oleh He Yating
Belakangan ini nilai mata uang Tiongkok renminbi terdepresiasi akibat pertumbuhan ekonomi yang merosot. Hal ini membuat banyak warga daratan Tiongkok semakin tidak percaya dengan prospek ekonomi Tiongkok, dan mereka berbondong-bondong pergi ke Hongkong untuk menyimpan dananya dalam mata uang dolar AS demi mempertahankan nilai.
Menurut media Hong kong “South China Morning Post”, pada pertengahan Juni tahun ini, penduduk Shenzhen David Yu menyembunyikan USD. 8.000,- dalam ransel dan menyeret barang bawaannya melintasi perbatasan untuk pergi ke Hongkong, kemudian ia menyimpan dolar AS tersebut di Bank HSBC Hongkong. Karena pemerintah PKT menerapkan kontrol modal yang ketat, setiap penumpang hanya diperbolehkan membawa uang maksimal USD. 5.000,- tanpa deklarasi, sehingga tindakan David Yu tersebut berisiko dijatuhkan hukum karena melanggar hukum.
Dalam sebuah wawancara, David Yu mengatakan kepada reporter “South China Morning Post” bahwa ini karena suku bunga dolar AS telah berulang kali dinaikkan oleh The Fed, jadi merupakan kesempatan baik untuk menyimpannya di perbankan Hongkong. “Banyak orang berpikir lebih aman menyimpan uang di luar Tiongkok, karena perekonomian Tiongkok semakin tidak stabil.”
Menurut laporan, David Yu menghabiskan waktu sampai 40 menit lamanya untuk menunggu giliran dilayani oleh petugas sebuah kantor cabang HSBC di Hongkong saat ingin menyimpan dananya itu. Dia terpaksa menunggu di belakang orang-orang di depannya yang semuanya juga berbahasa Mandarin yang tujuannya sama, yakni menyimpan dananya di bank tersebut.
Memasuki kuartal kedua tahun ini, kemampuan pemerintah Tiongkok untuk memulihkan ekonomi terlihat semakin melemah, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi berkurang. Nilai tukar RMB yang merupakan indikator kepercayaan ekonomi turun 5,7% terhadap dolar AS di kuartal kedua tahun ini. Depresiasi nilai renminbi semakin memicu sentimen negatif terhadap perekonomian Tiongkok.
Baru-baru ini, sebagian besar bank investasi internasional telah menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan rata-rata 4% pada kuartal pertama menjadi sekitar 1% atau malah lebih rendah pada kuartal kedua ini. Seiring dengan kemungkinan The Fed masih menaikkan suku bunga dolar AS, nilai renminbi diperkirakan akan semakin tergerus, kata laporan itu.
Laporan tersebut mengutip analis senior dari “Swissquote Bank” Ipek Ozkardeskaya yang mengatakan bahwa kinerja ekonomi Tiongkok tahun ini belum pulih seperti yang diharapkan, tetapi sebaliknya malah secara bertahap melambat.
Ia berkata : “Jika pemerintah Tiongkok tidak mau menghadapi situasi ‘keburu tua sebelum kaya’, ia tidak punya pilihan lain kecuali mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat dan para investor.”
Faktanya, otoritas keuangan Tiongkok telah 2 kali berturut-turut dalam sebulan terakhir menurunkan suku bunga deposito dolar AS, dalam upayanya untuk mencegah nilai renminbi terus terdepresiasi.
Reuters mengutip informasi dari 7 orang sumber yang tahu masalah tetapi namanya tidak mau disebutkan, memberitakan bahwa 5 bank besar milik negara Tiongkok telah menurunkan suku bunga simpanan dalam dolar AS dari sebelumnya yang 4,3%pa. menjadi 2,8%pa.
Ini adalah kedua kalinya otoritas berwenang memangkas suku bunga deposito dolar dalam sebulan terakhir. Pada awal bulan Juni tahun ini, 5 bank BUMN terbesar telah memangkas suku bunga deposito sebesar 100 basis poin dari sebelumnya 5,3%.
Renminbi telah menjadi salah satu mata uang Asia dengan kinerja terburuk tahun ini. Renminbi telah kehilangan sekitar 5% dari nilainya karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat dan kesenjangan dalam hasil dolar dengan Amerika Serikat yang kian melebar.
Reuters yang mengutip laporan para trader dan analis menyebutkan, bahwa otoritas Tiongkok berharap dengan menurunkan suku bunga simpanan dalam dolar AS untuk memperkuat nilai renminbi demi mencegah nilainya terus menurun yang dapat menghambat investasi asing, terutama untuk mendukung ekonomi Tiongkok yang sedang menghadapi kelesuan.
People’s Bank of China tidak segera mengomentari laporan Reuters tersebut, sementara ICBC, Bank of China, Agricultural Bank of China, China Construction Bank dan Bank of Communications juga tidak segera menanggapi permintaan komentar dari media. (sin)