Badai Mendekat, BUMN Tiongkok Mempercepat Pelepasan Aset Keuangan

Dengan ekonomi Tiongkok yang terus merosot dan risiko finansial yang semakin meningkat, beberapa BUMN Tiongkok baru-baru ini mulai menjual kepemilikan mereka di lembaga keuangan, sesuai dengan instruksi dari Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara (SASAC) Tiongkok. Para analis percaya bahwa langkah ini dapat mengguncang seluruh sistem keuangan

Meng Xinqi/Yi Rui/Tony

Pada 15 September 2024, media di daratan Tiongkok  melaporkan bahwa SASAC kini menargetkan aset keuangan yang dimiliki oleh lebih dari setengah BUMN.

Sebelumnya, pada  Juni, SASAC mengadakan pertemuan yang menetapkan bahwa BUMN pada prinsipnya tidak boleh mendirikan, mengakuisisi, atau membeli saham baru di lembaga keuangan. Lembaga keuangan yang kurang relevan dengan bisnis inti industri dan memiliki risiko tinggi tidak diperbolehkan untuk dimiliki atau ditambah kepemilikannya.

Pertemuan tersebut juga menekankan bahwa BUMN kini harus berfokus pada pengembangan bisnis inti mereka di sektor industri.

David Huang, seorang ekonom dari AS, berpendapat, “Langkah ini menunjukkan bahwa SASAC sedang memisahkan BUMN dari sektor layanan keuangan yang akan diawasi ketat di masa mendatang. Ini berarti bahwa penertiban sektor layanan keuangan yang sedang berlangsung mungkin akan menghancurkan banyak perusahaan keuangan. Jika BUMN terlibat, risiko keuangan dapat menyebar ke BUMN itu sendiri.”

Setelah peraturan ini, yang dikenal sebagai “Perintah Mundur dari Keuangan”, beberapa BUMN besar seperti Sinochem Capital, China Poly Group, dan Ansteel Group telah mulai menjual kepemilikan saham mereka di lembaga keuangan, mempercepat pelepasan aset keuangan mereka.

“Penertiban sektor keuangan bertujuan untuk mengalihkan dana kembali ke ekonomi riil. Namun, proses penertiban ini dapat menyebabkan banyak lembaga keuangan kecil dan menengah, terutama di sektor perwalian, asuransi, dan sekuritas, mengalami guncangan besar, bahkan kebangkrutan. Oleh karena itu, BUMN harus menarik diri tepat waktu,” ujar David Huang.

Data publik menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun ini, setidaknya 17 BUMN telah mengumumkan rencana untuk menjual saham mereka di lembaga keuangan, termasuk bank, perusahaan sekuritas, dan asuransi.

“Pembatasan ini tidak hanya melarang kepemilikan, tetapi juga mendorong investasi di sektor lain, seperti teknologi tinggi atau industri riil. Namun, jika harga saham perusahaan-perusahaan ini terus jatuh, saya rasa BUMN hanya akan menjual saham keuangan mereka dan tidak akan membeli saham perusahaan lain,” kata Wang Guochen, peneliti di Institut Penelitian Ekonomi Tiongkok.

Perintah SASAC ini menimbulkan pertanyaan lain: siapa yang akan membeli aset yang mungkin berisiko ini? Terutama jika aset tersebut berada di ambang masalah, siapa yang bersedia untuk membelinya?

David Huang mengatakan, “Dalam jangka pendek, penertiban sektor ini akan mengguncang sistem keuangan, dengan banyak perusahaan menghadapi kebangkrutan atau harus bertransformasi. Dampak jangka pendeknya terhadap ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan sangat negatif.”

Laporan tersebut menunjukkan bahwa aset keuangan memiliki porsi besar dalam BUMN, terutama pada BUMN yang terdaftar, di mana lebih dari 80% asetnya terkait dengan sektor keuangan.

“Risiko di sektor keuangan sedang berkembang dengan cepat, namun belum meledak karena tidak ada tempat lain untuk menaruh uang. Jadi, dana terus disimpan di empat bank besar atau dibelikan saham mereka, yang mempertahankan situasi saat ini,” ujar Wang Guochen.

Para ahli mencatat bahwa pengawasan ketat terhadap keterlibatan BUMN dalam lembaga keuangan mencerminkan masalah risiko keuangan yang semakin parah.

“Selama bertahun-tahun, sektor keuangan dan sekuritas di Tiongkok berkembang terlalu cepat dan tidak terkendali. Ini menarik banyak modal pribadi dan sosial ke dalam ekonomi virtual, sementara ekonomi riil kekurangan dukungan. Dampaknya terhadap ekonomi sangat merusak. Kekayaan yang dihasilkan hanyalah kekayaan di atas kertas dan tidak dapat dipertahankan,” ujar David Huang.

Laporan tersebut mengutip pendapat pejabat BUMN yang menyatakan bahwa era “cepat kaya” melalui bisnis keuangan telah berakhir.

“Sekarang, banyak perusahaan tidak memiliki dana karena harga saham anjlok, sehingga mereka semakin bergantung pada pinjaman bank atau obligasi. Namun, bank juga kekurangan dana, sehingga perusahaan-perusahaan ini diminta untuk membeli saham perusahaan lain,” kata Wang Guochen.

Perkembangan sektor keuangan memiliki hubungan langsung dengan stabilitas ekonomi Tiongkok, dan pendapatan serta keuntungan BUMN yang menurun tampaknya menunjukkan bahwa ekonomi sedang menghadapi tekanan besar.

Banyak pihak percaya bahwa “Perintah Mundur dari Keuangan” yang diterapkan oleh SASAC pertama-tama akan mempengaruhi lembaga keuangan yang sedang dijual, dan pada akhirnya akan berdampak pada pasar keuangan secara keseluruhan. (hui)