‘Pulau Bikini’ yang Indah Diubah Menjadi ‘Pemandangan Neraka Radioaktif’ dengan Warisan ‘Bermutasi’

EtIndonesia. Hamparan terumbu karang yang dulunya indah di Oseania berubah menjadi “pemandangan neraka radioaktif” setelah digunakan sebagai lokasi uji coba nuklir oleh Amerika.

Dari tanggal 1 Maret hingga 22 April 1954, enam bom termonuklir diledakkan oleh militer AS di ‘Pulau Bikini’, hamparan terumbu karang di Kepulauan Marshall. Bom-bom tersebut mengoyak lingkungan yang damai, menghancurkan sebagian besar kehidupan alami dan meninggalkan warisan mutasi yang mengerikan yang akan bertahan selama beberapa dekade.

Ini adalah periode terburuk dalam kurun waktu 12 tahun sejak 1946 hingga 1958, ketika garis pantai yang indah dirusak oleh gelombang demi gelombang ledakan nuklir yang dilakukan oleh AS.

Pada tahun 1946, Amerika telah membujuk 167 orang yang tinggal di Pulau Bikini untuk pindah sebelum mereka mulai menguji senjata nuklir. Namun yang terjadi selanjutnya adalah serangkaian peristiwa tragis dan situasi di mana hingga hari ini penduduk pulau Bikini belum dapat kembali ke tanah air mereka karena kontaminasi nuklir.

Setelah Perang Dunia Kedua, Pemerintah AS memilih pulau itu sebagai tempat uji coba senjata nuklir sambil mendesak penduduk atol tersebut bahwa jika mereka pindah, pulau itu akan sangat penting bagi umat manusia.

Sementara militer mulai meledakkan 23 senjata nuklir di terumbu karang, para penghuni Pulau Bikini pindah ke pulau lain. Namun, ternyata mereka tidak mempunyai sumber daya yang memadai untuk mendukung penduduk yang mulai mengalami kelaparan pada awal tahun 1948.

Seiring berjalannya waktu, menjadi jelas bahwa senjata nuklir jauh lebih berbahaya dan beracun daripada yang pernah dibayangkan. Saat ini, masih terdapat tumpukan puing yang tergeletak di dasar laut karang dan masih terdapat amunisi nuklir aktif. Anggota kru yang mengawasi pengujian tersebut dilaporkan memiliki masalah kesehatan serius yang disebabkan oleh limbah radioaktif yang akan bertahan seumur hidup mereka.

Salah satu penduduk pulau Bikini melihat ledakan dari pulau terdekat. “Saat kami melihat ledakan tersebut, awalnya kami berpikir ‘mengapa Matahari terbit di Barat?’ Lalu kami mendengar ledakannya,” kata penduduk pulau yang tidak disebutkan namanya dalam film dokumenter berjudul The Forgotten Nuclear War – Bombs on Bikini Atoll.

Wanita tersebut, yang berusia enam tahun ketika dia melihat bom meledak, mengatakan bahwa dia merasa “dunia bergidik.” Dalam film dokumenter tersebut, Pulau Bikini sekarang digambarkan sebagai “pemandangan neraka radioaktif”.

Pada tahun 1970, sekitar 200 penduduk dikembalikan ke rumah mereka di Pulau Bikini oleh Pemerintah AS. Namun, delapan tahun kemudian para ilmuwan menemukan zat radioaktif strontium-90 dalam kadar yang sangat tinggi di air sumur di atol tersebut. Pengujian lebih lanjut mengungkapkan beberapa tubuh penghuni tersebut membawa cesium-137 yang sama beracunnya dalam kadar yang sangat tinggi.

Residu radioaktif membuat Pulau Bikini tidak dapat dihuni hingga saat ini, dan telah menyebabkan penduduk di wilayah tersebut terus-menerus berada dalam pengasingan selama bertahun-tahun. Meskipun dua dana perwalian pada tahun 1980an didirikan untuk membantu membayar biaya perawatan kesehatan dan hidup masyarakat Bikini, dampaknya terhadap kualitas manusia masih sangat besar. (yn)

Sumber: dailystar