ledak seberat 300 kilogram, mampu terbang dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara, dan memiliki jangkauan tempur sekitar 290 kilometer. Ini adalah rudal anti-kapal paling kuat yang dimiliki Filipina saat ini.
Filipina merupakan jalur utama bagi armada Partai Komunis Tiongkok (PKT) dari Laut Tiongkokk Selatan menuju Samudra Pasifik bagian barat, melalui Selat Luzon atau Selat Bashi di utara Filipina, atau terkadang melalui jalur laut di antara pulau-pulau Filipina. Jika PKT berniat memblokade atau menyerang Taiwan, mereka harus melewati Selat Bashi atau Kepulauan Filipina. Oleh karena itu, jika terjadi konflik bersenjata di Selat Taiwan, Filipina hampir pasti akan terseret ke dalamnya.
Sebagai sekutu Amerika Serikat, Filipina merasa perlu membantu mempertahankan Taiwan dan melindungi sekitar 150.000 warga negara Filipina di Taiwan. Filipina juga telah meminta AS untuk menempatkan sistem persenjataan Typhoon di Pulau Luzon bagian utara, yang mampu meluncurkan rudal jelajah Tomahawk dan menjangkau Selat Taiwan serta pesisir timur Tiongkok. Dalam latihan militer bersama “Balikatan” yang dimulai 21 April tahun ini, Filipina dan AS juga melakukan skenario latihan pemblokiran Selat Bashi menggunakan rudal anti-kapal.
Saat ini, hubungan diplomatik dan keamanan antara Manila dan Beijing semakin tegang. Selain perselisihan di Laut Tiongkok Selatan, baru-baru ini kedua pihak saling menuduh melakukan kegiatan spionase. PKT baru-baru ini menangkap tiga warga Filipina dengan tuduhan mata-mata, namun Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro dengan tegas membantah tuduhan tersebut, menyebutnya tidak dapat dipercaya. (Hui/asr)
Tim Produksi NTD News