EtIndonesia. Pernah dipuji sebagai anak ajaib di Tiongkok, Zhang Xinyang, 28 tahun, baru-baru ini mengatakan bahwa duduk-duduk dan tidak melakukan apa pun adalah kunci menuju kebahagiaan seumur hidup.
Dalam wawancara tanggal 20 September dengan media Tiongkok, Zhang mengatakan bahwa dia sekarang melakukan pekerjaan lepas dan bergantung secara finansial pada orangtuanya.
Zhang masuk universitas pada usia 10 tahun, dan masuk sekolah pascasarjana pada usia 13 tahun. Pada tahun 2011, anak laki-laki berusia 16 tahun ini menjadi mahasiswa PhD dalam bidang matematika terapan di Universitas Beihang, salah satu institusi terkemuka di Beijing.
Pada tahun yang sama, dia memicu kontroversi nasional ketika dia meminta orangtuanya membelikannya sebuah apartemen di Beijing senilai dua juta yuan (sekitar Rp 433 juta).
Jika mereka tidak melakukannya, Zhang memberi tahu orangtuanya bahwa dia akan melepaskan gelar Masternya dan menolak tawaran PhD.
“Kamu mengharapkan saya untuk tinggal di Beijing lebih dari siapa pun, jadi kamu harus berusaha keras untuk ini,” kata Zhang kepada orangtuanya, yang berasal dari kota lapis keempat di Liaoning.
Tuntutan Zhang saat itu berasal dari keyakinannya bahwa memiliki apartemen, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan terdaftar sebagai penduduk kota adalah ciri kesuksesan.
Untuk menenangkannya, orangtua Zhang akhirnya menyewa sebuah apartemen di Beijing dan berbohong kepada putranya bahwa mereka telah membelinya, media Tiongkok melaporkan.
Meskipun Zhang akhirnya menyelesaikan gelar doktornya pada tahun 2019 dan menjadi dosen universitas, dia mengundurkan diri dari pekerjaannya dua tahun kemudian.
Saat ini, Zhang tinggal di sebuah apartemen sewaan di Shanghai dan hanya memiliki beberapa ribu yuan di rekening banknya.
Dia sekarang melakukan pekerjaan lepas dan menerima tunjangan sebesar 10.000 yuan setiap dua hingga tiga bulan dari orangtuanya.
“Mereka berutang ini kepada saya,” kata Zhang, menambahkan: “Apartemen yang tidak pernah mereka belikan kepada saya seharusnya bernilai lebih dari 10 juta yuan sekarang.”
Meskipun tidak memiliki banyak nama, mantan anak ajaib ini mengatakan dia puas dengan situasinya saat ini.
Mengenai penghasilannya yang sedikit, Zhang berkata: “Saya bisa hidup tanpa bekerja selama sisa hidup saya. Saya tidak hanya dapat mengandalkan orangtua saya, tetapi juga orangtua dari orangtua saya, dan orangtua dari orangtua saya.”
Ia juga mengakui bahwa dia memiliki hubungan yang sulit dengan orangtuanya, karena dia merasa mereka terlalu mengontrolnya.
“Mereka jelas-jelas tidak mengerti apa-apa, tapi mereka tetap mau memberi saya petunjuk,” ujarnya.
Situasi Zhang saat ini memicu perdebatan publik di kalangan netizen Tiongkok, dan beberapa orang menyebut penderitaannya sebagai “kejatuhan keajaiban”.
Seorang netizen mengatakan bahwa orangtua Zhang memberikan terlalu banyak tekanan padanya di usia muda: “Orangtuanya terobsesi untuk mengembangkan keajaiban dan akhirnya dia mengkompensasi hilangnya proses pertumbuhannya dengan cara lain.”
Di sisi lain, ada pula yang merasa belum terlambat bagi Zhang untuk membalikkan keadaan.
Mantan dosennya, Zhang Yuehui mengatakan kepada media Tiongkok bahwa dia merasa mantan muridnya masih bisa mencapai “hal-hal besar” jika dia mau.
“Jangan pernah tang ping (bahasa gaul Tiongkok yang artinya menyerah dan bermalas-malasan),” ujarnya. (yn)
Sumber: asiaone