oleh Chen Wen dan Yi Ru
Dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif Tiongkok telah menunjukkan tren involusi yang serius. Tidak hanya perusahaan mobil yang memangkas harga, tetapi fenomena Mobil Bekas Nol Kilometer juga muncul di pasar mobil Tiongkok. Para ahli percaya bahwa situasi ini merupakan akibat dari kelebihan kapasitas dan kelebihan pasokan ke pasar yang disebabkan oleh kebijakan Lompatan Jauh ke Depan PKT, sedangkan perusahaan mobil Tiongkok mengandalkan strategi penipuan untuk merebut pasar. Pendekatan semacam ini tidak akan bertahan lama, cepat atau lambat akan menyebabkan putusnya rantai modal, yang menyebabkan industri otomotif Tiongkok bernasib seperti industri real estat Tiongkok.
Akibat Lompatan Jauh ke Depan Industri Otomotif Tiongkok Mengalami Involusi Serius
Pada 23 Mei, perusahaan kendaraan listrik terkemuka Tiongkok BYD mengumumkan promosi penjualan pertengahan tahun “618” dengan memberikan subsidi dalam waktu terbatas sebelum 30 Juni tahun ini terhadap 22 model kendaraan pintar BYD dengan harga diskon antara 10% hingga 34%.
Ini sebenarnya adalah gelombang ketiga promosi penurunan harga BYD tahun ini. BYD telah melakukan kegiatan promosi selama tiga bulan sejak akhir Maret tahun ini, dengan menggunakan subsidi pabrikan dan subsidi tunai untuk mengurangi harga secara terselubung. Jenis kendaraannya yang terlibat juga berkembang dari sebelumnya 10 model kendaraan non-pintar menjadi 22 model kendaraan pintar, dan pengurangan harganya juga semakin besar untuk meningkatkan data penjualan.
Menghadapi perang harga yang dilancarkan BYD, produsen mobil lain pun tak mau ketinggalan, seperti Geely Galaxy dan SAIC-GM, yang juga meluncurkan promosi berupa “subsidi dalam waktu terbatas”, yaitu memberikan penurunan harga kepada pembeli dalam batas waktu yang ditentukan.
Persaingan ketat dalam memberikan potongan harga ini telah membangkitkan kekhawatiran dan pikiran masyarakat tentang fenomena “involusi” yang sudah serius terjadi dalam industri otomotif Tiongkok.
Sun Kuoh-siang, seorang profesor penuh waktu di Departemen Hubungan Internasional dan Bisnis di Universitas Nanhua,Taiwan mengatakan kepada Epoch Times bahwa alasan industri otomotif Tiongkok mengalami “involusi” pertama-tama adalah karena kebijakan subsidi pemerintah PKT, dan panduan industri untuk kendaraan energi baru yang mengakibatkan kelebihan kapasitas dan kejenuhan pasar dalam industri otomotif. “Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan yang masuk, mengakibatkan kelebihan pasokan dan persaingan harga yang semakin ketat,” ujarnya.
Kemudian, pemerintah daerah juga memperkenalkan kebijakan preferensial yang mengakibatkan ekspansi tak terkendali dari perusahaan-perusahaan mobil lokal. “Untuk mendapatkan dividen dari kebijakan dan dalam hal pembiayaan, perusahaan cenderung memperluas penjualan melalui perang harga dengan berlomba menurunkan harga penjualan mobil.”
Selain itu, Sun Kuok-siang percaya bahwa perusahaan otomotif Tiongkok masih berada di bawah tekanan dari valuasi modal dan pasar, “Mereka cenderung untuk secepatnya meningkatkan penjualan dan pangsa pasar, bahkan dengan mengorbankan keuntungan”. Pada saat yang sama, banyak merek mobil listrik masih belum cukup matang dalam teknologi inti, sehingga persaingan hanya difokuskan pada strategi harga dan promosi”, tambahnya.
Frank Tian Xie, seorang profesor di Sekolah Bisnis Aiken di Universitas Carolina Selatan, mengatakan kepada reporter Epoch Times bahwa kendaraan listrik di Tiongkok dikembangkan dengan meniru gaya “Lompatan Jauh ke Depan” yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang begitu brutal.
“Dalam waktu singkat, pasar kendaraan listrik Tiongkok diserbu oleh lebih dari 200 pabrik kendaraan listrik yang tanpa menyelesaikan semua masalah teknis, keselamatan, dan kualitas, karena mereka (perusahaan mobil) semua hanya ingin memanfaatkan subsidi negara yang ditawarkan oleh PKT. Dengan demikian, ‘serbuah bergaya Lompatan Jauh ke Depan’ ini pasti menimbulkan persaingan yang sengit, sangat sengit, dan sebenarnya sangat kejam”, kata Frank Tian Xie.
Frank Tian Xie percaya bahwa apa yang disebut “produktivitas kualitas baru” yang didukung oleh PKT pada dasarnya telah “mati”, dan tidak menutup kemungkinan industri kendaraan listrik Tiongkok juga akan menghadapi nasib serupa.
Fenomena “Mobil Bekas Nol Kilometer”: Modus Penipuan Perusahaan Mobil Tiongkok
Gegara persaingan ketat di pasar otomotif saat ini, sampai muncul fenomena “mobil bekas nol kilometer” di Tiongkok.
Pada 23 Mei saat wawancara dengan media Tiongkok daratan, Wei Jianjun, ketua China Great Wall Motors, secara terbuka mengungkapkan kisah dari dalam tentang fenomena “mobil bekas nol kilometer”, yaitu, setelah mobil baru belum terjual didaftarkan ke dinas lalu lintas dan memperoleh plat nomor kendaraan, maka mobil tersebut dianggap telah terjual kemudian ditawarkan kepada pembeli sebagai mobil bekas.
Wei Jianjun mengatakan bahwa ini adalah cara beberapa perusahaan mobil yang terdesak untuk menunjukkan data penjualan dan kinerja pasar modal, selain juga guna menutupi tumpukan inventaris yang sebenarnya dan tekanan rantai modal. Ia percaya bahwa praktik “mobil bekas nol kilometer” ini tidak hanya mengganggu tatanan pasar secara serius, tetapi juga membawa risiko kualitas bagi konsumen.
Sun Kuok-siang percaya bahwa praktik “mobil bekas nol kilometer” menyembunyikan volume penjualan yang sebenarnya. Perusahaan mobil mengalihkan kendaraan inventaris ke pasar mobil bekas dengan menggunakan nama mobil bekas. Esensinya adalah laporan keuangan palsu dengan mempercantik kinerja penjualan dan penurunan jumlah inventaris. Hal ini memiliki risiko yang besar di baliknya.
Frank Tian Xie menyebutkan bahwa ketika perusahaan mobil listrik Tiongkok, termasuk BYD, mengekspor produknya ke Eropa, mereka tidak dapat melewati standar keselamatan mobil dan persyaratan inspeksi yang ketat di Eropa, sehingga mereka mengubah mobil baru menjadi mobil bekas untuk memasuki pasar Eropa.
“Ini terdengar konyol.” kata Frank Tian Xie, tetapi perusahaan mobil Tiongkok memang menjual mobil baru sebagai mobil bekas, karena mobil bekas tidak perlu melewati inspeksi keselamatan yang ketat saat memasuki Eropa. Ini setara dengan (perusahaan mobil Tiongkok) menurunkan derajat diri dan menjual mobil baru mereka sebagai mobil bekas, mereka memasuki pasar Eropa dengan cara penipuan.”
Frank Tian Xie mengatakan bahwa praktik “mobil bekas nol kilometer” telah menjadi “kanker” dan “aturan tak tertulis” dalam industri otomotif Tiongkok saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan otomotif Tiongkok telah mengalami “involusi” yang sangat serius sehingga menggunakan segala cara tanpa rasa malu.
Industri otomotif Tiongkok Kemungkinan akan Bernasib Seperti Industri Real Estat Tiongkok
Dalam wawancaranya dengan media Tiongkok daratan itu Wei Jianjun juga memperingatkan bahwa fenomena “Evergrande” sudah muncul di industri otomotif Tiongkok, hanya saja belum “meledak.”
Grup Evergrande pernah menjadi perusahaan terkemuka di pasar real estat Tiongkok. Karena ekspansi berlebihan dan rantai modal yang terputus, perusahaan itu mengalami krisis utang sebesar RMB.2,4 triliun pada bulan September 2021. Setelah itu, ketua perusahaan Xu Jiayin ditangkap dan dipenjara, meninggalkan bangunan terbengkalai di seluruh negeri. Banyak keluarga pembeli rumah yang kehilangan semua uang tabungan mereka.
Sun Kuok-siang mengatakan, sudah mulai tampak bahwa industri otomotif Tiongkok memiliki potensi risiko “Evergrande” atau “real estat”.
Ia berpendapat bahwa meskipun industri otomotif tidak memengaruhi keseluruhan struktur keuangan dan fiskal lokal seperti real estate, “Namun, karakteristik perusahaan mobil, seperti rantai modal, subsidi pembiayaan konsumen, ketergantungan dan lainnya memang dapat membuat perusahaan mobil berisiko mengalami gelembung lokal. Apa lagi jika pengawasan gagal atau kepercayaan runtuh, mungkin ada keruntuhan dari sekelompok perusahaan mobil, jatuhnya harga mobil bekas, dan rusaknya sistem distribusi,” tukasnya lebih lanjut.
Frank Tian Xie juga mengatakan bahwa seperti krisis utang yang disebabkan oleh perusahaan real estat Tiongkok yang mengandalkan sejumlah besar pinjaman untuk membangun banyak rumah dan kemudian gagal menjualnya, jalur ini yang dilalui oleh industri otomotif Tiongkok saat ini.
Ia menunjukkan bahwa perusahaan mobil Tiongkok bergantung pada subsidi dan pinjaman pembiayaan untuk bertahan hidup. Ketika harga mobil baru terus turun, arus kas, arus modal, dan pendapatan perusahaan mobil semuanya akan menurun, selain tidak ada laba yang diperoleh, kerugian bahkan akan terus membesar. Semakin banyak mobil yang mereka buat dan jual di bawah harga, semakin besar pula kerugiannya. Ini jelas bukan jalan yang semestinya.”
“Baik peluncurannya ke pasar maupun pengembangan industri mobil pintar yang secara membabi buta, meningkatnya leverage (pinjaman), membengkaknya utang, dan produk yang tidak terjual semua ini adalah jalan yang sama (seperti ledakan gelembung real estat Evergrande). Jadi cepat atau lambat (perusahaan mobil) akan menghadapi kehancuran,” ujar Frank Tian Xie.
“Anti-Persaingan Tidak Sehat” PKT itu Hanya Lelucon
Melihat bahwa fenomena “involusi” dalam industri otomotif Tiongkok, terutama di pasar kendaraan listrik yang menjadi semakin serius, Komite Antimonopoli dan Antipersaingan Tidak Sehat di Dewan Negara PKT mengadakan pertemuan konsultasi ahli pada 21 Mei, yang intinya menuntut perbaikan persaingan involusi untuk mempertahankan tatanan persaingan pasar yang adil.
Sun Kuok-siang mengatakan bahwa persaingan involusi yang ingin diperbaiki oleh PKT sebenarnya ditujukan pada perang harga saat ini, subsidi yang berlebihan, data penjualan yang dipalsukan, dan masalah lainnya. Hal itu mungkin saja dapat memperlambat persaingan harga yang kejam dalam jangka pendek, tetapi dapat menyebabkan dampak negatif yang lebih buruk dalam jangka panjangnya.
Sun mengatakan: “Kebijakan tersebut mungkin berdampak besar terhadap beberapa perusahaan mobil yang mengandalkan subsidi untuk meningkatkan pangsa pasar dan memalsukan laporan keuangan mereka guna mendapatkan dana pembiayaan. Sehingga hal ini dapat menyebabkan putusnya rantai modal (perusahaan mobil) atau mempercepat keluarnya mereka dari pasar.”
Frank Tian Xie dengan lugas menunjukkan bahwa pernyataan “anti-monopoli dan anti-persaingan tidak sehat” PKT itu hanya lelucon, karena sistem ekonomi dan sistem politik PKT pada dasarnya adalah produk dari monopoli dan persaingan tidak sehat.
“PKT telah mempraktikkan monopoli dalam hal kekuasaan politik, juga mempraktikkan persaingan yang tidak sehat,” katanya. “Dalam konteks ekonomi, sebenarnya ia juga mempraktikkan monopoli. Ia menggunakan perusahaan milik negara yang monopoli dan persaingan tidak sehat melalui nepotisme, menempatkan orang-orang kepercayaan. PKT melakukan hal ini baik dalam politik maupun ekonomi. Sungguh lelucon jika rezim sekarang menentang praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.”
“Untuk benar-benar anti-monopoli dan persaingan tidak sehat, perlu terlebih dahulu melawan PKT … Jadi hal ini sudah dipastikan tidak akan berhasil.”
Mengenai pandangan beberapa orang tentang penurunan harga mobil di pasar Tiongkok dapat membuat warga sipil Tiongkok membeli mobil dengan harga yang lebih murah. Frank Tian Xie justru berpendapat bahwa tidak peduli seberapa murahnya mobil listrik Tiongkok dijual di negaranya sendiri, mobil itu tidak layak dibeli karena mobil listrik Tiongkok tidak memenuhi standar dan merupakan produk berkualitas rendah.” (***)