EtIndonesia. Di Pelabuhan Esbjerg, wilayah barat Denmark, kendaraan tempur dan peralatan militer milik Angkatan Darat Amerika Serikat terlihat sedang dipersiapkan untuk dimuat ke kapal kargo guna dikirim kembali ke AS. Peralatan tersebut sebelumnya digunakan dalam latihan militer NATO di sisi timur Eropa, dan kini akan dipulangkan sesuai rencana.
Di tengah ketegangan global yang meningkat serta kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, seruan agar Eropa mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam hal pertahanan kembali menggema. Namun, sebuah laporan terbaru dari lembaga kajian strategis menyatakan bahwa kemandirian militer Eropa dari Amerika Serikat tidak akan mudah.
25 Tahun dan 1 Triliun Dolar Biaya Kemandirian
Mengutip laporan Politico.eu, sebuah studi dari International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di London dan dirilis pada Kamis, 15 Mei, menyimpulkan bahwa jika AS benar-benar menarik seluruh kekuatan militernya dari Eropa, maka negara-negara NATO di kawasan tersebut akan menghadapi tantangan serius dalam mengisi kekosongan kekuatan militer yang ditinggalkan.
Laporan tersebut menekankan bahwa untuk mengganti seluruh kontribusi militer AS secara satu-per-satu, Eropa akan membutuhkan waktu sekitar 25 tahun dan dana tidak kurang dari 1 triliun dolar AS.
Pengadaan Alutsista Sangat Mahal dan Rumit
Dari total tersebut, pengadaan peralatan tempur dalam satu fase saja diperkirakan akan memakan biaya antara 226 miliar hingga 344 miliar dolar, tergantung pada kualitas dan spesifikasi sistem persenjataan yang dipilih. Namun, itu baru tahap awal. Tambahan biaya besar akan dibutuhkan untuk:
- Perawatan dan pemeliharaan sistem
- Pelatihan dan gaji personel
- Logistik dan sistem pendukung lainnya
Dalam daftar pengeluaran terbesar, 400 unit pesawat tempur taktis menempati urutan teratas, diikuti oleh 20 kapal perusak (destroyer) dan 24 sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh (long-range SAM).
Biaya Personel dan Kesenjangan Kemampuan Strategis
IISS juga memperkirakan bahwa jika terjadi konfrontasi militer berskala besar—misalnya serangan langsung dari Rusia—biaya untuk menggantikan sekitar 128.000 personel militer AS yang saat ini ditempatkan di Eropa akan melebihi 12 miliar dolar.
Namun, angka-angka tersebut belum mencakup kesenjangan kemampuan yang sangat penting namun sulit diukur, seperti:
- Kemampuan komando dan kendali gabungan (C4ISR)
- Operasi tempur lintas-matra (joint operations)
- Pertahanan luar angkasa
- Sistem intelijen, pengintaian, dan pengawasan (ISR)
- Biaya terkait pemeliharaan dan pengembangan senjata nuklir
Kemandirian Militer Eropa: Lebih dari Sekadar Uang
Laporan IISS memperingatkan bahwa mengisi kekosongan kekuatan militer AS di Eropa bukan hanya persoalan waktu dan uang, tetapi juga membutuhkan komitmen politik jangka panjang yang solid serta investasi besar-besaran yang ambisius dan konsisten.
Namun demikian, bahkan dengan adanya kemauan politik dan dukungan anggaran yang kuat, dalam jangka pendek, industri pertahanan Eropa belum tentu mampu memenuhi lonjakan permintaan. Industri ini akan dihadapkan pada:
- Keterbatasan rantai pasokan
- Kekurangan tenaga kerja terampil di sektor teknologi pertahanan
- Hambatan regulasi dan pembiayaan
“Beli Produk Eropa”? Masih Jauh dari Kenyataan
Inisiatif seperti “Buy European” yang digagas oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen kemungkinan akan sulit diwujudkan dalam waktu dekat.
Meski pengadaan untuk sektor angkatan darat meningkat, investasi pada sektor angkatan laut dan dirgantara masih sangat minim. Beberapa sistem senjata canggih, seperti multiple launch rocket systems (MLRS) dan jet tempur siluman, bahkan belum memiliki alternatif buatan Eropa yang setara dan siap pakai.
Kesimpulan
Laporan ini memperjelas bahwa ketergantungan Eropa terhadap perlindungan militer AS—terutama dalam kerangka NATO—masih sangat besar. Upaya untuk melepaskan ketergantungan tersebut tidak akan cepat, murah, atau mudah.
Kemandirian militer penuh mungkin memang memungkinkan dalam jangka panjang, tetapi membutuhkan transformasi besar-besaran dalam kemampuan industri, kebijakan strategis, dan komitmen politik dari seluruh kawasan Eropa. (jhn/yn)