Li Jingyao -Secretchina.com
Semakin banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa situasi politik internal Partai Komunis Tiongkok (PKT) sudah mengalami sejumlah perubahan. Media corong PKT pada 10 Juni, People’s Daily (Harian Rakyat) menerbitkan artikel berjudul “Semakin Terbukanya Negara, Semakin Memacu Kemajuan Kita — Wawancara dengan Ren Zhengfei”. Bahkan, beberapa waktu terakhir, internet di daratan Tiongkok juga ramai dengan kemunculan kabar mengenai para pejabat tinggi PKT yang telah pensiun. Selain itu, beberapa orang yang memiliki kedekatan dengan kalangan elit militer mengungkapkan bahwa akan terjadi perubahan secara besar-besaran di panggung politik Tiongkok pada akhir Juni mendatang.
Trump: Kami Ingin Pasar Tiongkok Terbuka
Salah satu indikator penting dalam mengamati perubahan situasi di Tiongkok adalah melalui jaringan internet dan media resmi negara.
Pada 9 Juni, putaran kedua negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok berlangsung di London, Inggris. Dilaporkan bahwa kedua pihak memfokuskan pembahasan pada pembatasan ekspor logam tanah jarang dan semikonduktor.
Pada kesempatan itu, Delegasi AS diwakili oleh Perwakilan Dagang Jamieson Greer, Menteri Keuangan Scott Bessent, dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick. Sementara itu, pihak Tiongkok diwakili oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, Menteri Perdagangan Wang Wentao, serta Wakil Menteri sekaligus Perwakilan Perdagangan Internasional Li Chenggang.
Pejabat tinggi Gedung Putih menyatakan bahwa jika Beijing bersedia mempercepat ekspor logam tanah jarang, maka Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan melonggarkan pembatasan penjualan chip ke Tiongkok.
Trump mengatakan, “Kami ingin membuka pasar Tiongkok. Jika kami tidak bisa melakukannya, mungkin kami tidak akan melakukan apa-apa sama sekali.” Ia juga kembali menegaskan bahwa Tiongkok “selama bertahun-tahun telah mengambil keuntungan dari Amerika Serikat.”
People’s Daily: Semakin Terbuka Sebuah Negara, Semakin Maju Kita
Setelah Trump menyampaikan harapannya agar pasar Tiongkok dibuka, media resmi PKT People’s Daily langsung menanggapi pada 10 Juni dengan menerbitkan artikel utama berjudul “Semakin Terbukanya Negara, Semakin Memacu Kemajuan Kita — Wawancara dengan Ren Zhengfei.”
Pengamat politik Jiang Feng, dalam kanal medianya, menyatakan bahwa menghadapi gaya bicara Trump seperti itu, PKT tidak bisa lagi bersikap konfrontatif secara langsung. “Jadi kali ini PKT mengganti strategi: tidak membalas dengan keras, tidak menyerang balik, melainkan langsung mendorong Ren Zhengfei (pendiri Huawei) ke depan, dan memberinya panggung di halaman depan People’s Daily.”
Ren Zhengfei dalam wawancaranya menyampaikan bahwa Huawei “belum sehebat itu,” dan “Amerika Serikat melebih-lebihkan teknologi kami,” dengan sikap yang menunjukkan seolah-olah berkata, “Kami bukan musuh yang ingin kalian hancurkan,” dan “Kami ini lemah.”
Jiang Feng menganalisis, “Jika kita melihat dari waktu, latar belakang politik, dan di mana wawancara itu dipublikasikan, kita bisa mengetahui bahwa ini bukan keinginan pribadi Ren Zhengfei untuk bersuara, melainkan ada pihak yang membutuhkan Ren untuk berbicara. Siapa? Petinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT), lebih tepatnya faksi yang saat ini mengendalikan opini publik.” Ia menilai bahwa PKT mendorong Ren Zhengfei tampil ke depan karena “Partai tidak bisa secara langsung mengucapkan kata-kata yang lembek, karena akan terlihat sangat memalukan.”
Hal menarik yang patut dicermati adalah sepanjang wawancara tersebut sama sekali tidak disebutkan nama Xi Jinping maupun gelarnya selaku “Sekretaris Jenderal.” Hanya di kalimat terakhir muncul secara formal sebuah frasa berbunyi, “Negara di bawah kepemimpinan Partai…”. Jiang Feng menilai ini adalah upaya yang disengaja untuk menyingkirkan unsur Xi dan mengurangi aroma partai (PKT).
Dalam wawancara itu, Ren Zhengfei tampaknya menyampaikan pesan, “Kami tidak sekuat itu, jadi jangan langsung memblokir jalan kami.” Pesan lainnya seakan berbunyi, “Kami sudah mengganti orang-orang yang akan berkomunikasi dengan kalian.”
Jiang Feng menekankan, makna sebenarnya yang ingin disampaikan dari balik ini semuanya adalah bahwa sistem politik sedang mengirimkan “sinyal negosiasi” kepada pemerintahan Trump. Ada dua makna utama:
- Kami tidak lagi bersikeras pada narasi konfrontatif; tolong beri kami sebuah kesempatan.
- Kami bukan Xi Jinping. Kami adalah “Tiongkok generasi berikutnya” yang tidak akan meneruskan kebijakan keras yang lama.
Jiang Feng menyimpulkan bahwa ini menandai adanya perubahan mendasar dalam gaya bahasa sistem propaganda. Rezim saat ini mulai menarik diri secara kolektif, merendahkan nada, dan mengganti pendekatan retorik. Dulu mereka berkata, “Kami akan memecahkan blokade,” sekarang menjadi, “Sebenarnya kami masih jauh tertinggal.” Dulu mereka menyatakan, “Barat takut kami melampaui mereka,” kini berubah menjadi, “Barat sebenarnya terlalu melebih-lebihkan kami.”
Munculnya Bertubi-tubi Berita Tentang Pejabat Pensiunan: Pertanda Xi Jinping Kehilangan Kekuasaan?
Partai Komunis Tiongkok (PKT) melalui Ren Zhengfei mencoba melunak kepada Amerika Serikat, sekaligus mengirimkan sinyal bahwa “puncak kekuasaan partai” telah berganti orang. Media daratan Tiongkok dan media sosial dalam beberapa waktu terakhir juga tiba-tiba dipenuhi dengan berita-berita yang berkaitan dengan para pejabat tinggi PKT yang telah pensiun, serta artikel-artikel sejarah yang secara halus menyindir situasi politik yang semakin goyah saat ini.
Pengamat politik Zhou Xiaohui dalam tulisannya menyebutkan bahwa salah satu contohnya adalah puisi karya Wen Jiabao berjudul Memandang Langit Penuh Bintang (仰望星空) yang kembali beredar luas di internet Tiongkok. Puisi itu mencerminkan sebuah harapan — harapan agar Wen benar-benar bisa mengambil pelajaran dari berbagai petunjuk yang diberikan langit, lalu memilih jalan yang benar, demi mewujudkan kebangkitan sejati bangsa Tiongkok dan membawa kehidupan yang bahagia bagi rakyat. Jika Wen benar-benar menempuh pilihan tersebut, namanya akan tercatat dalam sejarah dengan tinta emas.
Selain puisi Wen Jiabao, artikel berjudul Tian Jiyun: Aku Merindukan Era Hu Yaobang dan Zhao Ziyang di Kompleks Zhongnanhai juga kerap muncul kembali di media dan platform sosial Tiongkok.
Menurut Zhou Xiaohui, kemunculan kembali artikel Tian Jiyun dimaksudkan untuk menyindir pejabat tinggi PKT saat ini yang nepotis, gemar pamer kekuasaan, dan gila jabatan. Fenomena ini bukan hanya terjadi di era Jiang Zemin, Hu Jintao, maupun Xi Jinping — semuanya pernah menunjukkan contoh mencolok dari praktik-praktik semacam itu. Meski artikel Tian tidak secara eksplisit menyebut “sang pemusatan kekuasaan” (merujuk pada Xi Jinping), maknanya tetap terasa sangat dalam dan tajam.
Selain itu, tulisan-tulisan dari mantan pemimpin seperti Hu Jintao, Wang Qishan, Hui Liangyu, dan Li Lanqing juga turut bermunculan di media dan media sosial.
Zhou Xiaohui menegaskan, “Jika Xi Jinping masih berkuasa penuh, artikel-artikel dari para pejabat pensiunan ini tidak akan mungkin bermunculan secara masif. Kemunculan berita tentang para pensiunan ini merupakan salah satu indikator kuat bahwa Xi sedang kehilangan kekuasaan.”
Perombakan Besar Dunia Politik Tiongkok Menjelang Akhir Juni?
Pengamat politik Li Dayu dalam siaran medianya mengungkapkan bahwa menurut seorang narasumber yang memiliki akses langsung ke jajaran paling atas militer PKT, “Xi Jinping sejatinya sudah kehilangan kekuasaan dan pengaruh. Orang dalam yang dekat dengan elite militer PKT menyampaikan bahwa pada akhir Juni akan terjadi perubahan besar-besaran dalam dunia politik Tiongkok. Salah satu pertemuan rahasia yang digelar menjelang pertengahan Juni akan menjadi penentu akhir siapa sosok pengganti Xi di masa depan. Wang Yang dan Hu Chunhua saat ini super sibuk hingga tak sempat bernapas.”
“Para pejabat PKT ibarat ilalang yang condong ke mana angin bertiup. Sekarang mereka mulai berbondong-bondong ‘lompat pagar’ dan berpindah kubu. Wang dan Hu juga dikabarkan bersiap memulai reformasi sistem politik,” lanjut narasumber tersebut. Ia juga menyerukan kepada media internasional agar memberi perhatian serius terhadap momen sejarah besar yang akan segera tiba ini, serta mendorong, mendukung, bahkan mengarahkan kekuatan-kekuatan keadilan baik dari dalam maupun luar sistem, untuk bersama-sama membebaskan bangsa Tiongkok dari perbudakan Partai Komunis serta dari cengkeraman kekuatan jahat “iblis merah.” (asr)