Banjir Melanda Gurun Sahara, Air Muncul dari Bukit Pasir, Lebih dari 20 Orang Tewas

Baru-baru ini, badai langka menyebabkan banjir melanda beberapa bagian Gurun Sahara di tenggara Maroko, dengan air muncul dari bukit pasir dan menewaskan lebih dari 20 orang

Musim panas tahun ini, pemandangan menakjubkan terlihat di Gurun Sahara yang biasanya jarang hujan. Banjir akibat badai menerobos bukit pasir dan oasis, mengalir melalui benteng serta flora gurun, menciptakan laguna biru di antara pohon palem dan bukit pasir. Dilaporkan NTDTV.com, pada Senin (14/10/2024) menyebutkan hal ini memberikan jumlah air yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade di beberapa wilayah paling kering.

Pemerintah Maroko melaporkan bahwa banyak daerah biasanya menerima curah hujan tahunan kurang dari 250 milimeter, namun hujan selama dua hari berturut-turut pada  September melebihi angka tersebut, dengan beberapa daerah mengalami banjir besar yang jarang terjadi. Desa Tagounite, sekitar 450 kilometer selatan ibu kota Rabat, adalah yang paling parah terdampak, dengan curah hujan lebih dari 100 milimeter dalam waktu 24 jam.

Citra satelit NASA menunjukkan banjir telah memenuhi Danau Iriki yang sudah kering selama 50 tahun, dengan pemandangan air muncul dari bukit pasir di beberapa tempat, bahkan daerah yang kering terendam banjir.

Di negara tetangga Aljazair, danau asin M’Zab juga jarang dipenuhi air, dan antara tahun 2000 hingga 2021 hanya terisi penuh sebanyak enam kali.

Di Maroko dan Aljazair, banjir akibat hujan deras ini telah menewaskan lebih dari 20 orang, merusak panen dan pemerintah mengalokasikan dana darurat untuk mengucurkan bantuan.

Kepala Badan Meteorologi Maroko, Houssin Youabbeb, menyatakan, “Sudah 30-50 tahun sejak kami mengalami hujan sebanyak ini dalam waktu singkat.” Ia menambahkan bahwa curah hujan langka ini dapat mengubah pola cuaca  bahkan tahun mendatang, karena peningkatan kelembaban di udara bisa memicu lebih banyak badai.

Sebagian besar wilayah Maroko telah mengalami kekeringan selama enam tahun berturut-turut, memaksa para petani untuk bera dan membatasi pasokan air ke kota-kota dan desa-desa. Hujan lebat yang jarang terjadi telah membantu mengisi kembali permukaan air tanah di gurun, tetapi tidak dapat dipastikan seberapa besar pengaruhnya dalam mengurangi kekeringan. (Hui)