Lebih 20 Orang Tentara Korut Mendapat Tembakan Peringatan dari Tentara Korsel Karena Melintasi Garis Demarkasi

NTD

Markas Staf Gabungan Korea Selatan menyatakan bahwa banyak tentara Korea Utara yang menjalankan tugas dalam zona Demiliterisasi (DMZ) antara Korea Utara dengan Selatan menjadi korban ledakan ranjau darat yang ditebar di sana baru-baru ini. Selain itu, pada  Selasa (18 Juni), lebih dari 20 orang tentara Korea Utara yang melintasi Garis Demarkasi Militer (MDL) baru mundur setelah mendapat tembakan peringatan dari tentara Korea Selatan.

Kantor berita Central News Agency mengutip laporan dari Kantor Berita Yonhap memberitakan bahwa, menurut informasi yang diperoleh dari militer Korea Selatan, sejak  April tahun ini sejumlah tentara Korea Utara telah ditugaskan untuk membabat alang-alang, memasang ranjau darat, memperkuat konstruksi jalan taktis, membangun tembok pelindung dan sebagainya guna memperkuat pertahanan perbatasan di wilayah garis depan seperti Garis Batas Utara dalam jarak 2 kilometer sebelah utara Zona Demiliterisasi Militer antara Korea Utara dengan Selatan.

Terdapat puluhan hingga ratusan orang tentara Korea Utara yang melakukan berbagai tugas secara bersamaan di lebih dari 10 wilayah di zona demiliterisasi. Menurut penilaian militer Korea Selatan, militer Korea Utara dapat mengirimkan hingga beberapa ribu orang setiap harinya untuk melakukan berbagai tugas terkait kepentingan militer di zona demiliterisasi.

Seorang pejabat yang terkait dengan Markas Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan kepada media, bahwa beberapa ledakan terjadi selama pemasangan ranjau darat menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan terluka, namun pekerjaan tersebut tetap berjalan.

Keterangan Foto : Pada 11 Juni 2024, di dekat Zona Demiliterisasi di garis pemisah antar Korea Selatan dengan Utara di Paju, seorang tentara Korea Selatan sedang berjaga di dekat fasilitas militer (kanan, kotak hijau) tempat keberadaan sebuah stasiun penyiaran yang dibongkar pada tahun 2018. (Anthony Wallace/AFP/Getty Images)

Militer Korea Selatan juga menyatakan, sekitar pukul 08.30 pagi itu, ada sekitar 20 hingga 30 orang tentara Korea Utara yang semula beroperasi di Zona Demarkasi Militer telah melintasi Garis Demarkasi Militer (MDL) sampai sejauh lebih kurang 20 meter. Akibatnya, militer Korea Selatan mengeluarkan siaran dan melepaskan tembakan peringatan, Saat itu juga tentara Korea Utara segera mundur ke utara, mungkin saja mereka melewati garis tersebut tanpa disadari.

Pada 9 Juni di tempat lain juga terjadi insiden tentara Korea Utara melintasi garis demarkasi dan mereka juga segera mundur setelah penjaga perbatasan Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan.

Keterangan Foto : Desa propaganda Korea Utara, Kaipyeong dapat terlihat dari platform observasi terpadu yang dibangun di dekat DMZ di Paju, Korea Selatan. (Chung Sung-Jun/Getty Images)

Setelah Korea Utara secara sepihak menyatakan pembatalan “Perjanjian Militer 9.19” (September 2018 inter-Korean summit) tahun lalu, Korea Utara memulai kembali pekerjaan bersenjata di garis depan. Pada  Januari tahun ini, Korea Utara menyelesaikan proyek restorasi terhadap pos-pos garis depan dan memasang ranjau darat di sepanjang jalan yang menghubungkan Korea Utara dengan Korea Selatan, seperti Jalur Gyonggui, Jalur Laut Tiongkok Timur, dan Arrowhead Heights. Baru-baru ini, penerangan jalur Tokai di Korea Utara dan fasilitas kereta api juga telah mulai dikerjakan kembali.

Personel militer Korea Selatan lainnya mengatakan, bahwa Korea Utara mungkin bermaksud untuk mengubah garis demarkasi militer menjadi garis perbatasan untuk mencegah warganya membelot. Namun hal tersebut belum dapat dipastikan. (sin)