Bocah Jepang Berusia 10 Tahun Tewas Ditikam, Warganet Tiongkok Kecam Partai Komunis Tiongkok Karena Menghasut Ujaran Kebencian

Seorang bocah laki-laki berkewarganegaraan Jepang berusia 10 tahun tewas setelah ditusuk di Shenzhen, Tiongkok. Pada Kamis (19 September), warga Shenzhen secara spontan berkumpul untuk memberikan penghormatan, meletakkan bunga, dan mengheningkan cipta bagi bocah malang tersebut. Pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) menutup akses informasi terkait di internet dan menghapus berita-berita terkait. Warganet mengecam PKT karena menghasut ujaran kebencian secara nasional, yang menyebabkan tragedi ini kembali terulang

oleh Chen Yue dan Jiang Diya dari NTD Television

Pada  Kamis, sejumlah warga Shenzhen datang ke depan sekolah tempat bocah tersebut tewas untuk memberikan bunga dan mengenangnya. Mereka juga menyatakan penolakan terhadap kekerasan dan pendidikan kebencian yang diajarkan oleh PKT.

Salah satu warga Shenzhen berkata: “Damai selamanya, persahabatan Tiongkok-Jepang selamanya, tolak pendidikan kebencian.”

Warga Shenzhen lainnya berkata: “Saya adalah warga biasa di Shenzhen. Sebagai rakyat Tiongkok, kami menentang tindakan seperti ini, menentang ujaran kebencian. Banyak dari kami yang telah lama hidup di bawah pendidikan kebencian seperti ini, yang menyebabkan hasil yang mengerikan seperti ini. Ini adalah akibat jangka panjang dari pendidikan ujaran kebencian.”

Korban adalah seorang bocah laki-laki Jepang berusia 10 tahun yang bersekolah di Sekolah Jepang di Shenzhen.  18 September adalah hari kejadian, bocah tersebut dan ibunya sedang dalam perjalanan ke sekolah, sekitar 200 meter dari gerbang sekolah, ketika seorang pria menyerangnya dengan pisau. Pelaku adalah pria Tiongkok berusia 44 tahun, yang ditangkap di tempat kejadian. Bocah yang terluka segera dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan darurat.

Menurut beberapa saksi mata, bocah tersebut mengalami beberapa luka tusukan di bagian perut dan paha, bahkan ususnya terlihat keluar, sebuah tindakan yang sungguh kejam.

Dilaporkan bahwa bocah korban bernama Shen, seorang anak blasteran, di mana ayahnya berkewarganegaraan Tiongkok dan ibunya berkewarganegaraan Jepang.

Hari kejadian bertepatan dengan peringatan Insiden 18 September dan warganet juga mengutuk bahwa pendidikan PKT yang bersifat indoktrinasi telah meracuni masyarakat, menanamkan kebencian sejarah yang mendalam di hati mereka, hingga memicu bencana ini.

Seorang warganet berkata: “Mereka bahkan tidak peduli dengan muka mereka sendiri, apalagi dengan reputasi.”

Warganet lain menambahkan: PKT “tidak akan pernah membiarkan orang-orang Tiongkok berhenti membenci orang-orang Jepang. Setiap kali PKT semakin menindas rakyat Tiongkok, mereka selalu mencari cara untuk mengalihkan perhatian dengan membuat rakyat Tiongkok membenci orang Jepang dan Amerika.”

Ada juga warganet yang berpendapat bahwa pembunuhan anak sekolah Jepang ini bukanlah yang terakhir. “Kementerian Luar Negeri saat ini belum mengutuk kejadian ini. Bahkan, media pemerintah juga belum memberikan kritik publik, sehingga perilaku ekstrem anti-Jepang ini pasti akan terus berlanjut. Karena kelompok ekstremis anti-Jepang dan anti-Amerika adalah basis utama PKT.”

Menjelang peringatan 18 September, sekelompok siswa di Shenzhen dengan marah menginjak-injak bendera Jepang. Warganet berkomentar bahwa sangat sulit untuk menghasilkan individu dengan pemikiran sehat di bawah pendidikan PKT.

Saat ini, laporan media daratan terkait kasus bocah Jepang yang tewas di Shenzhen telah dihapus. (hui)