oleh Han Fei
Saat ini, wabah sedang melanda seluruh Tiongkok. Tidak hanya rumah sakit yang penuh sesak, tetapi banyak sekali ahli dan cendekiawan pro-Partai Komunis Tiongkok (PKT) di Tiongkok meninggal dunia. Hal mana telah menimbulkan perhatian banyak orang karena dicurigai wabah seakan bermata.
Sejak merebaknya epidemi baru di Tiongkok, banyak sekali anggota Partai Komunis Tiongkok, para ahli, cendekiawan, dan selebritas di berbagai bidang yang mendukung Partai Komunis Tiongkok telah meninggal lewat sakit. Dalam waktu sekitar seminggu sebelum dan sesudah tanggal 20 November, setidaknya ada 9 orang profesor ternama meningga dunia dan 8 orang di antaranya adalah anggota Partai Komunis Tiongkok.
Di antara mereka, Zhu Dong, anggota Partai Komunis Tiongkok dan profesor di Sekolah Jurnalisme dan Komunikasi Universitas Jinan, Guangdong meninggal karena sakit pada usia 41 tahun. Ada juga Pan Qifeng, seorang antropolog fisik terkenal dan profesor dari Departemen Arkeologi Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok, Cao Chunxiao, anggota Partai Komunis Tiongkok, seorang akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, dan ahli titanium, Cui Yitai, anggota Partai Komunis Tiongkok, mantan Sekretaris Partai dan Profesor Universitas Kedokteran Tianjin, dan lainnya semua meninggal dunia baru-baru ini.
Tang Hao, seorang awak media senior mengomentari situasi tersebut mengatakan : “Virus PKT (COVID-19) tidak berbeda dengan wabah besar yang pernah merebak di masa lalu. Virus PKT seakan memiliki sasaran yang jelas terutama menargetkan pejabat PKT, anggota partai, dan anggota lain yang sangat dekat dengan PKT. Karena ini adalah sebuah pembersihan yang diatur oleh Tuhan. Jadi berada di luar jangkau pemahaman ilmiah biasa”.
Beberapa hari yang lalu, Epoch Times menerbitkan artikel khusus yang isinya menyebutkan bahwa, di balik setiap wabah yang sudah sering terjadi di dunia di masa lalu, tampaknya ada wabah itu mempunyai penyebab yang sama, yaitu meluasnya kerusakan moral masyarakat dan penganiayaan terhadap keyakinan terhadap Tuhan. Diantaranya, 4 wabah besar di kekaisaran Romawi telah merenggut nyawa 60 hingga 80 juta orang dan kemudian menyebabkan musnahnya kekaisaran tersebut. Pada Abad Pertengahan, Wabah Hitam (Black Death) menyebar di seluruh Eropa dan merenggut puluhan juta nyawa.
Tang Hao mengatakan : “Dalam budaya tradisional Timur dan Barat, wabah dianggap sebagai semacam “hukuman dari alam” yang dikendalikan oleh “Dewa Wabah”. Jika kita menggunakan pendekatan atau pengalaman masa lalu ini sebagai dasar pemikiran, maka kita dapat mengetahui bahwa wabah besar yang terjadi di masa lalu, termasuk SARS pada tahun 2003, virus PKT (COVID-19) pada tahun 2019, dan wabah baru yang sedang menyebar saat ini, besar kemungkinannya terkait langsung dengan penganiayaan terhadap Falun Gong tahun 1999. Dilihat dari sudut pandang budaya tradisional mengenai hubungan manusia dengan Tuhan, ini sebenarnya adalah hukuman yang dijatuhkan Tuhan kepada PKT atas pemahaman atheis dan penganiayaan terhadap keyakinan Dharma”.
Tang Hao percaya bahwa selama lebih dari 20 tahun penganiayaan PKT terhadap Falun Gong, banyak warga sipil Tiongkok yang telah disesatkan oleh propaganda permusuhan yang dilakukan PKT, sehingga terjadi kesalahpahaman terhadap Falun Gong. Masyarakat secara tidak langsung digiring untuk berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap keyakinan. Maka, cara terbaik untuk menghindari bencana yang menimpa mereka adalah dengan memahami fakta kebenaran tentang penganiayaan yang dilakukan oleh PKT terhadap Falun Gong dan menjauhi organisasi jahat tersebut.
“Karena dari sudut pandang budaya hubungan antara manusia dengan Tuhan, orang-orang seperti itu (yang menjauhi PKT) adalah orang yang bertekad membersihan racun untuk menghidupkan kembali moralitas mereka, dan memulihkan hati nurani mereka. Dengan demikian mereka tidak lagi menjadi target pembersihan Dewa Wabah,” kata Tang Hao. (sin)