Hizbullah Konfirmasi Pemimpinnya Hassan Nasrallah Tewas dalam Serangan Udara Israel

Katabella Roberts dan Simon Veazey

Hizbullah pada Sabtu (28/9/2024) mengonfirmasi bahwa Hassan Nasrallah—yang  memimpin kelompok  didukung Iran selama lebih dari tiga dekade—tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh Israel.

Militer Israel mengatakan bahwa Nasrallah tewas pada  Jumat yang disebut sebagai serangan udara terarah terhadap markas Hezbollah, yang berada di bawah bangunan perumahan di pinggiran Beirut.

“Padai Jumat, 27 September 2024, Hassan Nasrallah, pemimpin organisasi teroris Hizbullah dan salah satu pendirinya, dieliminasi oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), bersama dengan Ali Karki, Komandan Front Selatan Hezbollah, dan beberapa komandan Hezbollah lainnya,” kata IDF dalam sebuah pernyataan pada  Sabtu.

Pada usia 32 tahun, Hizbullah dengan suara bulat memilih Sayyed Hassan Nasrallah sebagai sekretaris jenderal pada 1992 untuk menggantikan Sayyed Abbas al-Musawi yang terbunuh dalam sebuah serangan roket dari helikopter tempur Israel di Lebanon selatan.

Dalam pernyataannya, IDF mengatakan bahwa selama masa kepimpinannya, “ia bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap banyak warga sipil dan tentara Israel, serta perencanaan dan pelaksanaan ribuan kegiatan teroris.”

“Dia bertanggung jawab untuk memerintahkan dan melaksanakan serangan teroris di seluruh dunia di mana warga sipil dari berbagai negara dibunuh,” demikian tambahan pernyataan itu.

Sebelumnya, IDF juga  mengumumkan bahwa mereka telah menewaskan dua anggota senior Hizbullah lainnya dalam serangan udara yang ditargetkan di Lebanon pada Jumat.

Muhammad Ali Ismail, komandan Unit Rudal Hizbullah di Lebanon selatan, dan wakilnya, Hussein Ahmad Ismail, “ dieliminasi ” selama serangan IAF yang tepat, demikian pernyataan IDF dalam sebuah pernyataan di X.

“Ali Ismail bertanggung jawab untuk mengarahkan sejumlah serangan teroris terhadap Negara Israel, termasuk penembakan roket ke wilayah Israel dan peluncuran rudal permukaan-ke-permukaan ke Israel tengah pada  Rabu,” kata IDF.

Hizbullah membantah pengumuman Israel mengenai kematian tersebut.

Serangan pada Jumat terhadap anggota senior  Hizbullah terjadi hanya beberapa hari setelah IDF mengatakan bahwa mereka telah menewaskan Ibrahim Muhammad Qabisi, kepala Pasukan Rudal dan Roket Hizbullah dalam sebuah serangan yang menargetkan daerah Dahieh, Beirut.

Komandan senior lainnya dari unit tersebut juga tewas dalam serangan yang ditargetkan, demikian  disampaikan oleh militer Israel.

Menurut IDF, Qabisi bergabung dengan Hizbullah pada 1980-an dan memegang beberapa peran militer yang cukup signifikan, termasuk sebagai perwira senior di Hizbullah dan komandan Unit Peluru Kendali.

Qabisi adalah “sumber pengetahuan signifikan di bidang rudal,” dan memiliki hubungan dekat dengan para pemimpin militer senior di Hizbullah, kata IDF.

Tidak jelas berapa banyak orang yang terluka atau terbunuh dalam serangan terhadap markas pusat Hizbullah dan Israel belum mengomentari jumlah korban tewas.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan enam orang tewas dan 91 lainnya terluka dalam beberapa serangan Israel pada Jumat. The Epoch Times tidak dapat memverifikasi angka-angka tersebut secara independen.

Pada  Senin, pihak berwenang Lebanon mengatakan serangan Israel menewaskan lebih dari 490 orang, termasuk sedikitnya 90 wanita dan anak-anak, dan melukai 1.600 lainnya.

Dalam sebuah pesan yang direkam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak warga sipil Lebanon agar mengindahkan seruan Israel untuk mengungsi, dengan mengatakan “anggap serius peringatan ini.”

“Tolong keluar dari bahaya sekarang,” kata Netanyahu. “Setelah operasi kami selesai, Anda dapat kembali dengan selamat ke rumah Anda.”

Serangan Jumat merupakan bagian dari serangan militer Israel  lebih luas yang menargetkan operasi Hizbullah. Serangan dilakukan kurang dari sejam setelah Netanyahu menyampaikan pidato di hadapan Majelis Umum PBB di New York City dan bertekad untuk terus memerangi Hizbullah hingga organisasi itu tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

Dalam pidatonya, pemimpin Israel ini juga membela serangan Israel ke Lebanon di tengah-tengah kekhawatiran bahwa serangannya terhadap Hizbullah, Hamas, dan Iran dapat meluas menjadi konflik regional yang lebih luas.

“Kita menghadapi musuh-musuh barbar yang ingin menghancurkan kita, dan kita harus mempertahankan diri dari para pembunuh barbar ini, [yang] tidak hanya ingin menghancurkan kita, tetapi juga menghancurkan peradaban kita bersama dan mengembalikan kita semua ke zaman kegelapan tirani dan teror,” kata Netanyahu.

“Israel memiliki hak untuk menghapus ancaman ini dan mengembalikan warga kami ke rumah mereka dengan aman,” kata Netanyahu.