EpochTimesId – Pejabat senior Tiongkok, Liu He kembali mempromosikan apa yang mereka gambarkan sebagai ‘globalisasi’ pada acara World Economic Forum. Namun, media asing melaporkan bahwa apa yang diinginkan Tiongkok adalah tujuan untuk memperkuat kontrol dan intervensi demi menjaga stabilitas dalam negeri serta memperluas pengendalian dan pengaruh terhadap negara lain.
CNBC mengutip ucapan analis utama Economist Intelligence Unit untuk Tiongkok, Tom Rafferty, bahwa pemerintah Tiongkok mengklaim untuk mempromosikan perdagangan bebas. Meskipun demikian, visi mereka tentang tatanan global sebenarnya jauh lebih sempit daripada konsep globalisasi dunia pada umumnya.
Media resmi Tiongkok menyebutnya sebagai globalisasi berkarateristik Tiongkok. Rafferty mengatakan, itu tandanya pemerintah Tiongkok masih ingin mengendalikan urusan dalam dan luar negeri.
“Dia (Tiongkok) mendukung perdagangan komoditas terbuka karena itu adalah pendorong utama perkembangan ekonomi mereka. Namun dia masih sangat percaya bahwa pihak mereka memiliki kekuatan dan kemauan untuk secara ketat mengendalikan pergerakan investasi langsung, modal dan SDM investasi lintas batas,” ungkap Rafferty.
Scott Kennedy, wakil direktur Pusat Kajian Strategis Internasional juga memiliki pendapat yang sama. Dia menafsirkan pengertian globalisasi berkarateristik Tiongkok sangat bertolakbelakang dengan pemahaman global.
“Mendorong non kebebasan dalam perdagangan dan investasi ditambah dengan intervensi yang tinggi dari pemerintah demi sasaran yang ingin dicapai kebijakan industri, untuk memastikan stabilitas domestik serta pengaruh internasional yang lebih besar,” timpal Kennedy.
Ambisi global Tiongkok akan merusak ekonomi dunia
Bloomberg melaporkan bahwa ambisi global rezim Beijing itu tidak akan mengintegrasikan ekonomi dunia. Sebaliknya dia justru akan merusak ekonomi dunia.
Meskipun pemerintah Tiongkok mengklaim bahwa mereka tidak akan menutup pintu dunia dan akan semakin terbuka dalam upaya mendukung perdagangan bebas. Namun, masalahnya adalah pandangan terhadap globalisasi bertolak belakang dengan pemahaman global.
Tujuan globalisasinya bukan membuat Tiongkok terntegrasi ke dalam tatanan dunia, tetapi bertujuan untuk membangun zona ekonomi tersendiri. Dimana konsep Tiongkok memiliki tatanan, perumusan peraturannya, termasuk sistem dan pola perdagangannya dikendalikan oleh Tiongkok komunis.
Pemerintah Tiongkok sedang menggunakan kekuatan negara untuk mengembangkan teknologi model mereka di bidang industri yang sedang berkembang. Mereka dengan segala upaya mendukung perusahaannya sendiri agar mampu bersaing dengan Barat, seperti dalam industri robot dan kendaraan listrik.
Tujuannya tidak lain adalah menggeser keluar perusahaan asing dari pasar Tiongkok dan kemudian menggunakan industri ini sebagai batu loncatan untuk memperluas kemampuan dalam persaingan global.
Keretakan pasar global telah ditunjukkan dengan jelas di Internet. Kebanyakan orang Barat menggunakan Facebook, Twitter dan Google, sementara netizen Tiongkok menggunakan WeChat, Sina Weibo dan Baidu, yang merupakan hasil tirani pemerintahan komunis Tiongkok.
Tiongkok komunis mengekspansi infiltrasi global
Dari serangkaian perkembangan global terakhir dapat dilihat bahwa pemerintah Tiongkok selain memperluas kekuatan ekonominya, juga sedang mengekspansi infiltrasi sampai ke lingkaran politik negara-negara Barat.
Shanthi Kalathil, direktur International Forum for Democratic Studies, IFDS di Amerika Serikat, mengatakan kepada CECC bahwa Tiongkok menghabiskan miliaran dolar untuk mempengaruhi norma dan sikap negara lain dengan membina hubungan pribadi, institusi pendidikan, budaya serta pusat kebijakan.
Senator dari Partai Buruh Australia, Sam Dastyari setelah menerima dana bantuan dari pengusaha kaya Tiongkok kemudian dalam pidatonya menggemakan kebijakan luar negeri Tiongkok. Ia didesak mundur pada bulan Desember tahun lalu.
Di New Zealand, anggota parlemen Selandia Baru dari Partai Nasional, Yang Jian terbongkar pernah bekerja di Luoyang Foreign Languages University. Ini adalah perguruan tinggi yang dimiliki Angkatan Bersenjata Tiongkok.
Di Amerika Serikat, Tiongkok melalui kemudahan dalam mengimpor daging sapi Montana telah menjalin hubungan erat dengan Senator Steve Daines. Dengan tujuan menggaet Senator itu sebagai perwakilan Tiongkok di AS untuk urusan Tibet.
Tujuan Tiongkok adalah untuk melemahkan pengaruh dari kunjungan Perdana Menteri Pemerintah Tibet Dalam Pengasingan Lobsang Sangay ke Washington.
Pemerintah Amerika sudah mulai mengantisipasi pengaruh ekspansi ekonomi dan politik Tiongkok. Bulan September tahun lalu, pemerintahan Trump menolak transaksi akuisisi sebuah perusahaan chip AS oleh perusahaan swasta Tiongkok.
Sementara itu, Komisi Penanaman Modal Asing AS menolak memberikan persetujuan untuk mengakuisisi American MoneyGram oleh Ant Financial Holding Group milik Ma Yun alias Jack Ma.
Washington Post mengutip ucapan seorang pejabat senior AS menyebutkan bahwa Dewan Keamanan Nasional AS sedang mengkoordinasikan studi yang disarankan administrasi Trump tentang kegiatan infiltrasi Tiongkok komunis.
Amerika tak segan-segan akan menggempur setiap tindakan yang bersifat merongrong, tersembunyi yang bertujuan untuk mempengaruhi pemilihan, pejabat, kebijakan pemerintah atau perusahaan dan opini publik Amerika Serikat. (ET/Qin Yufei/Sinatra/waa)