Apa Arti Munculnya Kembali “Insiden Jembatan Sitong” Menggantungkan Spanduk dan Memutar Slogan Anti-Komunis di Hunan? 

oleh Tang Rui – New Tang Dynasty Television

Hunan kembali mengalami “Insiden Jembatan Sitong Beijing.” Baru-baru ini, di sebuah jembatan penyeberangan di Hunan, seseorang menggantung spanduk dan menggunakan pengeras suara yang  menyuarakan slogan anti-Komunis, Insiden ini menarik perhatian baik di dalam maupun luar negeri.

Pengeras suara di jembatan menyiarkan slogan: “Kami ingin kebebasan, kami ingin demokrasi, kami ingin hak suara, mogok kerja, mogok sekolah, gulingkan diktator pengkhianat negara Xi Jinping.”

Pada  30 Juli, video di internet menunjukkan di jembatan penyeberangan di sebuah jalan komersial yang ramai di Xin Hua, Kabupaten Lousi, Hunan, Tiongkok tergantung spanduk besar di kedua sisi, bertuliskan slogan seperti “Tidak perlu pemimpin, perlu hak suara. Tidak perlu kebohongan, perlu martabat.” Sambil memutar slogan yang berbunyi “Kami ingin kebebasan, kami ingin demokrasi” melalui pengeras suara, menarik perhatian banyak orang yang berlalu lalang.

Mantan pengacara Beijing dan Ketua Aliansi Demokrasi Kanada, Lai Jianping, mengatakan: “Ini menunjukkan bahwa krisis politik, ekonomi, dan sosial di masyarakat Tiongkok telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga banyak orang bersedia mengambil risiko untuk memprotes.”

Seorang ekonom di Institut Informasi dan Strategi Washington, Li Hengqing, mengatakan: “Saat ini kehidupan rakyat biasa di Tiongkok semakin sulit. Banyak pemuda menganggur dan tidak dapat menemukan pekerjaan. Sejumlah besar pekerja migran juga kehilangan pekerjaan, dan pendapatan mereka sangat tertekan. Bahkan para pengusaha merasakan tekanan besar,  ada ketidakpercayaan yang sangat besar terhadap kepemimpinan pemerintah saat ini.”

Ekonomi Tiongkok sedang mengalami kelesuan serius dan masyarakat mengalami kesulitan hidup, sementara pemerintahan Partai Komunis Tiongkok semakin represif, memicu gelombang ketidakpuasan masyarakat.

Li Hengqing melanjutkan: “Karena hal-hal inilah yang memicu aksi protes seperti yang terjadi di Lousi, Hunan. Sama seperti tindakan Peng Lifa di Insiden Jembatan Sitong Beijing, saya percaya aksi serupa akan semakin banyak terjadi.”

Insiden Jembatan Sitong Beijing pada Oktober 2022 mengejutkan dunia internasional. Setelah kejadian tersebut, Peng Lifa ditangkap oleh polisi dan hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

Untuk insiden di Hunan kali ini, identitas pelaku protes, apakah mereka aman atau tidak, masih belum diketahui.

Lai Jianping menyatakan: “Mereka melakukan ini dengan risiko ditangkap, diadili, disiksa,  bahkan bisa kehilangan nyawa. Mereka berani melawan jaringan pengawasan dan kontrol pemerintah yang menunjukkan betapa mereka merasa hidup mereka tidak dapat dipertahankan dan betapa mereka tidak bisa lagi mentoleransi penindasan sosial yang ada.” (Hui)