Pada Jumat (23 Mei), Rusia dan Ukraina menggelar pertukaran tawanan terbesar sejak pecahnya perang. Sesuai perjanjian, masing-masing pihak akan membebaskan 1.000 orang dalam tiga hari. Di hari pertama, sebanyak 390 tawanan perang Ukraina telah kembali ke tanah air mereka, para prajurit terlihat sangat emosional karena akhirnya bisa pulang. Rusia, di sisi lain, menerima 270 tentara dan 120 warga sipil.
EtIndonesia. Perjanjian pertukaran tahanan perang merupakan hasil nyata dari pertemuan tatap muka pertama antara Rusia dan Ukraina sejak perang skala penuh dimulai. Pertemuan berlangsung pada 16 Mei di Istanbul, Turki, dan juga melibatkan diplomat dari negara-negara Nordik dan Baltik dalam persiapan pertukaran ini.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Dalam unggahannya di platform X, ia menulis, “Kami sedang membawa rakyat kami pulang.” Ia berterima kasih atas segala upaya yang memungkinkan pertukaran ini terjadi, dan menyebutnya sebagai “satu-satunya hasil konkret dari pertemuan di Istanbul.” Zelenskyy juga menyatakan bahwa Ukraina tidak hanya menukar tawanan militer Rusia, tetapi juga beberapa kolaborator pro-Rusia.
Menurut laporan dari Central News Agency, proses pertukaran tawanan berlangsung pada 23 Mei sore waktu setempat, di wilayah utara Ukraina dekat perbatasan Belarus. Pemerintah mengerahkan lima bus besar untuk membawa para tawanan yang dibebaskan ke rumah sakit guna pemeriksaan dan perawatan awal.
Sekitar seratus anggota keluarga dan awak media berkumpul di lokasi. Beberapa warga membawa foto dan spanduk bertuliskan nama tentara yang hilang, menyambut para tahanan yang kembali. Ketika bus tiba, orang-orang berseru, “Terima kasih!” dan “Selamat datang pulang!” Suasana penuh haru. Banyak tahanan yang turun dari bus mengenakan bendera Ukraina di tubuh mereka.
Seorang tentara yang dibebaskan bernama Anatoliy mengatakan, “Aku melupakan semua rasa sakit, ini seperti ulang tahunku yang kedua.”
Warga lain bernama Elia menceritakan bahwa suaminya ditangkap dalam serangan penyergapan 17 hari setelah perang dimulai. Kini suaminya akhirnya dibebaskan. “Aku telah menunggu hari ini selama 3 tahun, 2 bulan, dan 11 hari. Mimpiku akhirnya menjadi kenyataan.” Ketika melihat suaminya di tengah kerumunan, ia berteriak histeris dan memeluknya erat. Ia menggambarkan suaminya sebagai sosok yang kurus dan bermata kosong. “Dia menunduk dan menghindari tatapan saat berbicara, tapi aku tahu Rusia tidak berhasil mematahkan semangatnya. Dia hanya berusaha keras menahan tangis.”
Di lokasi rumah sakit lainnya, terjadi momen haru lain. Olena akhirnya bertemu dengan suaminya, Oleksandr Nyhir, yang telah ditawan selama 22 bulan. Mereka saling menatap penuh cinta dan berpelukan lama. Olena berkata, “Aku sudah membayangkan momen ini berkali-kali, tapi baru hari ini aku benar-benar percaya bahwa itu nyata.”
Oleksandr mengatakan bahwa selama di penjara, ia terus merindukan keluarganya. Kini, yang paling ia harapkan adalah bisa menebus waktu yang hilang, meski ia mengakui masih memerlukan perawatan untuk trauma sistem sarafnya.
Namun, sebagian keluarga belum bisa bersatu kembali. Seorang ibu bernama Inna, membawa putrinya yang berusia 7 tahun, Alina, sambil memegang foto anak lelakinya dan mencari-cari di kerumunan. Anaknya diculik tiga tahun lalu setelah pertempuran di Mariupol. Ia mengatakan, “Kami berharap dia masuk daftar besok (24 Mei). Kami tak punya pilihan lain selain terus menunggu.”
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, dalam wawancara di lokasi menyatakan bahwa pihak Ukraina siap untuk mendorong proses perdamaian, dan dalam pertemuan Istanbul telah menyampaikan niat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia. Namun, kemajuan masih terbatas. Ia berkata, “Langkah pertama adalah pertukaran tawanan perang dan warga sipil. Jika ini berjalan lancar, langkah kedua adalah gencatan senjata. Langkah ketiga adalah pertemuan pemimpin negara.”
Meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak hadir dalam pertemuan di Istanbul, perwakilan dari kedua belah pihak tetap berhasil mencapai kesepakatan terkait pertukaran tawanan, meskipun masih ada perbedaan pendapat soal isu-isu inti seperti wilayah. (Hui)
Sumber : NTDTV.com