Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

‘Pahlawan Tiongkok’ Mendobrak Pintu Mobil yang Terbakar, Menyelamatkan Pengemudi yang Terluka Beberapa Saat Sebelum Ledakan

EtIndonesia. Seorang pahlawan Tiongkok menggunakan tangan kosongnya untuk mendobrak pintu mobil yang terbakar, menyelamatkan pengemudi beberapa saat sebelum mobil itu dilalap api.

Rekaman penyelamatan, yang diambil oleh seorang saksi dari kejauhan, telah menjadi viral di media sosial daratan, menarik lebih dari 4 juta penayangan di satu platform.

Sebuah mobil dan becak berbahan bakar bensin bertabrakan di jalan di Shaoguan, Provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, pada tanggal 1 Mei.

Mobil itu berhenti di pinggir jalan setelah kecelakaan, tetapi becak itu, yang terguling, terbakar dan dikelilingi oleh asap.

Zhong Wei, 35 tahun, menyaksikan seluruh kecelakaan yang terjadi di dekat rumahnya.

Dia memanggil ambulans tetapi menyadari bahwa api akan segera membakar sisi pengemudi mobil.

Tanpa ragu, dia bergegas ke kendaraan itu.

Pengemudi terjebak di antara pintu samping pengemudi yang rusak dan pilar A.

Awalnya, dia mencoba mendobrak pintu untuk mengeluarkan pengemudi, tetapi terpaksa mundur karena api tiba-tiba berkobar.

Lima detik kemudian dia mencoba lagi.

Kali ini dia berhasil mendobrak pintu dan menarik pengemudi yang terluka agar bebas. Dia kemudian menyeretnya keluar dari kendaraan yang terbakar melalui kaca depan yang telah hancur akibat kerasnya tabrakan.

Dia menyelamatkan pengemudi yang pingsan di pinggir jalan dan baru pergi setelah kru pertolongan pertama tiba.

Dilaporkan bahwa korban yang diselamatkan Zhong sedang dalam pemulihan di rumah sakit.

Media kemudian melacak sang pahlawan setelah mempelajari rekaman drama tersebut. Ternyata Zhong adalah seorang pemimpin tim di kantor pertanian pemerintah kota.

Zhong mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Guangdong TV bahwa meskipun dia merasa takut melihat video insiden tersebut, dia tahu saat itu juga bahwa dia tidak bisa menunggu sampai para profesional datang, dan akan melakukan hal yang sama lagi.

DIa mengatakan dia beruntung tidak terluka dalam penyelamatan tersebut.

Zhong kemudian memeriksa jam tangannya, yang menunjukkan bahwa detak jantungnya melonjak dari 90 menjadi 151 detak per menit selama drama tersebut.

Dia mengatakan bahwa kekuatan otot yang terbentuk saat membawa karung pupuk berat di tempat kerjalah yang memungkinkannya bisa mendobrak pintu mobil.

Pemerintah setempat juga memberi penghargaan kepada Zhong atas keberaniannya.

“Dia tidak hanya menyelamatkan satu orang, tetapi seluruh keluarganya,” kata seorang pengamat daring.

“Dia adalah tipe pejabat pemerintah yang tidak akan pernah korup karena dia telah mempertaruhkan nyawanya untuk membantu orang lain,” kata yang lain. (yn)

Sumber: scmp

Wanita Tiongkok Mendapat Pujian Karena Memberikan Pertolongan Pertama pada Unta yang Mengalami Dehidrasi di Padang Pasir

EtIndonesia. Seorang wanita di Tiongkok mendapat pujian luas di dunia maya setelah memberikan pertolongan pertama pada unta yang mengalami dehidrasi selama perjalanan di padang pasir.

Gurun Alxa di Mongolia Dalam, Tiongkok utara terkenal dengan hutan poplar dan danau gurunnya yang mencolok, yang menarik para petualang sepanjang tahun.

Pada tanggal 28 April, sekelompok wisatawan yang melakukan perjalanan melalui Gurun Alxa menemukan seekor unta Baktria muda yang pingsan.

Asli dari Mongolia Dalam dan wilayah lain di Asia Tengah, jenis ini dapat hidup hingga 40 tahun dan beratnya mencapai 600 kg.

Unta dewasa memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan hidup tanpa air selama berbulan-bulan.

Seorang wisatawan pria, bermarga Lin, memperkirakan unta yang pingsan itu baru berusia sekitar tiga tahun dan beratnya sedikitnya 150 kg.

Pemimpin kelompok tur Orang Samaria yang Baik Hati, Haier yang berusia 30 tahun, dengan cepat menilai bahwa hewan itu pingsan karena dehidrasi.

Dia menuangkan beberapa botol air ke dalam mulut unta itu dan mengangkat kepalanya untuk membantunya menelan.

Kemudian, Haier dengan hati-hati meregangkan tungkai unta yang kaku itu dan membantunya berdiri.

Lin mengatakan bahwa Haier, yang beratnya sekitar 40 kg dan tingginya kurang dari 160 cm, menunjukkan kekuatan yang mengesankan.

“Siapa yang mengira wanita mungil seperti itu bisa bertindak begitu tegas dan profesional?” katanya.

Lin kemudian mengatakan kepada media daratan Jiupai News bahwa unta itu memiliki tanda nomor, yang mengonfirmasi bahwa unta itu milik seorang penggembala setempat.

Terpisah dari kawanannya, unta muda itu telah tersesat di padang pasir selama berbulan-bulan dan menderita kehausan yang hebat.

Dengan menggunakan tanda itu, Haier dan timnya melacak penggembala itu dan, dengan bantuan seorang pengemudi setempat, mengembalikan hewan itu dengan selamat.

Menurut Lin, unta itu pulih dengan baik, dan mampu makan dan berjalan normal.

Pada tanggal 5 Mei, Haier mengunjungi rumah penggembala itu untuk memeriksa unta muda itu.

Dalam video terbaru, dia terlihat dengan lembut membelai kepala unta itu untuk menenangkannya. Dia kemudian menciumnya dan berbisik di telinganya.

Teman-temannya merasa kagum karena dia berhasil menjinakkan unta itu hanya dalam satu hari.

Haier mengatakan kepada Post bahwa dia tumbuh di padang rumput Alxa.

Sebagai anak tunggal, dia menangani hampir semua pekerjaan rumah tangga dan memperoleh pengalaman langsung dengan ternak.

Semangatnya untuk berpetualang dan bertemu orang baru membawanya menjadi pemandu wisata gurun, dengan harapan dapat berbagi keindahan wilayah itu dengan orang lain.

Dia mengatakan bahwa namanya, Haier, berarti “cinta yang besar” dalam bahasa Mongolia.

Haier percaya bahwa semua makhluk hidup memiliki jiwa: “Kebaikan di gurun akan dibalas oleh alam.”

Kisahnya telah menarik banyak perhatian di media sosial daratan, dengan video terkait yang memperoleh lebih dari 90.000 like.

Seorang pengamat daring berkata: “Unta ini pasti tahu bahwa dia telah menyelamatkan nyawanya. Hubungan mereka sangat menyentuh saya.”

Orang lain membagikan kisahnya sendiri: “Ketika saya menyeberangi Hoh Xil di Tiongkok barat laut, saya bertemu dengan rubah liar yang terluka. Saya tidak tahu bagaimana cara menolongnya, dan saya masih menyesali nyawa yang tidak dapat saya selamatkan.”(yn)

Sumber: scmp

Pria yang Tubuhnya Membingungkan dengan Sensasi Dingin dan Panas Membuat Dokter Bingung

EtIndonesia. Seorang pria Australia berusia 22 tahun menderita penyakit misterius yang menyebabkan tubuhnya terasa panas saat dia merasakan dingin, dan dingin saat dia menyentuh sesuatu yang panas.

Masalah Aidan McManus dimulai pada usia 17 tahun, saat dia berada di tahun terakhir sekolah menengah atas. Awalnya, dia kehilangan rasa di kakinya, dia mengatakan kepada ibunya bahwa kakinya terasa “kesemutan dan mati rasa”. Ketika kakinya mulai bengkak, dia pergi ke rumah sakit, di mana dokter memberinya obat untuk retensi cairan, tetapi itu sama sekali tidak membantu kondisinya.

Keadaan semakin memburuk dari sana, karena tindakan sederhana berjalan terasa seperti menginjak paku payung yang tajam, dan dia didiagnosis dengan sindrom iritasi usus besar (IBS) pasca-virus, yang semakin memperumit kondisinya. Meskipun kesehatannya menurun, Aidan berhasil lulus dari sekolah menengah atas, tetapi kemudian dia mulai merasakan sensasi aneh di tangannya juga. Ketika dia menyentuh sesuatu yang dingin, tangannya terasa seperti terbakar, dan ketika dia menyentuh sesuatu yang panas, tangannya terasa sangat dingin.

“Kami diberi tahu bahwa penyakit itu pada akhirnya akan menular ke tangan Aidan,” kata ibu pemuda itu, Angela McManus, kepada 9News. “Kami berpikir hal itu mungkin terjadi 10-15 tahun ke depan, tetapi suatu malam, Aidan datang kepada saya dan berkata, ‘Bu, aku mengambil kaleng Coke-ku dan tanganku terasa seperti terbakar’. Jika dia memegang sesuatu yang dingin, tangannya terasa seperti terbakar. Dan jika dia memegang sesuatu yang panas, tangannya terasa seperti membeku.”

Para ahli saraf telah mencoba mencari tahu kondisi aneh Aidan selama bertahun-tahun; mereka telah menjalankan lusinan tes, melakukan prosedur pungsi lumbal, dan bahkan memotong sebagian saraf di kakinya untuk biopsi, tetapi mereka tidak dapat menemukan jawabannya. Akhirnya, seorang dokter mendiagnosis pemuda berusia 22 tahun itu dengan kelainan saraf umum – neuropati perifer akson – yang memengaruhi cara sel saraf mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh.

“Karena alasan yang jelas, dia tidak bisa memasak. Dia harus sangat berhati-hati. Ketika saya memberinya makan, saya harus mengatakan, ‘Ini sangat panas, atau sangat dingin,” kata ibu Aidan.

Sayangnya bagi Aidan dan keluarganya, Badan Asuransi Disabilitas Nasional Australia (NDIA) telah menolak permintaannya untuk mendapatkan dukungan, dengan alasan bahwa dia belum “memeriksa semua kemungkinan pilihan pengobatan”. Namun, ahli saraf pemuda itu telah mengklarifikasi bahwa dia menderita kondisi neurologis progresif yang belum diketahui pengobatannya.

“Saya akan sangat mendukungnya agar memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam NDIS karena saya yakin bahwa dia memiliki disabilitas yang tidak dapat disembuhkan dan akan terus memburuk,” demikian bunyi surat dokter tersebut kepada badan tersebut.(yn)

Sumber: odditycentral

‘Gua Darah’ di Guatemala Membuktikan Suku Maya Membunuh Orang-orang Mereka Sendiri Secara Brutal Setahun Sekali

EtIndonesia. Penemuan Suku Maya telah memukau para arkeolog selama beberapa dekade. Pada tahun 1990-an, ketika sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah gua di Guatemala, hal itu menciptakan teka-teki yang telah mereka coba pecahkan sejak saat itu. Cueva de Sangre, yang diterjemahkan sebagai “gua darah”, dipenuhi dengan bagian-bagian tubuh lebih dari 100 manusia dewasa dan muda. Mereka memiliki tanda-tanda yang menunjukkan cedera traumatis dan dipotong-potong.

Sebuah analisis telah mengungkapkan bahwa manusia-manusia ini tidak hanya dibunuh, tetapi dikorbankan oleh Suku Maya untuk menenangkan dewa hujan. Suku Maya mengunjungi gua di Dos Pilas di Peten antara tahun 400 SM dan 250 M.

Menurut sebuah penelitian berjudul “Hitam Seperti Malam, Gelap Seperti Kematian,” sisa-sisa itu merupakan bagian dari sebuah ritual untuk menyenangkan dewa hujan Suku Maya. Michele Bleuze, bioarkeolog di California State University, Los Angeles, mengatakan kepada Live Science bahwa sisa-sisa tersebut memberikan kesempatan untuk “menyelidiki perilaku ritual di antara orang-orang Mesoamerika kuno.”

Gua Darah memiliki bagian-bagian tubuh, dan bukan tubuh

Para peneliti mencatat bahwa “ada bagian-bagian tubuh dan bukan tubuh.” Karena bagian-bagian tubuh “sama berharganya dengan seluruh tubuh” dalam ritual Maya, para ilmuwan memperkirakan bahwa manusia dikorbankan.

Mereka yang mempelajari sisa-sisa tersebut juga menyatakan bahwa indikasi lain dari pemotongan tubuh secara ritual adalah bahwa bagian-bagian tubuh tersebut tidak dikubur dan bahwa luka-luka pada bagian-bagian tubuh tersebut terjadi di sekitar waktu kematian.

“Jenis-jenis elemen kerangka yang ada, trauma, susunan tulang, dan modifikasi tulang, sangat mendukung sifat pengorbanan dari pengendapan tersebut,” tulis para peneliti.

Tanda-tanda serupa pada sisa-sisa manusia yang berbeda

Tanda-tanda serupa yang ditemukan pada sisa-sisa orang yang berbeda juga mengisyaratkan kemungkinan pengorbanan manusia. Ellen Fricano, seorang antropolog forensik di Western University of Health Sciences di California, mengatakan kepada Live Science bahwa sesuatu seperti kapak mungkin digunakan untuk membunuh orang dewasa dan anak-anak, karena tanda yang sama ditemukan di dahi tengkorak dan tulang pinggul anak-anak.

Cara tulang-tulang itu ditempatkan adalah petunjuk lainnya. Para ahli menemukan empat tutup kepala bertumpuk di satu tempat, di samping benda-benda seperti oker merah dan bilah obsidian. Hal ini, dikombinasikan dengan jumlah tulang dan cedera traumatis, membuat mereka menyimpulkan bahwa itu bukan sekadar tempat pemakaman, tetapi tempat untuk pengorbanan ritual.

Gua itu hanya dapat diakses selama tiga bulan musim kemarau. Bleuze berpikir bahwa suku Maya datang ke gua itu pada perayaan Hari Salib Suci pada tanggal 3 Mei setiap tahun, di mana mereka berdoa kepada dewa hujan Maya agar mendapatkan panen yang baik. (yn)

Sumber: wionews

Wanita Lansia Digugat Karena Memberi Makan Kucing Peliharaan Tetangganya

EtIndonesia. Seorang wanita Swiss berusia 68 tahun digugat oleh tetangganya, yang mengklaim bahwa wanita lansia  tersebut secara sistematis memberi makan kucing peliharaannya selama berbulan-bulan, meskipun telah diberi tahu secara tertulis untuk berhenti.

Kisah yang tidak biasa ini terjadi di Zurich, di mana seorang wanita dituduh memikat kucing tetangganya dengan makanan selama 10 bulan dengan maksud untuk mencurinya. 

Penggugat mengklaim telah memberi tahu wanita itu berulang kali, bahkan secara tertulis, untuk berhenti memberi makan kucing peliharaannya, Leo, tetapi tidak berhasil. Terdakwa tidak hanya terus memberi makan Leo, tetapi dia juga memasang pintu kucing di pintunya sehingga kucing itu bisa datang dan pergi sesuka hatinya.

Akibatnya, setelah beberapa saat, kucing itu tidak lagi kembali ke pemilik aslinya, dan mereka dibiarkan menyiapkan makanan untuknya dengan sia-sia. 

Pemilik kucing tersebut mengajukan tuntutan pidana terhadap wanita tersebut, dan kantor kejaksaan umum memerintahkan terdakwa untuk membayar denda sebesar 800 franc Swiss (sekitar Rp 15,9 juta) dan juga mengeluarkan denda yang ditangguhkan sebesar 3600 franc (sekitar RP 70 juta) atas penyalahgunaan hak milik. Namun wanita berusia 68 tahun tersebut menolak untuk membayar, sehingga kasus tersebut berakhir di Pengadilan.

Menurut hukum Swiss, memberi makan kucing peliharaan orang lain secara berkala bukanlah pelanggaran hukum, tetapi melakukannya secara sistematis dapat menimbulkan konsekuensi hukum, karena kucing dianggap sebagai milik pemiliknya, dan memancing mereka dengan makanan dianggap sebagai penyalahgunaan hak milik. Namun, dalam kasus ini, terdakwa menolak tuduhan terhadapnya.

Minggu lalu, kedua tetangga tersebut hadir di Pengadilan Distrik Zurich bersama pengacara masing-masing untuk mencari solusi atas kesulitan mereka. Pertemuan mereka diadakan secara tertutup, dan meskipun rinciannya belum diungkapkan, hasilnya menjadi berita utama nasional. 

Sebagai hasil dari kesepakatan penyelesaian, wanita berusia 68 tahun yang dituduh memberi makan Leo secara sistematis selama hampir setahun kini dapat memelihara kucing tersebut, dan pemilik sebelumnya mencabut tuntutan pidananya. Akhir yang aneh dan pantas untuk pertempuran hukum yang tidak biasa, bukan? (yn)

Sumber: odditycentral

72 Jam Xi Jinping Menghilang: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar Kekuasaan Beijing?

0

EtIndonesia.  Selama 72 jam penuh, mulai Sabtu pagi hingga Senin malam, Presiden Tiongkok dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping, menghilang secara misterius dari hadapan publik. Tidak ada rilis resmi, tidak ada dokumentasi visual, bahkan sistem propaganda negara yang biasanya memujanya secara konsisten mendadak sunyi. Tidak ada pernyataan diplomatik, tidak ada pembicaraan internasional yang melibatkan namanya, dan seluruh mesin media negara secara mencolok mengabaikan keberadaannya.

Selama tiga hari tersebut, Tiongkok seperti sebuah kereta super raksasa yang kehilangan masinis. Di saat bersamaan, perundingan dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat berlangsung secara intens. Anehnya, dalam waktu yang sangat singkat, Tiongkok tiba-tiba menyetujui proposal kompromi dari pihak AS.

He Lifeng, arsitek kebijakan ekonomi Tiongkok, kembali ke panggung dan segera mengambil alih jalannya negosiasi. Tak lama kemudian, faksi para sesepuh Partai (dikenal dengan sebutan Yuanlaopai) secara aktif mengambil kendali penuh atas dinamika dalam negeri dan kebijakan eksternal.

Senin, 12 Mei: Pernyataan Bersama yang Penuh Konsesi

Tepat pada Senin pagi, pernyataan bersama antara Beijing dan Washington diumumkan secara serentak. Kecepatan rilis dan isi dokumen membuat banyak pengamat geopolitik terkejut. Isinya sarat dengan konsesi dari pihak Tiongkok — seolah-olah naskah tersebut telah lama disiapkan dan hanya menunggu momen eksekusi.

Awalnya, sebagian kalangan mengira ini hanya bagian dari strategi low profile Xi Jinping. Namun kecurigaan semakin kuat ketika pada 13 Mei pagi, Xi tiba-tiba muncul di Beijing untuk menghadiri pembukaan forum Menteri Luar Negeri negara-negara Amerika Latin dan Karibia.

Forum Skala Menengah yang Diikuti Pemimpin Tertinggi

Yang menjadi pertanyaan: mengapa acara berlevel menengah seperti ini dihadiri langsung oleh Xi Jinping?

Secara resmi, forum ini disebut sebagai pertemuan antara Tiongkok dan komunitas negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC). Namun, jika dicermati lebih dalam, muncul berbagai kejanggalan:

  • Tidak ada daftar resmi negara yang benar-benar hadir.
  • Menteri luar negeri dari negara-negara besar seperti Meksiko, Bolivia, dan Peru absen.
  • Banyak delegasi berasal dari kalangan asosiasi pengusaha Tionghoa, Institut Konfusius, atau lembaga swadaya masyarakat yang tidak memiliki otoritas diplomatik formal.

Alih-alih menjadi forum internasional strategis, acara ini tampak lebih sebagai panggung propaganda domestik dan sandiwara diplomatik, dengan Xi sebagai tokoh utama yang sedang berupaya meyakinkan dua pihak sekaligus:

  1. Ke dalam negeri, bahwa dia masih mampu mengundang “tamu-tamu internasional.”
  2. Ke luar negeri, bahwa Tiongkok masih memiliki pengaruh di Amerika Latin — wilayah yang selama ini diklaim sebagai “halaman belakang” Washington.

Forum yang Justru Memberi Data untuk CIA

Namun upaya tersebut justru berbalik arah. Ketika para delegasi kembali ke negara asal, lembaga intelijen seperti CIA dan aparat keamanan AS di Amerika Latin dengan mudah memanfaatkan forum ini untuk:

  • Mengidentifikasi aktor-aktor yang dekat dengan Beijing.
  • Melacak penerima dana bantuan dari Partai Komunis Tiongkok.
  • Menyusun daftar individu potensial yang bisa menjadi agen pengaruh atau jaringan intelijen.

Di kalangan dalam pemerintahan AS, acara ini bahkan dijuluki sebagai bentuk “diplomasi bunuh diri” — karena tanpa disadari, Tiongkok menyerahkan daftar “teman-teman”-nya langsung ke tangan lawan.

Delegasi Palsu: Didatangkan Lewat Dolar Partai

Bagaimana bisa Tiongkok mengundang begitu banyak “perwakilan” dari Amerika Latin?

Jawabannya sederhana: uang.

Selama lebih dari satu dekade, Beijing telah mengucurkan lebih dari 3,5 miliar dolar ke berbagai entitas di kawasan itu: dari partai politik, media, LSM, hingga think tank. Delegasi yang hadir sebagian besar bukan mewakili negara, melainkan didatangkan melalui “dana panggung” Partai Komunis Tiongkok.

Asalkan Anda mewakili organisasi dengan nama bombastis seperti “Aliansi Pembangunan Global Selatan” atau “Persahabatan Rakyat Anti-Hegemoni,” Anda bisa berdiri di atas panggung Beijing — walau hanya beranggotakan 3 orang.

Tujuan Strategis: Isolasi Taiwan

Di balik propaganda ini, ada agenda jangka panjang: mengusir Taiwan dari panggung diplomasi global.

Kasus Honduras pada 2023 menjadi contoh:

  • Presiden Xiomara Castro meminta Taiwan bantuan sebesar 2,45 miliar dolar — termasuk untuk membangun rumah sakit dan infrastruktur.
  • Ketika ditolak, Honduras langsung memutus hubungan diplomatik dan berpaling ke Tiongkok.
  • Dalam waktu singkat, status “anggota Belt and Road Initiative” disematkan, dan proyek infrastruktur pun mulai dijalankan.

Polanya serupa terjadi di Nikaragua pada tahun 2021 dan sejumlah negara kecil lain di Karibia.

Kenapa Beijing Mengincar Amerika Latin dan Karibia?

Karena kawasan ini sangat rentan disusupi. Beberapa alasannya:

  • Identitas nasional yang lemah, warisan dari masa kolonial.
  • Pergantian rezim yang tidak stabil.
  • Sistem pemerintahan yang rapuh dan defisit fiskal tinggi.

Dengan tawaran proyek infrastruktur dan pinjaman lunak, pemerintah lokal mudah tergoda. Bahkan di negara-negara kecil Karibia:

  • Media bisa dibeli, think tank disuap.
  • Infrastruktur strategis seperti pelabuhan dan sistem komunikasi bisa dikuasai oleh perusahaan milik negara Tiongkok.
  • Bahkan akses ke militer dan parlemen dapat diperoleh hanya dengan dana hibah.

Ketika Xi Kembali, “Bom Politik” Meledak

Kepulangan Xi Jinping disambut dengan rilis dokumen resmi oleh Dewan Negara Tiongkok: Buku Putih Keamanan Nasional di Era Baru. Dokumen setebal 22.000 kata ini merupakan deklarasi paling politis dan komprehensif dalam sejarah keamanan Tiongkok.

Sorotan utama:

  • Fokus pada kelangsungan Partai Komunis, bukan negara.
  • Semua aspek — pangan, energi, AI, kesehatan, data pribadi, bahkan unggahan di media sosial — kini masuk ke dalam kategori “isu keamanan.”
  • Narasi utamanya adalah: setiap warga negara bisa menjadi ancaman, tergantung interpretasi penguasa.

Kontrol AI dan Bangkitnya Rezim Otokratis Teknologis

Xi Jinping tidak lagi percaya pada loyalitas manusia. Maka kontrol kekuasaan dialihkan ke AI. Sistem pengawasan massal yang canggih kini memonitor segala aspek:

  • Kamera mengenali wajah, bahkan saat bermasker.
  • AI melacak pola perilaku, aplikasi favorit, hingga ekspresi wajah.
  • Teknologi ini bisa mendeteksi siapa yang “berpotensi membangkang,” sebelum orang itu sendiri sadar akan sikapnya.

Dan buku putih ini memberikan justifikasi hukum untuk represi massal.

Xi Membangun Rezim Perang Satu Komando

Xi Jinping kini sedang memformat ulang struktur kekuasaan:

  • Menyingkirkan sistem lama dan faksi tua.
  • Membangun struktur satu komando yang berisi militer generasi baru, big data, dan kecerdasan buatan.

Bahkan kemungkinan perang disiapkan sebagai alibi untuk menunda transisi kekuasaan dalam Partai.

Kesimpulan: Ini Strategi Matang atau Tanda Panik?

Apa yang terjadi selama 72 jam Xi Jinping menghilang bukan sekadar refleksi, melainkan bentuk konsolidasi kekuasaan secara total — baik terhadap faksi dalam partai maupun terhadap rakyat.

Namun di balik semua itu muncul pertanyaan besar:

Apakah ini strategi jitu dari pemimpin yang penuh perhitungan?
Ataukah hanya reaksi panik dari rezim yang mulai kehilangan kendali?

Catatan Akhir:

Saat dunia memperhatikan langkah Tiongkok, satu hal menjadi jelas: Xi Jinping tidak hanya sedang memainkan bidak catur dalam geopolitik global — ia sedang menyusun sistem pemerintahan baru berbasis total control. Bukan lagi pemerintahan rakyat, tapi pemerintahan algoritma.

Kompilasi “Raungan Naga” 8 Mei  di Xi’an, Tiongkok,  Lebih Banyak Video Mengguncang dari Netizen

EtIndonesia. Saat badai petir melanda Xi’an, Tiongkok, pada 8 Mei 2025 malam, muncul siluet hitam menyerupai “naga” di langit, disertai suara “raungan naga” yang mengguncang, menarik perhatian luas di internet. Faktanya, beberapa netizen di Shaanxi merekam video di lokasi kejadian, menunjukkan bahwa suara aneh tersebut terdengar di wilayah yang cukup luas malam itu.

Malam itu, Xi’an tiba-tiba diguyur hujan deras dalam waktu singkat dengan petir menyambar. Beberapa warga melihat bayangan hitam misterius berbentuk naga — benda terbang tak dikenal — yang bergerak cepat di langit malam di antara kilatan petir. 

Seorang netizen dengan nama pengguna “是lina呀” merekam suara raungan tersebut pada pukul 20:03, yang ia gambarkan mirip suara raungan sapi tua, sangat rendah, dalam, dan menembus, seolah-olah ada monster Godzilla raksasa mengaum dari kejauhan. Video ini menjadi bahan perdebatan dan menuai keraguan dari sejumlah netizen.

Akun “是lina呀” menanggapi komentar tersebut dan membantah bahwa videonya telah diedit atau dimanipulasi. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada mesin buatan manusia di sekitarnya saat itu.

Faktanya, netizen dari berbagai wilayah di sekitar Xi’an, termasuk Xianyang, juga mengaku telah merekam suara “raungan naga”. 

Video-video yang diunggah menunjukkan lokasi pengambilan gambar yang berbeda-beda—dari dalam rumah, dari jendela menghadap langit, di atas jalan tol, hingga di atap gedung. Waktu pengambilan video juga bervariasi, ada yang direkam saat langit masih terang, dan ada yang saat langit sudah gelap gulita.

Seorang perekam mengatakan:  “Hujan turun terus dari luar, saya sudah mau tidur, tiba-tiba terdengar petir keras, lalu suara ini muncul. Banyak orang di kompleks perumahan membuka jendela untuk melihat.”

Komentar lain menyebut:  “Awalnya saya kira itu suara rem truk besar, tapi lama-lama terdengar aneh. Suara gemuruh yang dalam ini seolah berasal dari dalam awan, dan meski awan bergerak menjauh, suaranya tetap terdengar sesekali.”

Video pertama dari “是lina呀” direkam mulai pukul 20:03 malam itu.

Beberapa netizen lainnya yang tidak sempat merekam mengatakan bahwa mereka juga mendengar suara serupa pada dini hari:  “Saya tidak sempat merekam, tapi sekitar pukul 4 pagi hari Rabu, saat begadang main ponsel, saya benar-benar mendengar suara auman binatang yang sangat besar. Saat itu saya agak takut, tidak kepikiran naga, saya kira ada badai pasir yang membuat suara aneh.”

Sebelumnya, pada 2 Mei, video nyata menunjukkan benda terbang tak dikenal di langit malam Xi’an. Bayangan hitam menyerupai naga tampak bergerak cepat di antara awan, dengan lintasan melingkar atau menyelam seperti “naga terbang”.

Serangkaian video “raungan naga” yang terus bermunculan membuat banyak netizen Tiongkok daratan, yang selama ini terpapar ideologi ateis Partai Komunis Tiongkok, mulai mempercayai keberadaan naga.

Seorang netizen berkata:  “Beberapa hari ini saya terus melihat video naga di Xi’an lewat TikTok. Sangat misterius! Saya mulai percaya naga memang ada. Mungkin karena alasan tertentu mereka tidak terlihat oleh kita. Kalau tidak, kenapa dalam shio Cina cuma naga yang tidak pernah kita lihat secara nyata?”

Yang lain menambahkan:  “Apakah kalian sudah tahu soal peristiwa naga terbang di Xi’an beberapa hari lalu? Coba cari sendiri. Saya selalu percaya bahwa naga itu ada, hanya saja mereka hidup di dimensi lain.”

Faktanya, pada Juli 2020, di desa pegunungan wilayah Xiushui, Weining, provinsi Guizhou, suara raungan binatang terdengar selama lebih dari sepuluh hari. Warga menyebutnya sebagai “raungan naga”, menarik ribuan penduduk yang datang melihat dan sejumlah media independen menyiarkan secara langsung.

Pemerintah setempat bahkan mengatur lalu lintas warga yang ingin menyaksikan “raungan naga” dengan menerapkan pendaftaran masuk ke area tersebut.

Kembali pada 1 September 2010, netizen di Tiongkok pernah merekam dua bayangan naga berputar-putar di atas langit Kota Tua Xi’an, menarik perhatian warga sekitar dan menimbulkan kekaguman.

Pada tahun 2014, situs berita Hetuo di Mongolia Dalam melaporkan bahwa pada 18 Juni pagi, seorang nelayan bernama Wang Erlong menangkap seekor “naga sejati” sepanjang 3 meter di danau Wuliangsu. Laporan disertai dua foto, memperlihatkan kepala naga dengan tanduk, janggut panjang, mata besar, dan cakar naga seperti dalam legenda.

Bahkan pada Agustus 1934, terjadi peristiwa “Naga Jatuh di Yingkou” yang mengejutkan masyarakat. Media Shengjing Times melaporkan bahwa pada 28 Juli, seekor naga jatuh dari langit di Yingkou, menghancurkan tiga perahu kecil, merusak bangunan pabrik milik Jepang, menyebabkan 9 orang tewas, dan menggulingkan kereta yang sedang parkir.

Pada 8 Agustus, seorang petani menemukan kerangka hewan raksasa di dekat Sungai Liao, panjang lebih dari 10 meter, dengan dua tanduk di kepala sepanjang 1 meter dan 28 ruas tulang punggung. Polisi lokal memindahkan kerangka itu untuk dipajang di lapangan terbuka selama beberapa hari, dan Shengjing Times melaporkannya dengan lengkap, memicu sensasi besar.

Pada tahun 2004, seorang saksi mata bernama Sun Zhengren yang berusia 81 tahun menyerahkan lima potongan tulang yang ia simpan. Sejarawan lokal kemudian mewawancarai dua saksi lainnya yang memberi kesaksian rinci tentang kejadian tersebut. (hui/asr)

oleh Jurnalis Xue Fei / Xu Gengwen

Pejabat Militer India dan Pakistan Gelar Pembicaraan Gencatan Senjata, Bandara Dibuka Kembali, Saham Meroket

Pada  Senin (12 Mei), pejabat tinggi militer India dan Pakistan melakukan pembicaraan telepon pertama sejak pengumuman gencatan senjata. Perdana Menteri India Narendra Modi juga memberikan pernyataan pertamanya mengenai konflik terbaru antara India dan Pakistan. Pada hari yang sama, India membuka kembali 32 bandara, sementara pasar saham Pakistan melonjak tajam

EtIndonesia. Senin pagi berlangsung dengan sangat tenang. Pasar-pasar di kota-kota perbatasan India mulai kembali ramai.

 “Kami memperkirakan akan lebih banyak orang datang berbelanja di pasar. Orang-orang mulai kembali bekerja. Ini adalah sinyal yang positif. Kami berharap perjanjian gencatan senjata ini bisa bertahan selamanya,” ujar warga setempat, Sharma.

Pada hari Senin, pejabat tinggi militer India dan Pakistan melakukan pembicaraan via telepon mengenai gencatan senjata. Sumber menyebutkan bahwa sejumlah pembatasan antara kedua negara masih diberlakukan, termasuk penghentian perdagangan dan penutupan perbatasan.

Perdana Menteri India Modi dalam pidatonya hari itu menegaskan kembali sikap keras India terhadap terorisme.

 “Jika Pakistan ingin selamat, mereka harus menghancurkan infrastruktur teroris mereka. Tidak ada jalan lain menuju perdamaian,” katanya. 

Namun, tak lama setelah pidato Modi, terdengar ledakan di kota-kota perbatasan Kashmir yang dikuasai India. Dikabarkan bahwa pasukan pertahanan udara India berhasil mencegat sebuah drone milik Pakistan.

Pada Sabtu sebelumnya, berkat mediasi Presiden Donald Trump, India dan Pakistan mencapai kesepakatan gencatan senjata, mengakhiri beberapa hari pertempuran sengit.

 “Kami berhasil mencegah sebuah konflik nuklir. Saya yakin hal ini bisa saja berkembang menjadi perang nuklir besar-besaran, yang bisa menewaskan jutaan orang. Jadi saya sangat bangga atas hal ini,” kata Trump. 

Pada Senin pagi, 32 bandara India yang sebelumnya ditutup akibat konflik, kembali dioperasikan untuk penerbangan sipil. Maskapai terbesar India, IndiGo Airlines, menyatakan akan secara bertahap mengaktifkan kembali rute-rute yang sebelumnya dihentikan. Otoritas bandara Pakistan juga mengumumkan bahwa seluruh wilayah udara negara itu kini telah dibuka kembali sepenuhnya.

Sementara itu, indeks saham Pakistan melonjak tajam, begitu pula dengan harga obligasi internasionalnya.

Seorang trader, Arshad Mehmood, mengatakan:  “Bursa efek menyambut hangat berita gencatan senjata. Saat pembukaan pasar hari Senin, indeks melonjak lebih dari 9.000 poin, mencapai level 117.000. Ini merupakan rekor baru.” (Hui/asr)

Laporan oleh reporter Yi Jing dari NTDTV

Penjualan Pelabuhan oleh Li Ka-shing Memicu Kemarahan Beijing, CK Hutchison Tiba-Tiba Keluarkan Pernyataan

 Perusahaan milik orang terkaya Hong Kong, Li Ka-shing, yaitu CK Hutchison Holdings (dikenal sebagai “Chang He”), baru-baru ini mengeluarkan pernyataan mendadak, menegaskan bahwa transaksi penjualan pelabuhan yang tengah menjadi sorotan itu akan dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, dan tidak akan dilakukan secara ilegal.

EtIndonesia Pada 12 Mei 2025, CK Hutchison merilis pernyataan melalui situs resminya bahwa semula mereka berencana memaparkan rincian transaksi pelabuhan tersebut dalam rapat umum tahunan pemegang saham pada 22 Mei. Namun, karena meningkatnya pertanyaan dari para pemegang saham dan media belakangan ini, perusahaan merasa perlu menyatakan secara tegas: “Transaksi ini tidak akan dilakukan dalam kondisi yang melanggar hukum atau tidak sesuai aturan.”

Dalam pernyataan itu dijelaskan bahwa syarat-syarat terkait telah diumumkan pada 4 Maret 2025, yang menyebut: “Penyelesaian transaksi tergantung pada terpenuhinya sejumlah kondisi, termasuk persetujuan dari otoritas hukum dan pengawas, tidak adanya pelanggaran hukum atau larangan hukum, diperolehnya persetujuan dari pemegang saham perusahaan, serta syarat-syarat lain yang dianggap wajar dan lazim sebagaimana disepakati dalam dokumen akhir.”

CK Hutchison, yang berbasis di Hong Kong, mengumumkan pada  Maret bahwa mereka akan menjual seluruh bisnis pelabuhannya — mencakup 43 pelabuhan di 23 negara — kepada konsorsium investasi yang dipimpin oleh perusahaan AS, BlackRock. Transaksi ini termasuk dua pelabuhan utama yang terletak di kedua sisi Terusan Panama.

Karena posisi strategis Terusan Panama yang sangat penting, Presiden AS Donald Trump berkali-kali menyatakan keinginannya untuk mengambil kembali kendali atas terusan tersebut. Ia menekankan bahwa Amerika Serikat menyerahkan Terusan Panama kepada Panama, bukan kepada Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan kini AS ingin mengambil kembali kendali tersebut.

Setelah Li Ka-shing mengumumkan penjualan pelabuhan-pelabuhan tersebut, media pro-Beijing seperti Ta Kung Pao secara beruntun menerbitkan artikel yang menuduh Li Ka-shing sebagai “pengkhianat negara.” Rezim PKT bahkan memulai penyelidikan antimonopoli atas transaksi ini.

Pengamat menilai bahwa transaksi ini telah memberikan setidaknya dua pukulan besar terhadap PKT. Di satu sisi, hal ini mengguncang ambisi “Belt and Road Initiative” (Inisiatif Sabuk dan Jalan) yang digagas oleh Beijing. Di sisi lain, PKT kehilangan salah satu kartu tawar penting yang dapat digunakan untuk menghadapi pemerintahan Trump.

Menurut laporan The Wall Street Journal pada 19 Maret, sumber menyebut bahwa Sekretaris Jenderal PKT, Xi Jinping, sangat marah atas transaksi ini. Pemerintah PKT sebelumnya berencana menggunakan isu pelabuhan di Terusan Panama sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi dengan pemerintahan Trump. Namun, karena transaksi oleh Li Ka-shing ini, rencana tersebut akhirnya gagal total.  (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Trump Mungkin Akan Bertemu Secara Rahasia dengan Putin – Kunjungan ke Timur Tengah untuk Membentuk Ulang Tatanan Regional

Dalam kunjungan luar negerinya, Presiden AS Donald Trump akan mengunjungi tiga negara: Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Pada masa jabatan pertamanya di tahun 2017, negara pertama yang dikunjungi juga adalah Arab Saudi. Menurut sumber yang mengetahui situasi, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman telah menyatakan bahwa dalam empat tahun ke depan, skala kerja sama ekonomi kedua negara akan ditingkatkan hingga 600 miliar dolar AS, dan bahkan berpotensi mencapai 1 triliun dolar. Selain itu, kemungkinan pertemuan antara Trump dan Putin di Turki juga menjadi sorotan utama publik.

ETIndonesia. Laporan media menyebutkan Presiden AS Donald Trump berencana mengadakan Forum Investasi Saudi-AS di Arab Saudi, yang akan dihadiri oleh raksasa Wall Street dan Silicon Valley seperti BlackRock, Citibank, Qualcomm, serta Alphabet (perusahaan induk Google). Agenda ini menunjukkan pentingnya Arab Saudi sebagai sekutu utama AS di Timur Tengah dalam pandangan pemerintahan Trump.

Pemerintahan Trump secara terbuka menyatakan bahwa industri pertahanan adalah mesin ganda — menjaga tatanan dunia sekaligus mendukung lapangan kerja domestik. Oleh karena itu, salah satu sorotan terbesar dari kunjungan ini adalah penjualan senjata besar-besaran senilai ratusan miliar dolar kepada Arab Saudi. 

Perusahaan besar seperti Lockheed Martin, Boeing, Raytheon, dan Northrop Grumman diperkirakan akan ikut serta. Penjualan tersebut mencakup pesawat angkut C-130, sistem radar, dan sistem rudal.

Namun, perhatian utama publik tertuju pada jet tempur F-35. Arab Saudi telah lama menginginkan jet tempur siluman generasi kelima ini, karena kepemilikan F-35 mencerminkan keunggulan kekuatan udara di kawasan Timur Tengah. Namun, untuk bisa membeli jet tersebut bukanlah hal yang mudah bagi Saudi. Hukum AS saat ini mengharuskan dipertahankannya Keunggulan Militer Kualitatif (QME) Israel di kawasan tersebut. Karena itu, ekspor F-35 ke negara-negara Arab merupakan isu yang sangat sensitif secara politik.

Selain itu, menurut laporan media AS, keluarga kerajaan Qatar berencana menghadiahkan sebuah pesawat jet pribadi mewah Boeing 747-8 senilai 400 juta dolar kepada Presiden Trump sebagai “Air Force One” yang baru. Namun pihak Qatar menegaskan bahwa pesawat ini bukanlah hadiah pribadi.

Pemberian pesawat tersebut memicu kekhawatiran dari sebagian anggota parlemen dari Partai Republik dan Demokrat. Sebab, menurut Klausul Emolumen dalam Konstitusi AS, pejabat pemerintah tidak boleh menerima hadiah dari negara asing.

Namun, Gedung Putih dan Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa hadiah tersebut sah secara hukum, tidak termasuk dalam kategori suap, dan pesawat itu akan terlebih dahulu diserahkan kepada Angkatan Udara, kemudian baru dialihkan ke yayasan perpustakaan kepresidenan, sehingga tidak diberikan langsung kepada individu.

Pada Minggu (11 Mei) malam, Presiden Trump mengunggah pernyataan yang menyebutkan bahwa Departemen Pertahanan AS  telah menerima pesawat 747 secara gratis untuk sementara menggantikan Air Force One yang telah berusia 40 tahun, dan bahwa proses transaksi ini dilakukan secara terbuka dan transparan.

Salah satu isu lain yang menjadi perhatian dalam kunjungan ke Timur Tengah ini adalah kemungkinan Trump bertemu dengan Presiden Putin di Arab Saudi. Sebagai mediator terbaru dalam perundingan Rusia-Ukraina, posisi diplomatik Arab Saudi saat ini tengah naik daun.

Dalam konferensi pers sebelum keberangkatan, Trump memberikan jawaban yang ambigu terkait kemungkinan bertemu Putin di Arab Saudi.

“Saya pikir pertemuan Rusia-Ukraina yang akan digelar di Turki pada hari Kamis (15 Mei) mungkin akan menghasilkan sesuatu yang baik. Saya yakin kedua pemimpin negara akan hadir. Saya sebelumnya sempat mempertimbangkan untuk terbang ke sana. Saya tidak tahu saya akan berada di mana hari Kamis. Saya punya banyak pertemuan. Tapi memang, saya mempertimbangkan untuk hadir. Saya rasa, jika saya melihat ada potensi kemajuan, maka itu sangat mungkin terjadi,” kata Trump. 

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga mengungkapkan bahwa pertemuan antara Presiden AS dan Rusia sedang dalam tahap persiapan.

Baru-baru ini, Presiden Putin juga secara terbuka menyatakan kesediaannya untuk duduk bersama Presiden Zelensky. Pernyataan ini jelas menunjukkan sikap terbuka dan niat baik dari Rusia kepada pemerintahan Trump dalam upaya menyelesaikan krisis Ukraina. Karena itu, apakah pertemuan “Double Trump-Putin” akan terjadi di Arab Saudi, publik masih menantikan dengan penuh harapan. (Hui/asr)

Laporan gabungan dari NTDTV

Trump Ungkap Berperan dalam Perdamaian India-Pakistan: “Kami Telah Mencegah Perang Nuklir yang Serius”

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 12 Mei menyatakan bahwa ia berhasil menengahi konflik antara India dan Pakistan, serta mencegah sebuah perang nuklir yang berpotensi menewaskan jutaan orang. Trump menegaskan bahwa pendekatannya melalui jalur perdagangan merupakan kunci dalam mengakhiri konfrontasi militer terbaru antara kedua negara.

 “Kami telah menghentikan sebuah konflik nuklir. Menurut saya, itu bisa saja menjadi perang nuklir yang sangat serius, dan jutaan orang mungkin akan tewas karenanya. Jadi, saya sangat bangga atas hal ini,” kata Trump. 

Sebelumnya, pada Sabtu (10 Mei), Trump mengumumkan bahwa setelah melalui mediasi dari Amerika Serikat dan negosiasi panjang semalaman, India dan Pakistan telah sepakat untuk mencapai “gencatan senjata menyeluruh dan segera.”

Pemerintah India dan Pakistan juga telah mengonfirmasi gencatan senjata tersebut setelah adanya kontak langsung antara kedua pihak.

Saat menandatangani perintah eksekutif mengenai harga obat-obatan di Gedung Putih pada Sabtu, Trump mengatakan kepada wartawan yang hadir, “Mereka bertempur dengan sengit, seolah-olah tidak bisa berhenti.”

“Saya katakan, ‘Berhentilah! Berhentilah! Kami bisa menjalin banyak perdagangan dengan kalian. Jika kalian berhenti, kami akan berdagang. Jika tidak, kami tidak akan melakukan perdagangan sama sekali,” tambahnya. 

Presiden Trump menjelaskan, “Orang-orang belum pernah memanfaatkan perdagangan seperti saya. Itu bisa saya katakan pada kalian. Hasilnya, tiba-tiba mereka berkata: ‘Kami akan berhenti.’ Dan mereka benar-benar berhenti.”

“Ada banyak alasan mengapa mereka berhenti, tetapi perdagangan adalah salah satu alasan yang penting. Kami akan menjalin banyak perdagangan dengan Pakistan, dan kami akan menjalin banyak perdagangan dengan India,” ujarnya. 

Trump kembali menegaskan :  “Kami telah mencegah sebuah perang nuklir.”

Pada 22 April, sekelompok militan bersenjata membantai 26 orang di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Korban mayoritas adalah wisatawan beragama Hindu.

Insiden itu memicu saling tuduh antara India dan Pakistan, yang kemudian berkembang menjadi ketegangan diplomatik dan konfrontasi militer. Kedua negara mengerahkan jet tempur, rudal, drone, dan berbagai peralatan militer lainnya. Dua negara bersenjata nuklir itu telah berada di ambang perang besar — bahkan potensi perang nuklir.

Sengketa Kashmir sendiri telah berlangsung sejak akhir 1940-an, ketika Inggris mengakhiri kekuasaannya di wilayah tersebut. Dalam “Rencana Mountbatten”, Inggris membagi India dan Pakistan berdasarkan agama, menciptakan India mayoritas Hindu dan Pakistan mayoritas Muslim — sekaligus menanamkan benih konflik berkepanjangan antara kedua negara. (Hui/asr)

Sumber : NTDTV.com 

Xi Jinping Hasut Anti-Amerika di Forum Tiongkok-Latin: Analis Sebut Memicu Perang Dingin Baru

EtIndonesia. Tepat setelah ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan AS sedikit mereda, Beijing langsung menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan sejumlah negara Amerika Latin dan Karibia. Dalam pidatonya, pemimpin tertinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping, kembali menyinggung narasi “anti-Amerika” yang dikaitkan dengan sejarah Perang Dingin seputar Terusan Panama. Para pengamat menilai, pidato Xi tak ubahnya seperti memprovokasi dimulainya Perang Dingin gaya baru, dan gerak-gerik aktif PKT di kawasan ini berpotensi memicu reaksi keras dari AS untuk mempercepat pengepungan terhadap Beijing.

Forum Tiongkok-Latin Ke-4 Digelar di Beijing

Pada 13 Mei, Forum Tiongkok -Komunitas Negara-Negara Amerika Latin dan Karibia (China-CELAC Forum) menggelar pertemuan tingkat menteri yang keempat di Beijing. Sekitar 30 negara Amerika Latin hadir. Pertemuan ini dilangsungkan hanya sehari setelah Tiongkok dan AS mengumumkan penurunan tarif sementara dalam perang dagang mereka.

Dalam pidato pembukaannya, Xi Jinping mengungkit kembali peran Tiongkok pada 1960-an dalam mendukung Panama mengambil alih kedaulatan Terusan Panama dari AS, dan menyebutnya sebagai bentuk kerja sama “anti-Amerika” antara Tiongkok dan negara-negara Latin. Dia juga mengatakan bahwa “perang tarif dan perang dagang tidak akan menghasilkan pemenang” serta menyerukan untuk membangun apa yang disebut sebagai “komunitas masa depan bersama Tiongkok -Amerika Latin”.

Namun, analis politik Li Linyi mengatakan kepada Epoch Times, bahwa pernyataan Xi soal Panama adalah peninggalan era Perang Dingin. 

“Sekarang ini, PKT tampaknya semakin nekat—begitu perang dagang sedikit mereda, langsung secara terbuka menghasut negara-negara Amerika Latin untuk berkonfrontasi dengan AS. Ini jelas memancing AS untuk menyerang balik dengan lebih agresif. Ini sama saja dengan menyerukan Perang Dingin baru,” ujarnya.

Respons Kritis dari Presiden Brasil

Meskipun Xi Jinping mengumumkan akan menyediakan pinjaman senilai 66 miliar yuan (setara lebih dari 140 triliun rupiah) untuk memperluas pengaruh Tiongkok di Amerika Latin, Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan bahwa kawasan tersebut tidak bergantung pada kekuatan besar manapun.

Dia mengatakan: “Penting untuk disadari bahwa nasib Amerika Latin tidak tergantung pada siapa pun—baik Presiden Xi, Amerika Serikat, maupun Uni Eropa. Yang terpenting adalah apakah kita ingin menjadi bangsa besar atau tetap kecil.” 

Lula juga menegaskan bahwa Amerika Latin tidak ingin mengulang sejarah dan memulai Perang Dingin baru.

Terusan Panama Jadi Titik Panas Baru

Terusan Panama yang dibangun AS selama puluhan tahun dan diresmikan pada 1914, diserahkan kepada Panama pada 31 Desember 1999 melalui perjanjian yang ditandatangani Presiden Jimmy Carter pada 1977.

Sejak menjabat lagi sebagai presiden,Trump berulang kali menyatakan keinginan untuk merebut kembali kendali atas Terusan Panama, karena dianggap sangat penting bagi akses militer AS dan pengaruh strategis di wilayah tersebut. Trump menilai bahwa menjaga jalur aman bagi militer AS dan membatasi pengaruh Beijing di kawasan itu adalah hal yang vital.

Kini, persaingan pengaruh antara Tiongkok dan AS di kawasan Terusan Panama kian memanas. Beijing memperketat pengawasan terhadap rencana penjualan pelabuhan di Panama oleh miliarder Hong Kong Li Ka-shing kepada konsorsium milik BlackRock dari AS.

Proyek Ambisius “Kereta Dua Samudra”

Presiden Brasil Lula tiba di Tiongkok pada 10 Mei. Sebelum kunjungan tersebut, Tiongkok mencabut larangan impor terhadap lima perusahaan kedelai Brasil. Kemudian pada 13 Mei, Beijing dan Brasil menandatangani 20 dokumen kerja sama.

Media Tiongkok Guancha mengutip laporan dari media Brasil Carta Capital bahwa Pemerintah Brasil sedang dalam pembicaraan aktif dengan Tiongkok untuk membangun proyek ambisius: jalur kereta api lintas benua sepanjang 5.000 km yang menghubungkan pesisir timur Brasil dengan Pelabuhan Chancay di pantai barat Peru—dijuluki sebagai “Kereta Dua Samudra”.

Analis: PKT Sedang Memancing AS

Pakar isu Tiongkok, Wang He, mengatakan kepada Epoch Times bahwa PKT memang sengaja mencari masalah dengan AS. 

“Selama puluhan tahun terakhir, Tiongkok telah menyusup jauh ke dalam struktur politik dan ekonomi Amerika Latin. Sekarang, pengaruhnya cukup besar untuk digunakan sebagai alat tawar guna memaksa AS membuat konsesi tarif,” katanya. 

Namun, Wang juga menekankan bahwa PKT tidak akan berani membangkitkan krisis seperti Krisis Rudal Kuba tahun 1960-an, sebagaimana dilakukan Uni Soviet dahulu.

Sebagai catatan, Krisis Rudal Kuba (1962) adalah konfrontasi besar antara AS dan Uni Soviet saat era Perang Dingin, ketika Moskow menempatkan rudal nuklir di Kuba sebagai respons atas rudal AS di Turki dan Italia.

AS Dorong Kawasan Menjauhi Tiongkok

Pada Februari lalu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio melakukan kunjungan ke Panama, El Salvador, Kosta Rika, Guatemala, dan Republik Dominika untuk mempromosikan agenda diplomasi “America First” dari Presiden Trump.

Setelah bertemu dengan Presiden Panama, José Raúl Mulino, Panama mengumumkan keluar dari inisiatif “Belt and Road” yang dipimpin oleh Beijing dan akan memperkuat kerja sama strategis dengan AS.

Survei oleh International Republican Institute pada 2021 menunjukkan bahwa 62% warga Panama menganggap AS sebagai mitra politik terpenting mereka, sementara hanya 22% yang memilih Tiongkok.

Duta Besar AS yang baru untuk Panama, Kevin Cabrera, dalam konferensi pers pada 8 Mei 2025 menyatakan komitmennya untuk memperkuat hubungan bilateral, dan menyebut Tiongkok (PKT) sebagai ancaman bersama bagi AS dan Panama.

Penutup: PKT Justru Menyulut Reaksi Global

Wang He menambahkan bahwa setelah Trump berhasil mengatur ulang tatanan ekonomi global lewat kebijakan tarif imbang, AS akan mendorong relokasi industri ke dalam negeri dan menyusun ulang relasi ekonominya dengan Amerika Latin. Saat ini, AS masih menjadi mitra dagang terbesar kawasan, diikuti oleh Tiongkok di posisi kedua. Namun dengan langkah agresif Tiongkok, Wang memperkirakan bahwa Trump akan mendorong terbentuknya aliansi global tarif melawan Tiongkok—dan ini akan menjadi bumerang besar bagi PKT.

Sementara itu, peneliti Taiwan dari Institut Riset Keamanan Nasional, Gong Xiangsheng, mengatakan bahwa meski perang tarif saat ini “ditangguhkan”, pertarungan geopolitik antara AS dan Tiongkok tetap berlangsung. Ia menilai AS tidak akan melepaskan Amerika Latin begitu saja, hanya saja pendekatannya dimulai dari jalur perdagangan sebelum bergerak ke konfrontasi lebih keras. (jhn/yn)

Media Briefing: Sinergi Lembaga Keuangan Perkuat Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur di Triwulan II 2025

Surabaya, 14 Mei 2025 – Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan Media Briefing dengan tema “Memperkuat Pilar Nusantara: Sinergi Jawa Timur dalam Menjaga Stabilitas, Menavigasi Tantangan, dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Acara ini dihadiri oleh 65 jurnalis dari berbagai media di Jawa Timur dan menampilkan paparan kinerja ekonomi triwulan I 2025 serta prospek ke depan.

Kinerja Ekonomi Jawa Timur Triwulan I 2025: Solid dan Berkelanjutan

Ibrahim, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, menyatakan bahwa ekonomi Jawa Timur tumbuh sebesar 5,00% (yoy) pada triwulan I 2025, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang mencapai 4,87%. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah (termasuk pencairan THR dan bansos), serta kinerja ekspor komoditas seperti lemak minyak, produk kimia, dan tembakau.

Dari sisi sektoral, pertanian menjadi penyumbang utama dengan panen raya padi dan peningkatan produksi cabai rawit. Sektor akomodasi, makan, dan minum juga tumbuh pesat berkat momentum Imlek, Ramadhan, dan Idul Fitri 2025. Inflasi Jawa Timur terkendali di 1,35% (yoy), meski meningkat dari bulan sebelumnya (0,77%). Ibrahim menekankan bahwa hal ini sejalan dengan strategi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang telah dirumuskan sejak awal tahun.

Stabilitas Sistem Keuangan dan Perbankan yang Kuat

Yunita Linda Sari, Kepala Kantor OJK Jawa Timur, melaporkan bahwa kinerja perbankan hingga Maret 2025 tetap solid dengan total kredit Rp609 triliun (tumbuh 6,37% yoy) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp793 triliun (tumbuh 2,94% yoy). Stabilitas perbankan tercermin dari:

  • Rasio NPL yang termitigasi di 3,29%.
  • Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di 30,43%.
  • Likuiditas terjaga dengan AL/DPK 11,16% dan AL/NCD 52,62%.

Yunita juga menyoroti capaian positif di pasar modal, industri keuangan non-bank, dana pensiun, dan perusahaan pembiayaan, yang turut mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

Dukungan APBN dan Program Penjaminan LPS

Dudung Rudi Hendratna, Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Jawa Timur, menyampaikan bahwa realisasi belanja APBN di Jawa Timur hingga Maret 2025 tumbuh signifikan, didorong oleh Transfer Ke Daerah (TKD) sebesar 23,40%. Program seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), peningkatan konektivitas, dan ketahanan pangan menjadi shock absorber bagi perekonomian. Pendapatan negara dari pajak, kepabeanan, cukai, dan PNBP juga sesuai target.

Sementara itu, Bambang S. Hidayat, Kepala LPS II Jawa Timur, menegaskan komitmen LPS dalam menjaga stabilitas sistem keuangan melalui program penjaminan simpanan yang kredibel. LPS menjamin 617 juta rekening di bank umum dan 15,5 juta rekening di BPR/BPRS, mencakup 99,98% total rekening nasabah.

Prospek Ekonomi Jawa Timur Triwulan II 2025: Optimis dan Berkelanjutan

Ibrahim memproyeksikan ekonomi Jawa Timur akan terus membaik di triwulan II 2025, dengan inflasi tetap terkendali dalam rentang sasaran nasional 2,5±1%. Tantangan global dan domestik akan dihadapi melalui sinergi kebijakan pro-growth dari BI, OJK, Kementerian Keuangan, dan LPS.

Keempat lembaga menegaskan komitmen untuk memperkuat kolaborasi, inovasi, dan kebijakan yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan, sejalan dengan visi Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara dan kontribusi terhadap Indonesia Emas 2045.

Media Briefing ini menegaskan bahwa kolaborasi antarlembaga menjadi kunci stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Dengan fondasi yang kuat di triwulan I 2025, optimisme tinggi tertuju pada triwulan II 2025, di mana sinergi kebijakan akan terus diperkuat untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.

Tanda Gencatan Senjata? Pertemuan Rusia-Ukraina Dijadwalkan 15 Mei, Zelenskyy Tegaskan Hanya Akan Berdialog Langsung dengan Putin

EtIndonesia. Di tengah upaya mediasi yang intens dari tim Presiden AS, Donald Trump, pertemuan langsung antara para pemimpin tinggi Rusia dan Ukraina dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis (15/5). Namun, hingga kini, pihak Kremlin belum mengonfirmasi apakah Presiden Rusia, Vladimir Putin akan hadir secara langsung. Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menegaskan secara tegas: dia hanya akan berunding langsung dengan Putin, bukan dengan wakilnya.

Kremlin: “Besok Jumpa di Turki”, Tapi Bungkam soal Kehadiran Putin

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada 13 Mei menyatakan bahwa delegasi Rusia akan berada di Turki pada 15 Mei untuk menunggu perwakilan Ukraina. Namun, dia tidak menyebutkan secara jelas siapa yang akan memimpin delegasi Rusia, ataupun jam pasti pertemuan tersebut.

“Rusia akan menunggu delegasi Ukraina di Istanbul,” ujar Peskov kepada Channel One Rusia. Namun saat ditanya siapa yang mewakili Rusia, dia menjawab: “Begitu Presiden merasa waktunya tepat, kami akan mengumumkannya kepada publik.”

Putin sendiri sebelumnya mengusulkan agar perundingan langsung antara Rusia dan Ukraina digelar di Istanbul pada 15 Mei. Zelenskyy kemudian menyatakan akan hadir, dengan syarat bahwa Putin juga hadir secara langsung.

Trump Masih Menimbang Kehadiran

Presiden AS Donald Trump, pada 14 Mei menyatakan bahwa dirinya masih mempertimbangkan apakah akan menghadiri pertemuan damai di Turki. Dia mengaku belum mengetahui secara pasti apakah Putin akan hadir.

Dalam perjalanan ke Qatar dengan pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengatakan kepada wartawan: “Saya tahu dia ingin saya hadir. Itu mungkin saja. Tapi jika saya tidak datang, saya tidak tahu apakah dia akan tetap hadir. Kita lihat saja nanti.”

Trump sebelumnya menyampaikan bahwa dirinya bisa saja mampir ke Turki di sela kunjungannya ke Timur Tengah. Dia dijadwalkan menuju Uni Emirat Arab keesokan harinya. Kepada jurnalis dari The Washington Post, Trump mengatakan: “Jadwal saya sangat padat, tapi itu bukan berarti saya tidak akan pergi ke Turki demi menyelamatkan banyak nyawa, lalu kembali lagi.”

Trump juga menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio akan mewakilinya dalam pertemuan di Istanbul jika ia sendiri tidak bisa hadir.

Siapa yang Wakili Rusia?

Kremlin pada 14 Mei menyebutkan akan mengirimkan delegasi ke Istanbul, tetapi kembali enggan mengungkapkan siapa pemimpinnya. Menurut sumber dari Washington Post, mantan Menlu Sergey Lavrov dan penasihat kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, kemungkinan besar akan ditugaskan.

Sementara itu, utusan khusus Trump untuk isu Rusia-Ukraina, Keith Kellogg, kepada Fox Business menyatakan bahwa jika Putin hadir, maka Trump juga akan pergi ke Istanbul. Reuters melaporkan bahwa utusan Timur Tengah Steve Witkoff dan Kellogg akan tiba di Istanbul pada Kamis untuk mempersiapkan potensi perundingan damai.

Zelensky Tegas: Hanya Mau Bertemu Putin

Presiden Zelenskyy tetap bersikap keras. Penasihat kantor presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, pada 13 Mei mengatakan: “Presiden Zelenskyy tidak akan bertemu dengan siapa pun dari Rusia di Istanbul selain Putin sendiri.”

Jika pertemuan antara Zelenskyy dan Putin benar-benar terjadi, ini akan menjadi kontak langsung pertama mereka sejak Desember 2019.

Namun, masih banyak keraguan. Wakil Menlu Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan kepada media Rusia TASS bahwa pihak Rusia siap berunding, tetapi mempertanyakan kesiapan Ukraina: “Belum saatnya membuat prediksi. Sebaiknya kita tanya kepada pendukung Kiev dan Kiev sendiri—apakah mereka benar-benar siap?”

Zelenskyy Minta Bantuan Trump dan Ultimatum Baru untuk Rusia

Zelenskyy pada 13 Mei juga secara langsung meminta Trump turun tangan untuk memastikan pertemuan 15 Mei dengan Putin benar-benar terlaksana. Dia menuding bahwa Putin sejatinya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri perang, dan hanya bermain strategi.

Zelenskyy bahkan mendesak Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terberat kepada Rusia jika Putin menolak hadir dalam pertemuan damai pekan ini di Turki.

Sinyal Gencatan Senjata? Pidato “Hari Kemenangan” Zelenskyy dan Putin Berubah Nada

Meski belum ada kesepakatan konkret, kedua pihak terlihat mulai mengubah nada komunikasi mereka, terutama dalam pidato peringatan Hari Kemenangan pada awal Mei 2025.

Menurut analisis Ni Shijie, asisten profesor di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Nasional Chengchi Taiwan, baik pidato Putin maupun Zelenskyy tahun ini mengandung sinyal kemungkinan gencatan senjata. Jika dibandingkan dengan pidato tahun 2024, terdapat pergeseran narasi yang cukup signifikan.

Zelenskyy: Dari Perlawanan Keras ke Nada Reflektif

Dalam pidatonya tahun 2024, Zelenskyy secara eksplisit menyamakan kekejaman Rusia dengan Nazi dan menyebut Putin sebagai wajah baru “fasisme Rusia” (Rashizm). Dia menyerukan pembentukan aliansi dunia bebas untuk melawan “kejahatan baru abad ini”.

Namun, dalam pidato peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II pada 8 Mei 2025, Zelenskyy menampilkan nada yang lebih reflektif. Ia menyampaikan pidato sambil berjalan di jalan utama Kota Kyiv—Khreshchatyk Street, simbol transisi dari kehancuran menuju kebangkitan kembali.

Kali ini, dia tidak lagi menyebut Putin dengan istilah agresif. Sebaliknya, dia hanya menyebut Putin sebagai “orang tua yang telah merenggut jutaan nyawa” dan menggunakan kata “kejahatan” sebanyak 10 kali untuk menggambarkan perang dan mereka yang memulainya.

Putin: Dari Konfrontatif ke Emosional dan Patriotik

Sementara itu, pidato Putin pada Hari Kemenangan 9 Mei 2025 juga berubah nada dibandingkan tahun lalu. Pada 2024, setelah memenangkan pemilu kelima dengan 87,28% suara, pidatonya sangat konfrontatif, menyerang Barat, dan menyamakan operasi militer khusus di Ukraina dengan perlawanan Soviet melawan Nazi.

Namun dalam pidato 2025, Putin hanya menyebut “operasi militer khusus” satu kali, tidak lagi menyamakan Ukraina dengan Nazi, dan tidak menyebut Ukraina secara eksplisit. Dia memuji tentara Rusia sebagai simbol keberanian dan keteguhan hati, serta mengajak rakyat Rusia untuk tetap bersatu dan mengenang sejarah dengan rasa hormat.

Kesimpulan:

Pertemuan 15 Mei di Istanbul berpotensi menjadi momen historis yang mengarah pada gencatan senjata pertama sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina. Namun, semuanya tergantung pada satu hal krusial: apakah Putin akan hadir langsung? Jika ya, maka pertemuan ini bisa menjadi titik balik. Jika tidak, sanksi dan eskalasi kemungkinan akan terus berlanjut.(jhn/yn)

Menyusup ke Medan Perang! Drone “Naga Merah” dengan Serangan Otonom Berbasis AI dan Jangkauan 400 km Diduga Telah Tiba di Ukraina

EtIndonesia. AeroVironment, perusahaan yang dikenal luas lewat keberhasilan drone kamikaze “Switchblade”, kini kembali mencuri perhatian dunia dengan peluncuran drone tempur terbarunya: “Red Dragon” (Naga Merah). Drone ini memiliki jangkauan hingga 400 kilometer, dan yang paling mencengangkan—mampu melaksanakan serangan secara penuh menggunakan kecerdasan buatan (AI) tanpa bantuan sinyal GPS. 

Menurut laporan, drone ini telah diuji di medan perang dan dikabarkan telah dikerahkan ke Ukraina. Mengutip laporan kolom militer Global Strategic Insight pada 13 Mei 2025, selama ajang KTT Pasukan Operasi Khusus AS (SOF Summit), perwakilan AeroVironment menyampaikan kepada media bahwa drone Naga Merah telah diuji secara aktif di medan perang oleh setidaknya satu pelanggan anonim.

Fitur utama dari drone ini adalah kemampuannya untuk menyerang secara otonom sepenuhnya menggunakan AI, bahkan dalam kondisi tanpa sinyal GPS. Dalam mode otonom, Naga Merah mampu terbang sejauh 400 km, namun jika dikendalikan oleh operator, jangkauan sinyal langsungnya hanya 65 km. Meski demikian, jangkauan ini bisa diperluas menggunakan relay udara.

Naga Merah dapat membawa hulu ledak seberat 10 kg, serta dilengkapi dengan peralatan perang elektronik (electronic warfare). Kecepatan maksimumnya mencapai 160 km/jam, dengan kecepatan jelajah operasional sekitar 90 km/jam.

Kunci dari otonomi tinggi Naga Merah terletak pada sistem navigasi visual dan sensor optik canggih. Kombinasi ini memungkinkan drone tetap bisa menavigasi dan menyerang meski kehilangan sinyal GPS. Hal ini secara signifikan mempercepat pelatihan operator, karena Naga Merah mampu mencari, mengenali, dan menyerang target secara mandiri. Operator cukup menentukan zona target, lalu drone akan menuju area tersebut dan memulai pencarian secara otomatis.

Yang menarik, versi ekspor dari Naga Merah tidak akan tunduk pada regulasi ITAR (International Traffic in Arms Regulations) dari Departemen Luar Negeri AS. Ini berarti AeroVironment bisa tetap menjual drone ini ke luar negeri—termasuk ke Ukraina—bahkan jika pemerintahan Trump nantinya memutuskan untuk memberlakukan larangan ekspor senjata ke Ukraina.

Drone AeroVironment Sudah Aktif di Ukraina

AeroVironment sendiri sudah lama memasok berbagai jenis drone ke Ukraina. Model Switchblade 300 dan Switchblade 600 telah digunakan secara efektif di medan perang. Salah satu contoh mencolok adalah ketika Switchblade 600, yang lebih besar dan kuat, digunakan untuk menghancurkan sistem rudal permukaan-ke-udara Rusia “Tor”, dengan bantuan dari drone pengintai SHARK.

Kesimpulan

Kehadiran “Red Dragon” (Naga Merah) di medan perang—dengan kemampuan AI otonom dan jangkauan hingga 400 km—menandai loncatan besar dalam evolusi drone tempur. Dengan kemampuan beroperasi tanpa sinyal GPS dan sistem panduan visual mandiri, drone ini bukan hanya menjadi senjata presisi, tetapi juga lambang bagaimana kecerdasan buatan kini mulai mendominasi lanskap peperangan modern.

Jika kabar kehadirannya di Ukraina dikonfirmasi, maka ini akan menjadi sinyal kuat bahwa era drone AI otonom telah benar-benar dimulai, dan bahwa konflik masa depan mungkin akan semakin dipenuhi oleh mesin-mesin yang bisa “berpikir dan membunuh sendiri”—tanpa bantuan manusia. (jhn/yn)