FBI Yakin Penembak Trump Bertindak Seorang Diri,  Selidiki Insiden Penyerangan Sebagai Terorisme Domestik

FBI menemukan sebuah ‘alat  mencurigakan’ di dalam mobil pelaku, yang kemudian berhasil dijinakkan

Joseph Lord – The Epoch Times

Para pejabat Biro Investigasi Federal atau FBI mengatakan bahwa mereka yakin terduga pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump bertindak seorang diri.

FBI sedang menyelidiki serangan tersebut sebagai percobaan pembunuhan dan tindakan terorisme domestik, kata para pejabat kepada para wartawan dalam sebuah panggilan telepon dengan media pada 14 Juli.

Informasi baru ini muncul kurang dari 24 jam setelah Amerika Serikat mengalami percobaan pembunuhan terbesar pertama terhadap seorang presiden atau calon presiden sejak Presiden Ronald Reagan ditembak pada tahun 1981.

Pihak berwenang telah mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Thomas Matthew Crooks yang berusia 20 tahun. Si pelaku seorang penduduk Bethel Park, Pennsylvania. Pada rapat umum Trump di Butler, Pennsylvania, Sabtu, 13 Juli 2024, penyerang melepaskan beberapa tembakan dari posisi lebih tinggi di dekat tempat tersebut. Para saksi mata melihat seorang pria dengan senapan di atap sebuah gedung di dekatnya.

Telinga kanan mantan Presiden Trump tertembus salah satu peluru sebelum ia dilarikan ke mobilnya oleh anggota Paspampres AS, agen Secret Service. Namun, salah satu peserta rapat umum, seorang petugas pemadam kebakaran berusia 50 tahun, Corey Comperatore tewas. Dua peserta rapat umum lainnya-yang diidentifikasi oleh Kepolisian Negara Bagian Pennsylvania sebagai David Dutch dan James Copenhaver terluka.

Kedua peserta yang terluka berada dalam kondisi stabil, menurut Kepolisian Negara Bagian Pennsylvania, yang tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang cedera yang mereka alami. Upaya GoFundMe yang dibuat oleh kampanye Trump untuk para korban dan keluarga mereka telah mengumpulkan lebih dari $3 juta pada 14 Juli.

Investigasi FBI

FBI belum mengidentifikasi motif pelaku. Keluarga penembak siap bekerja sama dengan aparat dalam penyelidikan, kata para pejabat.

Jaksa Agung Amerika Serikat, Merrick Garland menyebut upaya pembunuhan terhadap mantan presiden itu sebagai “serangan terhadap demokrasi kita sendiri.”

“[Departemen Kehakiman) tidak menoleransi kekerasan semacam itu, dan sebagai orang Amerika, kita tidak boleh menoleransi nya,” kata Garland kepada para wartawan. “Ini harus dihentikan.”

FBI mengatakan bahwa sebuah “alat yang mencurigakan” ditemukan saat dilakukan pemeriksaan terhadap mobil Crooks. Perangkat itu kemudian dijinakkan oleh teknisi bom.

Direktur FBI Christopher Wray bersumpah bahwa lembaganya akan “tidak akan membiarkan satu hal pun terlewatkan” dalam penyelidikannya atas serangan tersebut.

“Upaya untuk membunuh seorang calon presiden hanya dapat digambarkan sebagai tindakan yang benar-benar tercela dan tidak akan ditoleransi di negara ini,” kata Wray kepada para wartawan.

Sebelumnya pada  14 Juli, Presiden Joe Biden mengatakan bahwa ia meminta agar penyelidikan dilakukan secara “menyeluruh dan cepat.”

Sebelum serangan, para pejabat mengatakan, pelaku tidak masuk dalam radar FBI sebagai ancaman potensial.

Pemeriksaan FBI terhadap keberadaan media sosial pelaku penembakan sejauh ini tidak menunjukkan adanya ideologi atau keyakinan politik yang dapat menjadi dasar serangan tersebut, kata para pejabat. FBI menyatakan sejauh ini pihaknya telah menerima lebih dari 2.000 petunjuk.

Para pejabat meyakini bahwa senapan yang digunakan dalam serangan tersebut adalah senapan semi-otomatis yang mirip dengan AR-15.

Kevin Rojek, agen khusus  FBI di Pittsburgh, mengatakan kepada para wartawan bahwa senjata tersebut adalah milik ayah si penembak, yang membelinya secara legal. Masih belum jelas bagaimana Crooks mendapatkan senapan tersebut, atau apakah ayahnya sadar bahwa putranya telah mengambilnya.

“Ini adalah fakta-fakta yang akan kami kembangkan saat kami melakukan pemeriksaan,” kata Rojek.

Tinjauan Independen

Presiden Biden mengatakan bahwa dirinya telah mengarahkan peninjauan independen terhadap keamanan yang hadir dalam rapat umum tersebut.

Berbicara dari Gedung Putih, Presiden Biden mengatakan bahwa upaya pembunuhan  “bertentangan dengan semua yang kita perjuangkan sebagai sebuah bangsa.”

“Ini bukan jati diri kita sebagai bangsa, ini bukan Amerika, dan kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi,” katanya.

Presiden mengatakan bahwa dia melakukan “percakapan singkat tapi baik” dengan mantan Presiden Trump pada 13 Juli malam.

Sementara itu, mantan presiden dijadwalkan tiba di Milwaukee untuk Konvensi Nasional Partai Republik pada 14 Juli, sesuai rencana awal. Dia mengatakan dalam unggahan media sosial bahwa dia awalnya ingin menunda perjalanan setelah serangan tersebut, tetapi akhirnya memutuskan membatalkannya.

“Saat ini, tidak ada ancaman yang diketahui terhadap RNC atau siapa pun yang mengunjungi RNC,” kata Michael Hensle, agen khusus yang bertanggung jawab atas FBI untuk Wisconsin, dalam sebuah konferensi pers.

Secret Service telah membantah klaim bahwa tim keamanan presiden ke-45 AS meminta keamanan tambahan untuk acara 13 Juli dan ditolak.

“Ini sama sekali tidak benar. Faktanya, kami menambahkan sumber daya & teknologi & kemampuan perlindungan sebagai bagian dari peningkatan tempo perjalanan kampanye,” tulis juru bicara Secret Service Anthony Guglielmi dalam sebuah posting pada 14 Juli di X.

Mantan Presiden Trump, dalam sebuah pernyataan pada 14 Juli, berterima kasih kepada para pendukungnya. Ia mengatakan  tentang serangan bahwa “hanya Tuhan yang mencegah hal yang tidak terpikirkan itu terjadi.”

Trump juga menyerukan persatuan, dengan mengatakan, “Pada saat ini, lebih penting dari sebelumnya bahwa kita harus bersatu, dan menunjukkan Karakter Sejati kita sebagai orang Amerika.”

Mantan Ibu Negara Melania Trump, dalam pernyataannya sendiri, menyerukan kepada warga Amerika untuk “bangkit dari kebencian” dan “gagasan  berpikiran sempit yang menghasut kekerasan.”

“Ketika saya menyaksikan peluru yang kejam menghantam suami saya, Donald, saya menyadari bahwa hidup saya, dan hidup Barron, berada di ambang perubahan yang menghancurkan,” tulisnya.

Dia mengucapkan “terima kasih kepada para agen Secret Service yang berani dan aparat penegak hukum yang mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.”

Di Capitol Hill, para anggota parlemen berjanji  melakukan penyelidikan tersendiri terhadap masalah ini.

Ketua DPR AS Mike Johnson (R-La.) mengatakan bahwa Kongres akan menyelidiki apakah ada kelalaian keamanan dalam rapat umum tersebut.

“Kita perlu tahu: Bagaimana mungkin seseorang bisa berada di ketinggian yang terlihat oleh para saksi mata di lapangan-bagaimana mungkin  tidak diketahui oleh Secret Service?” Johnson berkata kepada acara “Today” di NBC pada 14 Juli.

Dalam sebuah surat pada 14 Juli kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri (DHS) Alejandro Mayorkas, Ketua Komite Keamanan Dalam Negeri DPR AS Mark Green (R-Tenn.) mengungkapkan beberapa informasi, termasuk rencana keamanan yang ada pada hari penembakan. Secret Service berada di bawah payung DHS.

Seorang juru bicara DHS mengonfirmasi penerimaan surat tersebut.

“DHS menanggapi pertanyaan kongres secara langsung melalui saluran resmi, dan Departemen akan terus menanggapi pengawasan Kongres dengan tepat,” kata juru bicara itu kepada The Epoch Times melalui email.

Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.