Operasi Spionase dan Represi Transnasional PKT Menghadapi Penumpasan Amerika Serikat

 oleh Hui Huyu

Baru-baru ini, Kementerian Kehakiman AS mendakwa 2 orang mata-mata senior asal Tiongkok dan menunjukkan bahwa Xi Jinping adalah dalang di balik layar kegiatan spionase Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ini merupakan sikap keras yang ditunjukkan oleh pemerintah Amerika Serikat dalam menghadapi penindasan transnasional Partai Komunis Tiongkok. Pada saat yang sama, Negara Bagian Texas mengesahkan “Undang-Undang Anti-Penindasan Transnasional” (Transnational Repression Act), yang menjadikan kegiatan ilegal transnasional PKT sebagai tindak pidana berat. Rangkaian tindakan ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat bekerja sama dengan lembaga peradilan dan perundang-undangan untuk secara tegas mengekang jaringan penindasan transnasional global PKT.

Kehakiman AS Mendakwa Mata-Mata PKT, Mengungkap Kebenaran Represi Transnasional 

Pada 31 Mei 2025, Kementerian Kehakiman AS mengumumkan bahwa juri agung federal telah mendakwa seorang warga negara Tiongkok bernama Cui Guanghai (43 tahun) dan warga negara Inggris yang memegang kartu hijau AS bernama John Miller (63 tahun). Keduanya dituduh melakukan penguntitan dan pelecehan terhadap para pembangkang asal Tiongkok di seluruh negara bagian di Amerika Serikat, dan diadili atas dugaan menyelundupkan teknologi militer Amerika Serikat ke PKT.

Atas permintaan Amerika Serikat, kedua tersangka ditangkap oleh polisi negara Serbia pada 24 April dan diekstradisi ke Amerika Serikat untuk diadili. Menurut dokumen pengadilan yang dirilis oleh Kementerian Kehakiman AS, Cui Guanghai dan John Miller adalah agen yang direkrut oleh Partai Komunis Tiongkok untuk melakukan tugas di Amerika Serikat, dengan tugas menargetkan seorang seniman yang tinggal di Los Angeles. Korban, Hui Bo, mengonfirmasi dalam sebuah wawancara dengan Voice of America bahwa dirinya adalah korban dalam kasus yang dirujuk oleh Kementerian Kehakiman.

Pada 15 Juni 2023, hari ulang tahun Xi Jinping, Hui Bo memutar film pendek berdurasi 13 detik di layar lebar di Times Square, New York, yang memperlihatkan patung Xi Jinping dan istrinya yang sedang berlutut. Hui Bo pernah mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa berbagai tindakan yang diambil oleh rezim Komunis Tiongkok selama merebaknya epidemi membawa bencana besar bagi Tiongkok dan dunia, dan ia membuat patung Xi Jinping yang sedang berlutut sebagai ungkapan atas ketidakpuasannya yang mendalam.

Video ini membuat marah pemimpin tertinggi Partai Komunis Tiongkok. Menurut dakwaan bahwa Cui Guanghai dan John Miller ditugaskan oleh Beijing untuk mencegah Hui Bo menghadiri protes KTT APEC di San Francisco yang diselenggarakan pada bulan November 2023, sekaligus menghancurkan patung berlutut yang dijadikan simbol perlawanan.

Kedua agen tersebut berusaha keras untuk menyelesaikan misi yang diemban. Tindakan mereka termasuk menguntit, memantau sampai menusuk ban mobil Hui Bo, mengintimidasi anggota keluarga Hui Bo yang berada di Tiongkok daratan, bahkan berencana untuk menyerang Hui Bo dengan kekerasan yang dikamuflasekan sebagai kasus perampokan harta. 

Benar saja Hui Bo gagal pergi ke San Francisco karena ban mobilnya pecah tertusuk. Pemimpin puncak PKT akhirnya mengutus para agennya untuk membeli patung Xi berlutut itu seharga USD 2.000,- hingga USD 3.000,- untuk dihancurkan.

Pada Februari 2025, Hui Bo kembali membuat patung Xi Jinping yang sedang berlutut dan dipajang di sebuah toko di California. Pada Maret, Cui Guanghai dan John Miller menerima perintah lain untuk melenyapkan patung baru tersebut dari pajangan. Namun PKT menemui dilema untuk bertindak di luar hukum, karena hasil seni mendapat perlindungan Konstitusi AS, dan para seniman bebas berkarya. Sehingga untuk melenyapkan patung, agen PKT terpaksa membelinya terlebih dahulu. Ironisnya, para mata-mata itu terpaksa terus membeli patung untuk dihancurkan, yang secara tidak langsung para agen itu selain memberikan dukungan finansial kepada para seniman pembangkang untuk membuat patung, juga mendukung reputasi opini publik.

Represi transnasional yang dilakukan PKT selain tidak masuk akal, tetapi juga pasti akan berakhir dengan sia-sia. Untungnya, pada April 2025, pihak berwenang AS dapat menangkap Cui Guanghai dan John Miller di Serbia sehingga kasus ini untuk sementara waktu teratasi.

Model Represi Transnasional PKT: Alih Daya Eksekusi, Penyamaran Berlapis, Menyasar Target Spesifik 

Menurut dokumen pengadilan Kementerian Kehakiman AS, kita dapat memahami beberapa detail kegiatan penindasan mata-mata PKT di luar negeri:

1. Warga asal Tiongkok sebagai penanggung jawab, orang Barat sebagai asisten dalam mengeksekusi. Dalam kasus ini, Cui Guanghai adalah kepala tim, yang memimpin John Miller dari Inggris, yang kemudian mempekerjakan warga AS setempat (salah satunya adalah informan FBI) untuk melakukan tindakan yang ditentukan.

2. Memperoleh otorisasi langsung dari pucuk pemimpin PKT. John Miller mengklaim bahwa rencana tersebut memiliki anggaran sebesar USD 100.000,- dan disetujui oleh “orang penting” di Beijing. Menurut pengungkapan John Miller kepada informan FBI, ia pergi ke Tiongkok pada Juni 2023 untuk bertemu dengan pejabat PKT, bertemu dengan orang setingkat gubernur di Provinsi Liaoning, dan bertemu dengan bos Cui Guanghai di Beijing, 2 orang “petinggi” PKT. Perlu dijelaskan di sini bahwa dakwaan Kementerian Kehakiman AS dengan jelas menyebutkan, FBI yakin bahwa Xi Jinping adalah bos besar yang berada di balik kasus ini.

  1. Merekrut personel lokal AS sebagai pelaksana rencana serangan untuk menghindari adanya jejak koneksi. Miller diminta untuk tidak meninggalkan petunjuk apa pun yang terkait dengan PKT, karena itu ia diwajibkan untuk bertindak “bersih.”

Model ini sangat mirip dengan kasus di mana mata-mata PKT dituntut karena membakar patung “Virus Xi Jinping” pada tahun 2022, yang menunjukkan bahwa sistem represi transnasional PKT telah beroperasi sejak lama, dengan struktur yang stabil dan metode yang semakin tersembunyi.

Pada 23 Juli 2021, sebuah patung yang disebut “Virus Xi Jinping” di Liberty Sculpture Park, California dibakar orang. Patung tersebut menggunakan wajah Xi Jinping sebagai globulin virus korona (virus PKT). Pembuatnya adalah Chen Weiming, seorang seniman pembangkang Tiongkok. Tujuan Chen menciptakan patung tersebut adalah untuk mengkritik otoritas PKT karena menyebarkan virus yang menyebabkan epidemi menyebar ke seluruh dunia.

Pada Maret 2022, Kementerian Kehakiman AS menggugat 3 orang terdakwa dalam kasus tersebut, yaitu Qiang “Jason” Sun, seorang karyawan perusahaan teknologi internasional Tiongkok. Fan “Frank” Liu, ketua “World Harmony Foundation” yang berbasis di New York, yang juga merupakan presiden “Congress Web TV Station” yang berbasis di New York. Dan Mathew Ziburis, mantan petugas pemasyarakatan dan pengawal Florida. Di antara mereka, Qiang “Jason” Sun yang memerintahkan Fan “Frank” Liu dan Mathew Ziburis untuk melacak dan menghubungi Chen Weiming, dan akhirnya merencanakan pembakaran patung tersebut.

Shen Yun Performing Arts Menjadi Target Utama Represi Transnasional Global PKT

Tindakan represi transnasional PKT tidak hanya menargetkan seniman pembangkang perorangan, tetapi juga menempatkan Shen Yun Performing Arts, yang didirikan oleh praktisi Falun Gong sebagai “musuh nasional.” 

Shen Yun adalah grup tari klasik Tiongkok terkemuka di dunia, yang mengadakan tur keliling dunia untuk ratusan pertunjukan setiap tahun. Grup ini menghidupkan kembali budaya tradisional Tiongkok dengan seni klasik dan menampilkan kondisi Tiongkok daratan sebelum komunisme. Grup ini sangat disambut oleh penonton dari semua kelompok etnis di seluruh dunia dan memiliki pengaruh yang luas. 

Nilai-nilai tradisional Shen Yun tentang persatuan antara manusia dan alam, penghormatan terhadap takdir, pembalasan atas kebaikan dan kejahatan, khususnya “kebajikan, kebenaran, kesopanan, kebijaksanaan, dan dapat dipercaya” tidak memberi tempat bagi budaya PKT yang penuh dengan kepalsuan, kejahatan, dan pertikaian. Oleh karena itu, grup ini dianggap sebagai duri dalam daging PKT dan harus disingkirkan secepatnya.

Dibandingkan dengan kejadian yang dialami kedua seniman pematung yang disebutkan di atas, penindasan PKT terhadap Shen Yun Performing Arts jauh lebih berbahaya dan kejam, termasuk (tetapi tidak terbatas pada) sengaja menyebabkan ban pecah dan kecelakaan mobil untuk melukai orang, ancaman bom untuk mengintimidasi penonton, dan menggunakan media Barat untuk memfitnah dan melecehkan dengan adu kekuatan hukum.

Misalnya, PKT sengaja memecahkan ban mobil Hui Bo agar ia gagal berangkat ke San Francisco, sementara mata-mata PKT sengaja menggores ban bus Shen Yun Performing Arts tidak sampai ban langsung kehabisan angin tetapi membiarkan ban pecah saat berjalan dengan kecepatan tinggi di jalan bebas hambatan. Kecelakaan yang dirancang itu tak lain untuk membahayakan keselamatan para pemain Shen Yun yang berada dalam bus.

Pada 21 Februari 2025, Shen Yun mendapat ancaman bom sebelum pertunjukan perdananya di Kennedy Center, New York, sampai para penonton dalam gedung perlu segera dievakuasi. Insiden serupa juga terjadi berulang pada musim ini di teater-teater Amerika Serikat, Prancis, Italia, dan tempat-tempat lain. Hal ini tidak hanya membawa tantangan baru bagi keselamatan publik, tetapi juga merupakan ancaman teroris yang nyata bagi masyarakat biasa di Amerika Serikat dan Barat.

Selain itu, PKT menggunakan media Barat untuk menerbitkan artikel yang menyerang dan memfitnah Shen Yun, mencoba merusak pujian bulat yang telah lama diberikan oleh masyarakat AS dan Barat kepada Shen Yun, dan menghasut mantan pekerja magang Shen Yun untuk menuntut Shen Yun atas tuduhan yang dibuat-buat, menggunakan celah hukum Amerika Serikat untuk mencoba mengganggu operasi normal dengan menghabiskan energi dan waktu Shen Yun.

Pemimpin Puncak PKT Adalah Dalang di Balik Represi Transnasional Terhadap Shen Yun

Yuan Hongbing, seorang ahli hukum yang tinggal di Australia pernah mengungkapkan kepada Epoch Times pada 5 Desember 2024 bahwa rencana penyerangan terhadap Falun Gong di luar negeri itu secara langsung berasal dari konspirasi tingkat tinggi di Zhongnanhai, dalangnya tidak lain adalah Sekjen PKT Xi Jinping. 

Menurut pengungkapan Yuan Hongbing, PKT telah menggunakan sejumlah besar dana untuk menyusup ke media luar negeri, memengaruhi narasi publik, memfitnah Falun Gong, dan bahkan menyebarkan propaganda resmi dari PKT dengan menyuap para eksekutif dan jurnalis media.

“PKT terutama mengandalkan uang untuk menyuap beberapa tokoh kunci di media, seperti pemimpin redaksi, reporter, dan jurnalis terkenal.” Yuan Hongbing juga mengatakan: “Untuk menyusup ke media luar negeri, PKT telah menyisihkan sejumlah uang yang disebut dana front persatuan luar negeri. Uang ini secara khusus digunakan untuk menyuap tokoh-tokoh kunci di berbagai belahan dunia.”

Yuan Hongbing mengatakan bahwa intelijennya diperoleh dari orang-orang dalam PKT yang masih memiliki hati nurani, juga dari para pembangkang generasi merah kedua, beberapa di antara mereka ini sangat tidak puas dengan pemimpin PKT Xi Jinping.

Pada 8 Januari 2025, informasi yang diungkapkan kepada Epoch Times oleh orang dalam Biro Keamanan Publik PKT dengan nama samaran Shen Liang menguatkan pengungkapan Yuan Hongbing. Shen Liang mengatakan bahwa publikasi artikel fitnah tentang Shen Yun oleh New York Times adalah bagian dari represi transnasional PKT terhadap Falun Gong, yang dipimpin oleh Chen Yixin, Menteri Keamanan Nasional PKT. Adapun tujuan PKT adalah mencoba melibatkan Amerika Serikat ke dalam tindak penindasan untuk menutupi kebijakan genosida jangka panjang PKT terhadap praktisi Falun Gong.

Menurut pengungkapan Shen Liang, Chen Yixin menyarankan kepada Xi Jinping untuk melenyapkan Falun Gong karena dirinya khawatir bahwa begitu Amerika Serikat bergandengan tangan dengan Falun Gong untuk menyelidiki penganiayaan PKT terhadap Falun Gong dan kejahatan seperti pengambilan organ hidup-hidup, rezim PKT, pejabat seniornya dan bahkan Xi Jinping sendiri akan menghadapi pengadilan internasional.

Pada 24 Februari 2025, The Diplomat, sebuah majalah yang berbasis diplomat di Washington, melalui sebuah artikel panjang melaporkan bahwa PKT memperkuat kontrolnya terhadap media dan menggunakan perang hukum (lawfare) untuk menekan para pembangkang, terutama represi transnasional terhadap kelompok-kelompok Falun Gong.

Kebangkitan Keadilan Internasional: Rezim PKT Akan Menghadapi Tuntutan Mahkamah Internasional

Jelas bahwa hanya masalah waktu sebelum beberapa pemimpin PKT dan para pemimpin mereka dibawa ke mahkamah internasional. Selain Kementerian Kehakiman, Kongres AS dan beberapa negara bagian juga telah mulai mengambil tindakan hukum terhadap tindak represi transnasional dan penganiayaan hak asasi manusia yang dilakukan oleh PKT.

Pada 5 Mei 2025, DPR AS dengan suara bulat mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong (Falun Gong Protection Act). RUU tersebut merupakan komitmen mengikat Kongres AS untuk menjatuhkan sanksi hukum kepada mereka yang terlibat dalam penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong dan berpartisipasi dalam pengambilan organ hidup-hidup dari praktisi Falun Gong. Setelah RUU tersebut disahkan oleh DPR-AS, RUU tersebut dikirim ke Senat. Jika Senat juga memberikan suara untuk meloloskannya, maka RUU tersebut akan diserahkan kepada Presiden Amerika Serikat untuk ditandatangani dan diberlakukan.

RUU tersebut memberikan sanksi kepada mereka yang berpartisipasi atau membantu PKT melakukan pengambilan organ paksa, RUU juga menginstruksikan Menteri Luar Negeri AS untuk menyelidiki apakah tindakan PKT merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida, dan melaporkan tentang kebijakan transplantasi organ di Tiongkok. Selain itu RUU tersebut juga menetapkan kebijakan AS, yaitu selama PKT masih berkuasa, Amerika Serikat menolak seluruh kerja sama dalam industri transplantasi organ ilegal dengan PKT.

Pada 24 Mei 2025, Texas mengesahkan “Undang-Undang Anti-Penindasan Transnasional” yang mendefinisikan tindakan represi transnasional dan penegakan hukum asing yang tidak sah sebagai kejahatan berat, dengan hukuman penjara minimal 15 tahun dan tidak ada batasan hukuman maksimal. Ini merupakan tanggapan yang tegas terhadap represi transnasional PKT dan mengisi celah hukum dari “Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing”. Yang terakhir hanya mensyaratkan pendaftaran, bukan pelarangan perilaku agen, dan hukumannya relatif ringan sehingga sulit untuk mengekang perilaku nakal PKT.

“Undang-Undang Anti-Penindasan Transnasional” Texas telah menjadi preseden bagi negara bagian lain di Amerika Serikat untuk memberlakukan undang-undang serupa, yang akan memengaruhi arahan legislatif Amerika Serikat terhadap represi transnasional. Undang-undang baru tersebut sangat penting dalam menanggapi infiltrasi PKT yang luas di komunitas Tionghoa, dan efek jeranya terhadap mata-mata PKT terlihat jelas. 

Di masa lalu, mata-mata PKT seperti Chen Jun dan Lu Jianwang dijatuhi hukuman ringan hanya karena mereka gagal mendaftar sebagai agen asing. Namun, undang-undang Texas yang baru mendefinisikan pelecehan, penguntitan, dan penyerangan sebagai kejahatan berat, yang sangat meningkatkan biaya pelanggaran hukum. Bagi warga Tionghoa perantauan dan warga Barat yang dibujuk atau dipaksa oleh PKT, ini adalah garis merah hukum. Berpartisipasi dalam represi transnasional PKT dapat merusak masa depan pribadi mereka sendiri dan menghadapi hukuman penjara jangka panjang.

Meskipun PKT menggunakan mata-mata, preman, media yang tidak bermoral, intimidasi dan cara lain untuk mengekspor penganiayaan, menekan hak asasi manusia, dan menekan keyakinan, tetapi keadilan pada akhirnya akan muncul untuk mengalahkan mereka. Penuntutan berkelanjutan oleh Kementerian Kehakiman AS, pengenalan “Undang-Undang Anti-Penindasan Transnasional” di Negara Bagian Texas, pengenalan “Undang-Undang Perlindungan Falun Gong” oleh Kongres AS, bahkan kesadaran dunia akan yurisdiksi lengan panjang PKT merupakan langkah kunci menuju keadilan.

Di sini, penulis menyampaikan saran demi kebaikan para warga Tionghoa perantauan dan warga Barat: Jangan mau dimanipulasi oleh uang, ancaman, atau propaganda nasionalis PKT. Warga Tionghoa perantauan harus menghargai kebebasan dan supremasi hukum di Amerika Serikat dan menjauhi instruksi ilegal PKT. Warga Barat juga perlu waspada terhadap godaan uang dan menghindari dijadikan alat bagi penindasan PKT di luar negeri. (***)

FOKUS DUNIA

NEWS