Orang-orang Dimasukkan ke Dalam Kantong Mayat Meskipun Mereka Belum Meninggal Dunia, Warga Wuhan: PKT adalah Bandit

EtIndonesia. Le Zailin, seorang warga Distrik Xihu, Kota Wuhan, mengalami hari-hari penuh penderitaan selama 76 hari masa lockdown akibat pandemi di Wuhan beberapa tahun lalu—pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup.

 “Rumah-rumah langsung dikunci seluruh kompleksnya, satu gedung dikunci total. Bahkan sampai pada tahap pintu rumah warga dilas dari luar dengan besi baja. Ada orang-orang yang sama sekali tidak punya makanan atau obat. Saat itu, banyak yang melompat dari gedung,” katanya. 

Ia mengatakan, tidak adanya kebebasan berbicara merupakan luka paling besar bagi mereka. Jika seseorang mengeluh di grup pertemanan, ia akan dituduh demam oleh otoritas dan langsung dikirim ke tempat karantina, bersama pasien yang terinfeksi — nyawanya pun bisa melayang sewaktu-waktu.


“Sekitar tanggal 10 Februari, karena orang-orang seperti Qiu Shi, Zhang Zhan, dan Fang Bin — mereka ditangkap dalam waktu berdekatan. Dalam sehari, bisa dua atau tiga orang dari lingkungan kami tiba-tiba menghilang dan tak bisa dihubungi,” katanya. 

Ia mengungkapkan, siapa pun yang memotret orang yang meninggal akibat infeksi COVID secara langsung akan dicegah dan rekamannya dihapus.


“Di rumah sakit, dalam ambulans, ada orang yang belum meninggal tapi sudah dimasukkan ke dalam kantong mayat. Resleting kantong mayat itu masih setengah terbuka, dan orang itu masih membuka mulutnya begini,” ujarnya. 


“Saat itu, kalau ada yang meninggal, langsung diseret pergi. Tidak diizinkan mengadakan pemakaman, dan orang itu pun hilang begitu saja. Abu jenazah pun tidak boleh diambil — katanya harus menunggu pandemi berakhir.”

Ia juga mengungkap bahwa seorang teman perawatnya mengalami tekanan mental berat — selain harus bekerja fisik tanpa henti selama 24 jam, mereka juga harus menyaksikan banyak pasien meninggal setiap hari tanpa bisa menolong, hingga menangis histeris, lalu harus terus bekerja seolah tak terjadi apa-apa.

Le Zailin sendiri ditangkap dan disiksa oleh polisi karena menyuarakan pendapat bebas di internet.


“Mereka menggantungku di pagar baja tahan karat, lalu mengatur tinggi gantungan agar kakiku hanya bisa menyentuh lantai dengan berjinjit. Setelah beberapa jam digantung, saat interogasi, mereka menggunakan tongkat karet menusuk perutku. Setelah disiksa, aku bahkan sampai mengompol,” katanya. 

Ia dengan tegas menyatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak memperlakukan rakyat sebagai manusia. Menurutnya, PKT adalah kelompok bandit, dan kejahatan mereka tak terhitung jumlahnya.

Pada Mei 2024, setelah tiba di Amerika Serikat, ia menyatakan dengan tegas keluar dari organisasi jahat Partai Komunis Tiongkok.


“Dalam hatiku, aku sudah lama meninggalkan kelompok itu. Aku bersedia bersumpah, karena kebodohan masa kecil aku pernah bergabung dengan organisasi mereka seperti Pionir Muda. Di sini aku dengan sungguh-sungguh menyatakan: mulai hari ini, saat ini juga, aku keluar dari Pionir Muda, keluar dari Partai Komunis dan semua organisasi terkait. Aku tidak akan lagi bersekutu dengan kelompok bejat seperti mereka, dan menganggap organisasi itu sebagai aib,” ungkapnya. (Hui)

Laporan dari Jurnalis NTD – Yang Yang, langsung dari Los Angeles

FOKUS DUNIA

NEWS