oleh Chen Ting
Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa hampir 70% warga Amerika Serikat tidak optimis terhadap prospek ekonomi, dan hanya 20% warga yang berpendapat bahwa ekonomi Amerika Serikat telah membaik. Banyak orang harus mengekang pengeluaran atau berhati-hati membelanjakan uangnya. Dalam hal kemampuan untuk meningkatkan perekonomian AS, hasil jajak pendapat menunjukkan kepercayaan masyarakat Amerika terhadap Donald Trump lebih tinggi 11 poin persentase dibandingkan terhadap Joe Biden.
Sawyer School of Business di Suffolk University dan USA Today pada Kamis (14 September), merilis jajak pendapat bersama. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun pasar kerja AS kuat dan tingkat inflasi turun dari bulan Juni 2022 yang 9% menjadi 3,7% bulan lalu (Agustus 2023), masyarakat AS masih belum optimis terhadap kinerja perekonomian AS saat ini.
84% responden berpendapat bahwa biaya hidup meningkat dan harga kebutuhan sehari-hari naik. Hampir separuh dari responden itu (49%) berpendapat bahwa harga pangan yang mengalami kenaikan paling besar, kemudian diikuti oleh biaya perumahan (16%), tagihan listrik (11%) dan biaya transportasi, termasuk bahan bakar (11%).
Mayoritas warga AS berkomentar bahwa mereka masih mengekang pengeluaran. Lebih dari 71% responden mengatakan, mereka lebih jarang makan di luar. Mereka menghabiskan lebih sedikit uang untuk membeli pakaian (68%), barang belanjaan (53%), liburan (58%), dan membatalkan atau menunda renovasi rumah (57%).
Pada saat yang sama, 69,8% responden mengatakan bahwa mereka merasa perekonomian semakin buruk, sementara hanya 22,3% yang merasa perekonomian sudah membaik. 7,9% responden masih ragu-ragu mengenai masalah ini.
Ketika responden ditanyai soal siapa yang mereka yakini lebih mampu untuk meningkatkan perekonomian AS. Sebanyak 47,2% responden mengatakan mereka lebih mempercayai Donald Trump untuk menyelesaikan masalah ekonomi, dan hanya 36,3% yang menunjuk Joe Biden.
Hasil jajak pendapat juga menunjukkan bahwa hanya 34,4% responden yang menyetujui cara Biden dalam menangani perekonomian, sementara 59,4% tidak setuju cara Biden menangani perekonomian AS.
David Paleologos, Direktur Pusat Studi Politik di Universitas Suffolk mengatakan dalam sebuah pernyataan (tautan) : “Jajak pendapat ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang nyata antara cara pemerintahan Biden dalam menggambarkan perekonomian dibandingkan dengan cara kebanyakan warga AS berpikir mengenai hal tersebut”.
David Paleologos mengatakan bahwa banyak orang Amerika “perlu memangkas pengeluaran di hampir semua kategori”. Hal ini tidak diragukan lagi merupakan tantangan besar bagi pemerintahan Joe Biden.
“Ada banyak warga AS terutama keluarga berpenghasilan rendah sudah menduga bahwa mereka tidak bisa melewati musim libur tahun ini dalam suasana gembira”, tambahnya.
Menurut survei, hampir 44% dari seluruh responden mengatakan mereka akan mengurangi pengeluaran liburan tahun ini. Hampir 40% responden mengatakan bahwa total utang rumah tangga mereka meningkat, dan 30% mengatakan mereka terpaksa mengurangi saldo tabungan mereka untuk membayar tagihan.
Mayoritas rumah tangga berpenghasilan rendah mengatakan, mereka mengurangi pengeluaran di segala hal, termasuk makanan, pakaian, utilitas, perjalanan, layanan kesehatan, dan lainnya.
Laporan hasil jajak pendapat ini entah sengaja atau tidak dirilis bertepatan dengan Gedung Putih sedang gencar mempromosikan “Bidenomics”. Namun, konsumen tampaknya terus menderita akibat inflasi yang membandel dan tekanan dari kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Pekan lalu, jajak pendapat CNN (tautan) juga menunjukkan bahwa 58% warga AS percaya bahwa kebijakan Biden telah memperburuk perekonomian AS, dibandingkan dengan mereka (24%) yang percaya bahwa kebijakan Biden telah memperbaiki perekonomian AS. (sin)