Setelah Amerika Serikat dan Tiongkok mencapai kesepakatan penurunan tarif di Jenewa, Swiss, akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengatakan dalam wawancara eksklusif dengan Fox News bahwa jika dirinya saat itu tidak mencapai kesepakatan dengan pihak Tiongkok, “mereka akan hancur berkeping-keping.”
EtIndonesia. Dalam program wawancara Fox News yang ditayangkan pada 16 Mei, sang pembawa acara menyebutkan bahwa pasar menyambut baik itikad Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk duduk dan bernegosiasi. Menanggapi hal itu, Trump secara blak-blakan menyatakan, “Jika saya waktu itu tidak mencapai kesepakatan ini dengan pihak PKT, mereka akan hancur berkeping-keping, sedangkan kita tidak.”
Berdasarkan kesepakatan tarif yang dicapai antara AS dan PKT akhir pekan lalu di Jenewa, AS setuju menurunkan tarif atas barang-barang asal Tiongkok dari 145% menjadi 30%, sementara PKT akan menurunkan tarif atas barang-barang AS dari 125% menjadi 10%. Kesepakatan ini mulai berlaku pada pukul 00:00 waktu bagian timur AS pada 14 Mei.
Detail lengkap dari isi kesepakatan tersebut belum diumumkan ke publik. Namun dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada 13 Mei, menjelang berlakunya kesepakatan itu, Presiden Trump menyebut bahwa perjanjian ini akan “membuka” pasar Tiongkok bagi perusahaan-perusahaan Amerika.
AFP mengutip pernyataan Trump dalam wawancara tersebut: “Kami memiliki cetak biru rencana untuk mencapai sebuah kesepakatan yang sangat, sangat besar dengan pihak PKT . Tapi bagian paling menarik dari kesepakatan ini adalah bahwa Tiongkok akan membuka (pasar) bagi perusahaan-perusahaan Amerika.”
Trump tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut, hanya menyatakan: “Ini sangat menggembirakan bagi kita dan juga bagi PKT. Kita sedang berusaha membuka pasar Tiongkok.”
Dari pihak PKT sendiri, hingga kini belum merinci isi kesepakatan tarif tersebut. Namun berbagai perusahaan ekspor di Tiongkok tengah memanfaatkan “masa tenggang” 90 hari dari kesepakatan itu untuk mempercepat pengiriman barang ke AS, menyebabkan lonjakan permintaan pengapalan dan fenomena “satu kapal pun sulit didapat.”
Sementara itu, media pemerintah PKT Global Times menerbitkan artikel pada 16 Mei yang menyatakan bahwa meskipun kedua negara telah mencapai kesepakatan, para pelaku usaha tetap khawatir bahwa kebijakan AS bisa berubah setelah 90 hari. Artikel itu menyebutkan bahwa jangka waktu 90 hari dari kesepakatan tarif ini seharusnya tidak terlalu singkat.
Beberapa analis berpendapat bahwa pihak Tiongkok kemungkinan besar tidak akan sepenuhnya menjalankan isi kesepakatan tersebut, melainkan cenderung menggunakan negosiasi sebagai taktik untuk mengulur waktu.
Setelah masa tenggang 90 hari berakhir, kemungkinan besar perang tarif antara AS dan Tiongkok akan kembali mengalami perubahan. Langkah apa yang akan diambil Presiden Trump saat itu menjadi hal yang patut diperhatikan. (Hui)
Sumber : NTDTV.com