Siapa yang Mampu Lolos dari Maut Dalam Bencana Epidemi yang Sedang Berkecamuk di Tiongkok Saat ini ?

Epoch Times

Sejak pertama kali merebaknya virus komunis Tiongkok (COVID-19) pada akhir tahun 2019, epidemi ini terus mengalami pasang surut dan masih menyebar. Meskipun selama lebih dari tiga tahun terakhir para pejabat Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah berulang kali memberikan nama yang berbeda pada virus ini untuk menutupi kasus, tetapi epidemi ini tidak pernah benar-benar mereda atau hilang.

Menjelang berakhirnya tahun 2023, epidemi ini kembali merebak dalam skala besar di daratan Tiongkok. Apa yang disebut “pneumonia mikoplasma”, “influenza”, “virus syncytial”, dan “virus corona baru” semuanya menyebar dengan cepat. Banyak rumah sakit anak-anak di seluruh negeri penuh sesak oleh pasien yang terus berdatangan, bahkan kasus “paru-paru putih” dan kematian anak telah dilaporkan. Dan kota-kota besar seperti Beijing, Tianjin, Shanghai, Dalian, Shenyang dan tempat lain jumlah orang yang terinfeksi sangat banyak, sehingga untuk mendapatkan perawatan rumah sakit pun sangat sulit karena antrian giliran panjang dan tempat pembaringan pun habis terpakai.

Di tengah gejolak yang terus berlanjut dan rasa ketakutan yang tidak tahu kapan akan berakhir, banyak warga yang tampaknya menyadari akan datangnya suatu bencana besar, namun mereka tak tahu apa yang harus diperbuat. Ke mana epidemi selanjutnya akan mengarah ? Mengapa epidemi tersebut muncul ? Bagaimana caranya menangkalnya agar diri dan keluarga selamat dari bencana ini ?

1. Jumlah orang yang tertular epidemi meningkat tajam, namun PKT masih berusaha menutupinya

Perbedaan terbesar antara gelombang wabah ini dengan epidemi yang melanda lebih dari 3 tahun silam adalah, selain orang dewasa dan lansia yang tertular, virus epidemi yang belum diketahui saat ini juga menyerang sejumlah besar anak-anak, menyebabkan mereka terkena gejala “paru-paru putih”, sehingga butuh “cuci paru-paru”. Beberapa anak telah meninggal dunia. Namun, Partai Komunis Tiongkok terus berusaha keras untuk menyembunyikan fakta sebenarnya dari epidemi ini, dan terus menekan para whistleblower.

Pada 21 November, Wang Quanyi, Wakil Direktur Pusat Pengendalian Penyakit dan Kepala Ahli Epidemiologi Kota Beijing, mengatakan bahwa selama hampir 3 bulan terakhir ini “mycoplasma pneumoniae” sedang menyebar di Tiongkok sehingga klinik rawat jalan anak masih berada dalam tekanan yang tinggi.

Meskipun otoritas PKT secara resmi mengklaim bahwa sebagian besar warga yang sakit itu terserang bakteri “mycoplasma pneumoniae”, tetapi hasil tes laboratorium menunjukkan banyak anak-anak yang sakit itu tidak tertular oleh bakteri tersebut. Oleh karena itu, masyarakat menduga bahwa bakteri atau virus yang ditudingkan oleh PKT seperti mycoplasma pneumonia, syncytial virus, dan lain-lain itu hanyalah sebutan yang digunakan untuk menyamarkan epidemi.

Seorang dokter anak di sebuah rumah sakit di Beijing yang terinfeksi epidemi ini mengatakan kepada reporter “Epoch Times” : “Tidak ada obat yang ampuh untuk mengatasi gelombang infeksi kali ini. Saya telah mencoba minum semua obat yang dapat mengobati pneumonia mikoplasma, tetapi tidak ada hasilnya. Jadi saya curiga ini bukan pneumonia mikoplasma”.

Pada 21 November, seorang staf Rumah Sakit No. 1 Tianjin Beichen mengatakan bahwa pasien yang datang berobat terlalu banyak, kalau pun pasien langsung dibawa ke rumah sakit pun belum tentu dapat dilayani. Karena pasien yang datang saat ini mereka pada dasarnya telah mendaftar atau mendapatkan nomor antrean pada beberapa hari yang lalu. “Sama halnya anak saya yang sakit, juga tidak bisa langsung dilayani. Nomor antrean saja sampai berebut”, katanya. ​​Sebuah rekaman video yang diposting online menunjukkan bahwa unit gawat darurat rumah sakit telah mengeluarkan nomor antrean sampai lebih dari 3000, dan nomor antrean yang dipanggil sekarang baru 2000-an.

Klinik rawat jalan untuk anak di banyak rumah sakit di Shanghai sudah penuh. Pada 2 November, sudah banyak netizen memposting di Weibo yang mengatakan bahwa rumah sakit penuh sesak oleh pasien kebanyakan anak-anak. “Rumah Sakit Shanghai Xinhua sekarang hanya dapat mengambil nomor antrean untuk pemeriksaan malam hari, meskipun baru jam 9 pagi saat ini”.

Rumah Sakit Anak Dalian juga penuh sesak, beberapa orang tua memberitahu guru bahwa anaknya telah meninggal dunia di rumah sakit. Pada 21 November, seorang perawat di Liaoning memposting di media sosial bahwa ada 9 dari 12 orang perawat di shiftnya mengalami demam, dan 5 di antaranya mengalami demam sampai melebihi 39 derajat Celcius.

Selain itu, anak-anak yang terinfeksi di kota-kota besar seperti Jilin, Anhui, Shandong, Jiangsu, Gansu dan provinsi lain juga mengalami lonjakan yang tinggi, bahkan melebihi beban kemampuan dari seluruh bagian pediatri.

Pada 21 November, jaringan pengawasan penyakit menular global “ProMED” mengeluarkan peringatan bahwa “pneumonia yang belum diketahui” sedang merebak di daratan Tiongkok, dan itu bukanlah pneumonia mikoplasma sebagaimana yang diklaim oleh PKT. Keesokan harinya Organisasi Kesehatan Dunia secara terbuka meminta PKT untuk memberikan lebih banyak informasi mengenai epidemi tersebut.

Gelombang epidemi ini sangat ganas. Saya berharap semua teman tetap berwaspada dan tidak menganggap enteng, karena PKT tidak pernah transparan tetapi selalu berusaha untuk menyembunyikan situasi epidemi yang sebenarnya.

Ketika epidemi SARS merebak, PKT segera menyembunyikan epidemi tersebut. Pemimpin PKT saat itu, Jiang Zemin, untuk menutupi kasus epidemi tersebut bahkan mengklaim akan memberhentikan pejabat setempat bila SARS ditemukan merebak di sana. Pada akhirnya, epidemi ini dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, Asia Tenggara bahkan dunia, menyebabkan kerugian besar dalam kehidupan dan perekonomian. Sejumlah besar orang di Tiongkok telah meninggal dunia karena epidemi ini, namun jumlah sebenarnya dirahasiakan oleh otoritas PKT.

Setelah virus komunis Tiongkok (COVID-19) merebak pada akhir tahun 2019, PKT juga menggunakan taktik yang sama untuk menutup-nutupi fakta dengan memberi teguran keras dan hukuman kepada 8 orang pelapor (whistleblower) termasuk Dr. Li Wenliang. Dan banyak staf medis yang mengetahui masalah diinstruksikan untuk tutup mulut oleh otoritas PKT. Demi membohongi masyarakat Tiongkok, PKT memerintahkan Wang Guangfa, “pakar” Universitas Peking untuk mengklaim lewat siaran TV bahwa epidemi sudah mampu dikendalikan pihak berwenang (meskipun 4 hari setelah muncul di TV, Wang Guangfa juga jatuh sakit karena positif terinfeksi virus komunis Tiongkok). Pihak berwenang di Wuhan bahkan tanpa peduli terhadap ancaman epidemi, sengaja mengadakan acara “Perjamuan 10.000 Keluarga” untuk menunjukkan epidemi sudah dapat dikendalikan. Setelah epidemi tidak dapat lagi dibendung. PKT baru kelabakan, tidak punya pilihan lain kecuali mengirim Zhong Nanshan yang dijuluki “pakar kerajaan” untuk mengkonfirmasikan, bahwa virus bisa menular antar manusia dan sejumlah besar staf medis di Tiongkok telah positif terinfeksi. Segera setelah itu, PKT dengan tergesa-gesa mengumumkan penutupan kota Wuhan, namun membiarkan virus tersebut menyebar ke luar negeri. Akibatnya epidemi ini cepat berubah menjadi pandemi yang menimbulkan kerugian besar baik nyawa maupun harta benda.

Pada akhir 2022, melihat bahwa kebijakan pencegahan ekstrem epidemi “Nol Kasus” tak lagi mampu dipertahankan otoritas PKT, tanpa peringatan terlebih dahulu, Beijing langsung mengumumkan pelonggaran total terhadap pencegahan epidemi, sehingga semakin banyak warga di Tiongkok yang terinfeksi. Menurut laporan tim peneliti Universitas Peking pada awal tahun 2023, setidaknya 900 juta orang warga Tiongkok terinfeksi epidemi ini. Pada saat itu, mayat-mayat tergeletak di rumah sakit dan krematorium di berbagai kota besar di seluruh negeri, disimpan dalam cold storage makanan laut untuk menunggu giliran kremasi. Bahkan tidak sedikit keluarga yang melakukan kremasi jenazah sendiri di luar krematorium. Di saat itu, otoritas juga gencar membangun rumah sakit darurat untuk menampung pasien. Fenomena iring-iringan keluarga yang berjalan menuju penguburan jenazah bisa terlihat di berbagai pedesaan.

Otoritas PKT selain takut dunia luar mengetahui betapa parahnya epidemi yang melanda Tiongkok, ia juga khawatir masyarakat internasional memahami penyebab, asal usul epidemi, serta memahami mengapa wabah bisa menyerang suatu wilayah yang ditinjau dari sudut pandang budaya tradisional.

2. Asal usul dan tujuan wabah – tinjauan budaya tradisional dan sejarah

Banyak orang telah memperhatikan bahwa virus komunis Tiongkok pada dasarnya adalah wabah besar, namun otoritas PKT bersikeras untuk tidak menyebutnya sebagai wabah. Sebaliknya, mereka menggunakan istilah virus baru korona dan berbagai nama lainnya untuk menggambarkan virus komunis Tiongkok ini. Sebenarnya, ini adalah upaya untuk mengelabui masyarakat.

Jika kita menelusuri kembali sejarah umat manusia, sebagaimana yang dideskripsi dalam karya-karya klasik baik dari Timur mau pun Barat, kita dapat menemukan adanya kesamaan di balik setiap wabah yang muncul.

Di Tiongkok, Chen Tuan (tahun 871 – 989), seorang leluhur ajaran Tao pada era Lima Dinasti awal Song dalam karya tulisnya “Xin Xiang Pian” menyebutkan : “Wabah tidak terkait keberuntungan tetapi menghujat dewa langit dan bumi”. Dengan kata lain, karena orang-orang menghujat dewa langit dan bumi, langit dan bumi kemudian mengutuk mereka lewat wabah penyakit. Dalam karya klasik Barat, wabah dianggap sebagai hukuman dari Tuhan kepada manusia. Banyak penjelasan dalam Alkitab yang menyebutkan bahwa wabah penyakit adalah hukuman Tuhan bagi mereka yang meninggalkan Tuhan dan tidak menaati kehendak Nya.

Jadi sudah jelas bahwa munculnya wabah penyakit berkaitan erat dengan rusaknya moral masyarakat yang merebak dengan tujuan untuk memusnahkan mereka yang jahat. Dalam hal ini, pasti ada jejak yang dapat ditelusuri untuk mengetahui mengapa wabah muncul. Mari kita lakukan inventarisasi singkat beberapa wabah terkenal di dalam dan luar negeri pada zaman kuno dan modern.

2.1 Wabah Athena Yunani Kuno

Sekitar tahun 430 SM, masyarakat Yunani kuno pada umumnya mengalami kemerosotan moral. Orang-orang Athena yang kaya berfoya-foya, melakukan seks bebas tanpa batas. Inses, homoseksualitas dianggap modis … Kerusakan moral yang tajam menyebabkan Tuhan menjatuhkan hukuman berupa wabah penyakit di Athena, dan wabah itu sepertinya memiliki mata sehingga hanya orang Athena yang diserang. Saat itu, orang Athena banyak menangkap orang Peloponnesia selama Perang Peloponnesia dan membawa mereka ke Athena. Namun dalam catatan sejarah yang ada, tidak ada catatan orang Peloponnesia yang terjangkit wabah tersebut.

2.2 Empat wabah besar di zaman Romawi kuno

Dua ribu tahun yang lalu, Nero, kaisar Romawi kuno yang tirani dan kejam mulai menganiaya orang-orang Kristen. Dia membakar kota Roma dan menyalahkan orang-orang Kristen. Dia menyiksa orang-orang Kristen dan bahkan membiarkan binatang buas menggigit hingga mati lalu membakar tubuh mereka. Namun menghadapi penganiayaan brutal itu banyak orang Romawi kuno yang justru bertepuk tangan dan bersorak gembira. Di Kekaisaran Romawi kuno, setidaknya terdapat 10 orang raja yang berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap umat Kristen, tetapi sayangnya justru banyak warga sipil yang secara membabi buta mengikuti atau mendukung penganiayaan tersebut. Akibatnya, empat wabah besar dijatuhkan oleh penguasa langit, menewaskan banyak raja Romawi kuno beserta sekitar 60 hingga 80 juta orang Romawi kuno. Kekaisaran Romawi kuno yang dulunya megah, membentang di tiga benua yaitu Eropa, Asia, dan Afrika kemudian menjadi hancur lebur dan musnah.

Para ahli sejarah telah menemukan bahwa wabah besar di zaman Romawi kuno itu menargetkan para raja dan pelaku kejahatan yang menganiaya umat Kristen. Sebaliknya, umat Kristen pada umumnya memiliki kekebalan yang lebih tinggi sehingga tidak terkena wabah.

2.3 Kematian Wabah Hitam di Eropa adalah “Cambuk Tuhan”

Pada Abad Pertengahan, agama-agama di sebagian besar negara Eropa telah memasuki zaman akhir dharma. Banyak wali dan pimpinan agama secara terbuka melanggar sumpah mereka kepada Sang Pencipta, bahkan terang-terangan memelihara gundik, para biarawatinya memiliki anak yang lahir di luar nikah. Para pemuka agama bertikai demi ketenaran dan keuntungan, yang menyebabkan kemerosotan tajam moralitas seluruh masyarakat. Selain juga  menjadi tiruan sebagian besar masyarakat awam hidup dalam pemborosan dan mengikuti hawa nafsu, acuh tak acuh terhadap orang lain. Akibatnya, Wabah Hitam (Black Death) merebak ke seluruh Eropa dan merenggut puluhan juta nyawa manusia.

Menurut catatan sejarah, kematian Wabah Hitam saat itu merenggut nyawa sejumlah besar pemuka agama, dan penularannya terhadap masyarakat juga menunjukkan sangat selektif. Ada orang yang menemui ajal tak lama setelah melakukan kontak singkat dengan orang yang terinfeksi, sementara beberapa orang lain yang memiliki kontak dekat dengan orang yang terinfeksi tetapi tidak tertular. Oleh karena itu, gereja pada saat itu menggambarkan Wabah Hitam itu sebagai “Cambuk Allah”.

2.4 Virus komunis Tiongkok (COVID-19) melanda dunia

Dalam lebih dari 70 tahun sejak Partai Komunis Tiongkok merebut kekuasaan Republik Tiongkok kemudian mendirikan Republik Rakyat Tiongkok, PKT telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan kodrat alam, tidak percaya adanya Tuhan, dan membunuh lebih dari 80 juta warga negara Tiongkok.

Pada tahun 1999, Partai Komunis Tiongkok melancarkan penganiayaan brutal terhadap ratusan juta praktisi Falun Gong, Selain menerapkan kebijakan pemusnahan berupa “mendiskreditkan reputasi mereka, memotong sumber keuangan mereka, dan memusnahkan mereka secara fisik”. Para praktisi Falun Gong yang tertangkap boleh dipukuli atau disiksa sampai mati, bahkan kematian mereka dapat dianggap sebagai bunuh diri. Meski 24 tahun telah berlalu, tetapi kebijakan PKT tersebut masih dipertahankan hingga sekarang.

Selain menggunakan ratusan macam alat penyiksaan untuk menganiaya praktisi Falun Gong, PKT juga melakukan “kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di planet ini”, yaitu mengambil paksa organ praktisi Falun Gong secara hidup-hidup dalam skala besar.

Biro Keamanan Publik Tiongkok yang sangat besar bersama personel dari “Kantor 610” yang dibentuk khusus untuk menangani kasus Falun Gong, telah bersama-sama meracuni sejumlah besar orang Tiongkok dengan kebohongan, sehingga mereka ikut berkontribusi terhadap penganiayaan brutal ini.

Pada saat yang sama, Partai Komunis Tiongkok menggunakan kepentingan sebagai umpan dan kebohongan sebagai “pelumas” untuk membingungkan dan menipu dunia, sehingga pemerintah dan pengusaha di banyak negara menggemakan apa saja yang disuarakan PKT tanpa pertimbangan apakah itu kebenaran atau kejahatan, malahan berkolusi dengan Partai Komunis Tiongkok, atau tetap diam tidak peduli dengan kejahatan keji ini. Selain itu, banyak orang telah menyimpang dari nilai-nilai universal, lebih mementingkan keuntungan materi daripada keadilan, mudah beringkar janji, kepedulian semakin merosot, egoisme, kemunafikan, pergaulan bebas, inses …

Akibatnya, virus PKT mewabah dan menyebar ke seluruh dunia. Analisis statistik data besar mengenai epidemi global pada tahun 2020 menunjukkan, bahwa jalur penyebaran wabah di seluruh dunia dapat dilacak – selalu menyebar ke seluruh negara, kota, organisasi, dan individu yang memiliki hubungan dekat dengan PKT. Dan semakin dekat hubungannya dengan Partai Komunis, maka epidemi ini akan semakin serius. “One Belt, One Road” (Prakarsa Sabuk dan Jalan) telah menjadi “jalan epidemi”. (Lihat artikel “COVID-19 Kembali Bangkit di Tiongkok, Pendiri Falun Gong : Virus Menargetkan PKT”)

Gelombang wabah yang terjadi di akhir tahun 2022 kembali menunjukkan selektivitasnya yang jelas. Menyusul kematian Jiang Zemin, yang merupakan pelaku utama dalam penganiayaan Falun Gong, wabah langsung menargetkan Partai Komunis Tiongkok, menyerang dan menewaskan mereka yang berpihak pada PKT, termasuk sejumlah pejabat senior PKT, selebriti dan seniman merah, lapisan masyarakat, para ahli, profesor, dan lain-lain yang pro-PKT. 

Seperti kata pepatah, dalam lingkungan hidup yang sama semua orang di dalamnya akan memikul karma yang sama, tetapi Langit tidak akan mendatangkan bencana yang tidak wajar.

Pada awal tahun 2020, tidak lama setelah wabah COVID-19 merebak, Master Li Hongzhi, pencipta Falun Dafa melalui artikel Beliau “Rasional” memberi pencerahan kepada kita : “Tetapi saat ini wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT”.

3. Jumlah orang yang nyawanya direnggut oleh pandemi virus PKT sangat menakjubkan

Sebelum membahas masalah berapa banyak nyawa yang telah direnggut oleh pandemi virus PKT ini, ada baiknya kita melihat bencana kelaparan besar yang terjadi di Tiongkok akibat pelaksanaan program “Lompatan Jauh ke Depan” pada tahun 1959 hingga 1962.

Ketika PKT melaksanakan program “Lompatan Jauh ke Depan”, hal itu menyebabkan bencana kelaparan yang berskala nasional yang menewaskan setidaknya 30 hingga 40 juta orang warga Tiongkok. Yang Jisheng, mantan reporter senior di Kantor Berita Xinhua, menghabiskan hampir 20 tahun menulis buku yang ia beri judul “Batu Nisan : Catatan Kelaparan Besar Tiongkok pada tahun 1960an”. Menurut penelitian Yang Jisheng, sekitar 36 juta orang penduduk Tiongkok di seluruh negeri meninggal dunia karena kelaparan. Chen Yizi, mantan kepala lembaga pemikir Zhao Ziyang dan direktur Institut Reformasi Struktural Ekonomi Tiongkok mengatakan, bahwa  lembaga tersebut menetapkan jumlah korban tewas pada saat itu berdasarkan laporan rahasia yang ditulis dalam dokumen partai adalah antara 43 juta hingga 46 juta orang.

Jumlah orang yang meninggal dunia selama 3 tahun bencana kelaparan mencapai 6%-7% dari total penduduk Tiongkok pada saat itu. Namun, di bawah upaya PKT untuk menutup-nutupi fakta, banyak orang hanya mengetahui situasi atau jumlah korban yang berada di sekitar mereka, di desa, kota, atau provinsi tetapi mereka sama sekali tidak mengetahui jumlah korban secara nasional yang angkanya mengejutkan itu. Sampai hari ini, di bawah propaganda cuci otak PKT, masih banyak orang di daratan Tiongkok yang tidak percaya bahwa begitu banyak penduduk Tiongkok akibat bencana kelaparan buatan manusia pada saat itu.

Faktanya, virus PKT yang merebak Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir telah merenggut banyak nyawa. Namun, karena kebohongan besar PKT, sulit bagi dunia luar untuk memperkirakan berapa jumlah korban yang meninggal.

Pada 16 Januari 2023, Master Li Hongzhi mengatakan bahwa sudah lebih dari 400 juta penduduk Tiongkok yang meninggal dunia selama 3 tahun wabah virus PKT berkecamuk, tetapi otoritas PKT terus berupaya menutupi fakta kebenaran mengenai wabah ini. Pada 17 Januari, sehari setelah media “Epoch Times” melaporkan jumlah kematian akibat epidemi yang mendekati angka kebenaran, Biro Statistik Nasional Tiongkok membuat pengumuman langka yang menyebutkan bahwa untuk pertama kalinya sejak tahun 1961, total populasi Tiongkok mengalami penurunan yang drastis. Tetapi mengenai fakta ada lebih dari 400 juta penduduk Tiongkok yang meninggal karena wabah virus PKT, otoritas Beijing memilih diam, tidak berani mengakui atau membantahnya.

Rahasia alam yang diungkapkan oleh Master Li Hongzhi mengejutkan dunia. Banyak teman yang berpemikiran rasional baru menyadari dan yakin setelah melakukan pertimbangan yang cermat, meskipun ada juga teman yang bingung dengan angka itu.

Pada 28 Agustus tahun ini, “Epoch Times” menerbitkan sebuah laporan khusus Master Li Hongzhi yang isinya menunjukkan bahwa epidemi COVID-19 terutama ditujukan kepada Partai Komunis dan mereka yang secara membabi buta mengikuti PKT, membela PKT, dan bekerja keras demi kepentingan PKT. Sejauh ini, sudah banyak orang yang telah meninggal dunia termasuk anak-anak muda.

Satu demi satu rahasia alam yang diungkapkan oleh Master Li Hongzhi terjadi.

Antara  Juli dan Agustus tahun ini saja sejumlah petugas polisi berusia muda dan setengah baya serta pejabat kehakiman Tiongkok meninggal karena sakit, dan sejumlah besar pejabat senior, profesor juga saling menyusul pergi ke alam baka.

Kesadaran sering kali baru muncul ketika seseorang tersesat. Sesungguhnya Tuhan telah memberikan isyarat dan kesempatan kepada orang-orang yang tertipu oleh kebohongan PKT agar mereka sadar dan segera bertobat. Isyarat tersebut ditunjukkan melalui orang yang meninggal pada akhir tahun 2022 itu adalah para anggota PKT berusia lanjut dan pejabat senior PKT. Saat ini, wabah penyakit telah merenggut nyawa para anggota PKT dan kelompok pro-komunis tanpa memandang usia, dan banyak orang dewasa muda serta anak-anak yang juga meninggal karena wabah tersebut. Barangkali ini sudah waktunya bagi Tuhan untuk merealisasikan janjinya berupa memusnahkan PKT.

Mungkin ada yang bertanya, kenapa selain anggota PKT, tetapi anak-anak yang masih polos juga ikut dipersalahkan ? Faktanya adalah bahwa PKT telah memperkuat pendidikan cuci otak anak-anak, menanamkan budaya partai yang sifatnya jahat, mentalitas permusuhan, dan filosofi konflik sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Setelah penganiayaan terhadap Falun Gong, kata-kata fitnahan terhadap Falun Gong ditulis di dalam buku pelajaran sekolah dasar. Sejak tahun 2019, otoritas PKT telah mempercepat jalan menuju komunisme. Sistem propaganda yang dikendalikan oleh Wang Huning dengan gencar mempromosikan apa yang disebut “Pemikiran Xi”. Banyak sekolah memasukkan “Kutipan Pemikiran Xi” ke dalam bahan pengajaran untuk mencuci otak siswa. Banyak anak-anak otaknya diracuni sehingga bermentalkan PKT yang merendahkan moral, sehingga mereka tidak kebal terhadap wabah virus PKT.

Dari target penularan yang ditunjukkan oleh virus PKT telah memberikan isyarat kepada orang-orang tentang rahasia yang dikehendaki alam, yakni Sang Pencipta Alam ingin memusnahkan PKT. Sama seperti halnya dengan penemuan terhadap “batu berkarakter tersembunyi” di desa Pingtang County, Provinsi Guizhou pada 2002. Di mana terdapat 6 karakter Mandarin yang secara alami muncul di bagian sebuah batu besar yang retak 500-an tahun silam. Ada pun arti dari 6 karakter tersebut adalah Partai Komunis Tiongkok Musnah. Tampaknya Sang Pencipta Alam telah memberi isyarat kepada kita tentang apa yang bakal DIA lakukan terhadap PKT. 

Selanjutnya, sudah dapat diasumsikan bahwa tidak peduli seberapa tua atau mudanya seseorang, ia berada dalam bahaya besar. Selama orang tersebut merupakan anggota dari Partai Komunis Tiongkok atau anggota dari organisasi afiliasinya, atau bahkan jika seseorang yang bukan anggota organisasi jahat ini tetapi setuju dengan pemikiran partai komunis, pro-PKT, maka orang yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam tubuh dan pikiran yang sama dengan PKT ini akan dikategorikan sebagai orang yang mempunyai unsur partai komunis, berdiri di pihak partai jahat tersebut.

4. Penebusan dan peluang menyelamatkan diri adalah rahasia tersembunyi dalam wabah

Sepanjang sejarah, datangnya wabah penyakit selain menunjukkan keagungan dan kewibawaan Tuhan, juga mengandung makna belas kasih yang diberikan oleh para dewa dan Buddha. Sebab, di satu sisi munculnya wabah penyakit adalah cara Tuhan untuk menekan kejahatan, di sisi lain juga merupakan kesempatan yang Tuhan berikan kepada manusia untuk bertobat. Jika saja bencana alam lain atau bencana akibat ulah manusia datang dalam bentuk lain, maka akan banyak manusia yang ikut dimusnahkan tanpa menemui peluang untuk bertobat. Namun demikian, apakah orang-orang yang masih hidup ini sadar bahwa Tuhan telah memberi peluang untuk bertobat lewat munculnya wabah, itu bergantung pada apakah mereka menghargai peluang tersebut. 

4.1 Orang-orang Romawi kuno terus berbuat kesalahan yang sama selama wabah menimpa

Pada tahun 65 Masehi, wabah besar yang merupakan peringatan pertama dari Sang Pencipta Alam telah menimpa Romawi kuno, merenggut lebih dari 30.000 jiwa orang. Tiga tahun kemudian, Kaisar Nero, penghasut penganiayaan terhadap umat Kristen, bunuh diri dalam perjalanannya melarikan diri. Namun, setelah kematian Nero, penerusnya tidak juga mau berubah dari perbuatan salah pendahulunya dan terus melakukan penganiayaan terhadap umat Kristen.

Pada tahun 125 Masehi, “Wabah Orosius”, yang dikenal sebagai wabah besar pertama di kekaisaran Romawi telah merenggut nyawa 1 juta orang.

Pada tahun 161 M, Marcus Aurelius Antoninus Augustus menjadi Kaisar Romawi, dan setelah mengambil alih kekuasaan, ia menjadi kaisar pertama yang memerintahkan pemberantasan umat Kristen di seluruh negeri. Akibatnya, pada tahun 166 M, wabah berskala lebih besar turun dari langit, merenggut lebih dari 5 juta nyawa, termasuk nyawa Marcus Aurelius, yang kemudian dikenal dalam sejarah sebagai “Wabah Antoninus”. Namun hukuman belum berakhir sampai di situ.

Wabah ketiga yang berskala lebih besar melanda kekaisaran Romawi pada tahun 250 M. “Wabah Siprianus” yang tercatat dalam sejarah ini menewaskan 25 juta orang warga kekaisaran Romawi. Tetapi hukuman pun belum juga berakhir.

Dari tahun 541 hingga 542 M, “Wabah Justinian” atau wabah keempat dan terbesar melanda kekaisaran Romawi dan merenggut nyawa total 30 hingga 50 juta orang.

Beginilah nasib kekaisaran Romawi yang tertimpa bencana yang terus membesar akibat berulang kali melakukan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen.

Akhirnya pada tahun 680 M, masyarakat yang selamat dari bencana wabah mulai sadar atas kesalahan yang dibuat dan mengutuk penganiayaan terhadap umat Kristiani yang dilakukan oleh para penguasa Romawi, selain itu masyarakat juga mengecam masalah kemerosotan moral yang dialami dan berupaya memperbaikinya. Sadar terhadap perbuatan dosa yang mereka lakukan, warga negara Romawi pun secara terbuka untuk bertobat kepada Tuhan. Seiring dengan kian bangkitnya kesadaran ini, akhirnya membawa pada pengampunan Tuhan. Sejak saat itu, wabah besar tidak lagi menimpa kekaisaran Romawi.

4.2 Mengapa Wabah Milan muncul kembali setelah sempat mereda ?

Pada abad ke-17, Italia berada pada akhir Abad Pembaharuan atau Renaisans, dan pandangan hidup “carpe diem” yang menganjurkan orang untuk hidup dengan memanfaatkan waktu yang diberikan secara optimal sangat lazim di kalangan penduduk. Di masa itu, banyak orang kecewa dengan kemerosotan moral para pemuka agama sehingga tidak lagi orang yang percaya kepada Tuhan. Karena itu pada musim gugur tahun 1629, wabah datang dan merebak luas secara tersembunyi.

Pada  Maret 1630, Italia mengadakan karnaval tahunannya. Setelah tiga hari pesta pora dengan minum minuman keras dan bersenang-senang mengikuti hawa nafsu, wabah Milan datang merebak, menewaskan ribuan orang. Setelah setengah tahun berlalu, wabah berangsur-angsur mereda dan pada dasarnya menghilang pada awal tahun 1631.

Orang-orang Italia yang mengalami bencana tersebut mengira bahwa wabah tersebut telah hilang, namun mereka selain itu tidak melakukan introspeksi diri malah bersikeras untuk menempuh pemikirannya sendiri, mengejar apa yang mereka sebut sebagai “kebebasan sifat manusia”.

Setahun kemudian, yakni pada bulan Maret 1631, Milan kembali mengadakan karnaval akbar, di mana orang-orang masih berpesta pora dengan minum minuman keras, bermabuk-mabukan, melampiaskan hasrat nafsu secara bebas dari malam hingga fajar.

Apa yang tidak disangka oleh masyarakat Milan adalah tak lama kemudian wabah penyakit kembali muncul dan benar-benar di luar kendali. Kali ini banyak orang meninggal secara tiba-tiba bahkan tanpa sempat berobat. Milan menjadi “kota kematian”. Banyak jenazah yang dibuang di jalanan dan membusuk. Seluruh kota dipenuhi dengan bau mayat yang menyesakkan, seperti neraka di bumi .… Pada musim gugur tahun 1631, ketika wabah penyakit mereda lagi, populasi Milan berkurang hampir setengahnya.

Ketika wabah Milan mulai mereda, masih banyak orang Italia yang tidak percaya kepada Tuhan, tidak mau menyadari bahwa itu adalah kemurahan yang diberikan Tuhan dengan tujuan agar orang memanfaatkan peluang untuk bertobat, kembali pada jalan Tuhan. Namun begitu orang-orang yang cukup beruntung tidak menjadi korban wabah masih terus menuruti keinginannya untuk mengikuti hawa nafsunya, maka mereka akan benar-benar kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penebusan.

4.3 Berapa banyak orang yang mendapat pencerahan dari wabah SARS hingga virus PKT ?

Sejak tahun 1999 PKT melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong, banyak orang yang teracuni oleh kebohongan, begitu saja percaya dan berdiri di pihak PKT, bersorak gembira terhadap penganiayaan tersebut, atau memilih diam terhadap kejahatan yang dilakukan PKT. Bahkan ada pula yang secara langsung berpartisipasi dalam penganiayaan. Karena itu wabah SARS muncul dan merenggut nyawa banyak orang Tiongkok.

Namun, setelah epidemi sedikit mereda, rezim Jiang Zemin yang tidak melakukan introspeksi diri, malahan meningkatkan upayanya dalam penganiayaan. Selain itu Jiang Zemin juga mempromosikan pengambilan organ dari tubuh praktisi Falun Gong yang masih hidup. Lantaran dibutakan oleh kebohongan PKT, sehingga banyak orang Tiongkok yang membenci Falun Gong.

Setelah Jiang Zemin, pelaku utama dalam penganiayaan terhadap orang beragama turun dari jabatannya sebagai Sekjen PKT, 2  orang pemimpin PKT penerusnya juga gagal mengambil pelajaran dari kasus wabah SARS, tetapi membiarkan penganiayaan tidak berperikemanusiaan itu terus berlanjut.

Pada akhir tahun 2019, virus PKT merebak dari Kota Wuhan. Jadi, mengapa wabah ini bermula di Wuhan ? Sesungguhnya hal ini terkait dengan sebuah rahasia yang tersembunyi di dalamnya.

Sebelum penganiayaan besar-besaran dimulai, kelompok Jiang Zemin diam-diam menghasut Zhao Zhizhen, Direktur Stasiun TV Wuhan untuk membuat film TV berisikan fitnahan terhadap Falun Gong yang kemudian diputar secara serempak di seluruh stasiun TV di Tiongkok dengan maksud untuk memicu kebencian masyarakat terhadap Falun Gong. Selain itu, kejahatan keji pengambilan organ tubuh dari orang yang masih hidup juga pertama kali dilakukan dari Rumah Sakit Tongji di Kota Wuhan. Jadi, virus PKT juga berasal dari Wuhan. Apakah ini bukan maksud Tuhan mengingatkan dunia bahwa wabah ini berhubungan langsung dengan upaya PKT melawan Dharma Buddha ?

Jika ada orang yang tidak mempercayainya dan menganggapnya suatu kebetulan, lalu bagaimana dengan tanggal 23 Januari 2020 di mana otoritas Wuhan mengumumkan lockdown setelah wabah virus PKT merebak, yang bertanggal dan bulan yang sama 19 tahun silam, di mana PKT secara serempak memutar di stasiun TV Tiongkok film “kasus bakar diri palsu Tiananmen” ? Rasanya pengingat ini tidak perlu diragukan lagi.

Namun, para pemimpin PKT masih berkeras kepala dan membiarkan penganiayaan terus berlanjut. Menurut catatan “Minghui”, dari tahun 2020 hingga 2022, jumlah praktisi Falun Gong yang dianiaya PKT hingga meninggal terus meningkat dari tahun ke tahun.

Meskipun sudah setahun sejak penggagas penganiayaan terhadap Falun Gong, Jiang Zemin meninggal dunia dalam wabah besar, penganiayaan brutal masih terus berlanjut.

Pantas saja ada yang mengeluh : “Pelajaran sejarah terbesar bagi umat manusia adalah bahwa manusia tidak mengambil pelajaran dari sejarah.”

5. Tuhan maha pengasih kepada umat manusia, di mana jalan keluar bagi rakyat Tiongkok ?

Ada pepatah lama yang berbunyi : Manusia adalah roh dari segala sesuatu. Oleh karena itu, tubuh manusia sangatlah berharga, walaupun banyak orang tidak menyadarinya. Orang-orang di Tiongkok bahkan lebih beruntung. Karena leluhur pernah berpesan : Tidak mudah bisa terlahir sebagai manusia, apa lagi hidup di tanah tengah (Tiongkok) yang penuh kesulitan, lebih-lebih lagi bertemu dengan Dharma yang lurus, semua ini merupakan berkah yang tak ternilai harganya. 

Falun Dafa adalah Dharma. Meskipun terjadi penganiayaan brutal oleh Partai Komunis Tiongkok, Falun Dafa telah menyebar ke lebih dari 100 negara dan wilayah di seluruh dunia, dan dihormati serta dicintai oleh orang-orang di seluruh dunia. Seperti yang dikatakan Galileo, “Kebenaran itu memiliki kekuatan berupa, semakin besar Anda ingin menyerangnya, maka semakin banyak serangan Anda yang memperkaya dan membuktikan bahwa dialah kebenaran”.

Falun Dafa telah membawa berkah bagi dunia, menyelamatkan banyak nyawa, menyebabkan peningkatan moral para praktisi, dan memperlihatkan sejumlah keajaiban selama penganiayaan brutal yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. 

Orang-orang yang dilahirkan di daratan Tiongkok jauh lebih beruntung, karena mereka memenuhi syarat di atas, yakni terlahir sebagai manusia yang hidup di tanah tengah (Tiongkok), dan bertepatan dengan waktu penyebaran Dharma oleh Master Li Hongzhi, pendiri Falun Gong.

Jadi, dalam menghadapi epidemi yang sedang merajalela ini, di manakah jalan keluar bagi orang-orang Tiongkok yang beruntung ini ?

Master Li Hongzhi dalam artikel Beliau yang berjudul “Rasional” menyebutkan : “Manusia seharusnya dengan tulus bertobat kepada Dewa, diri saya ada kesalahan di mana, mohon diberikan kesempatan untuk berubah, ini barulah caranya, ini barulah obat mujarab”.

Lewat artikel “Rasional” Master Li juga memberitahu murid-muridnya cara untuk menyelamatkan orang-orang yang berada dalam bahaya : “seperti mengklarifikasi fakta – mengajukan 3 pemunduran (Gerakan Tuidang) dan secara tulus melafalkan kata-kata yang mengandung kebenaran, semuanya itu adalah obat mujarab dan cara menyelamatkan manusia yang terbaik. Dengan adanya perubahan pada hati manusia, akan membuat masalah berganti haluan ke arah yang positif”.

Sejauh ini, lebih dari 420 juta orang Tiongkok telah secara terbuka menyatakan mundur dari Partai Komunis Tiongkok dan organisasi afiliasinya. Mereka dengan sadar menghendaki penghapusan sumpah sehidup semati dihadapan bendera merah darah yang pernah diucapkan saat bergabung dengan PKT.

Bagi teman-teman yang belum mundur dari organisasi Partai Komunis Tiongkok diharapkan segera mengunjungi situs web “Tuidang” untuk menyatakan mundur dari PKT. Epidemi saat ini sedang berkecamuk, banyak anak yang juga telah terinfeksi. Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki anak di rumah, jangan lupa juga untuk meminta anak mereka memberikan pernyataan mundur dari organisasi afiliasi PKT.

Selama sekitar 3 tahun terakhir, situs web “Minghui” telah melaporkan kisah nyata dari sejumlah besar warga sipil Tiongkok yang terinfeksi parah oleh epidemi ini, tetapi bisa selamat dari maut setelah mereka memilih mundur dari Partai Komunis Tiongkok, dan dengan tulus melafalkan mantra 9 karakter (Mandarin) yakni “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik”.

Kesimpulan

Partai Komunis Tiongkok tidak setara dengan Tiongkok. Ia adalah rezim jahat, bibit kanker yang melekat di tanah Tiongkok. Ia telah melakukan kejahatan selama ratusan tahun, menghasut rakyat mendukungnya untuk “melawan langit dan bumi”, merusak Dharma Buddha, dan berbuat begitu banyak dosa. Khususnya di Tiongkok saat ini, PKT dengan ceroboh menganiaya orang-orang yang tidak bersalah. Insiden “Perempuan dalam Rantai Besi” telah mengoyak kisah suram tentang “kemakmuran” yang digembar-gemborkan PKT. Sedangkan kebijakan untuk mencegah penyebaran wabah yang sangat ekstrem entah telah membelenggu kehidupan berapa juta warga Tiongkok ? Hu Xinyu, seorang pemuda dari Provinsi Jiangxi yang menghilang secara misterius, telah menguak tabir skandal “pengambilan paksa organ dari tubuh hidup” yang dilakukan oleh PKT.  Berapa banyak muda-mudi yang meninggal di bawah cengkeraman PKT ? Bahkan Li Keqiang, mantan Perdana Menteri Tiongkok juga meninggal dengan cara yang tidak jelas. Tidak peduli seberapa tinggi kedudukan di “mesin penggiling daging” PKT yang dapat dicapai seorang WN Tiongkok, beranikah orang tersebut menjamin bahwa ia yang dapat mengakhiri hayatnya dengan baik ?

PKT adalah gangster dan sekte jahat atau iblis yang tidak menghargai nyawa manusia. Oleh karenanya, masyarakat jangan sampai tertipu oleh kebohongannya. Seperti tulisan dalam buku “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis” terbitan media “Epoch Times” yang menyebutkan : “Pelajaran yang dapat dipetik dari sejarah adalah bahwa siapa pun yang percaya terhadap isu-isu tertentu yang disampaikan oleh Partai Komunis, maka isu-isu itu dapat menjadi perenggut nyawanya”.

Terakhir, agar kita tidak melupakan peringatan belas kasih dari Master Li Hongzhi yang Beliau sampaikan dalam artikel “Rasional”: “Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan ikut disingkirkan. Jika tidak percaya tunggu dan lihat saja”.(sin)