Dua Perusahaan Tiongkok Dijatuhi Sanksi karena Membantu Rusia Memproduksi Drone Perang

Lin Yan

Pada Kamis (17/10/2024), Amerika Serikat mengumumkan sanksi terhadap dua produsen mesin dan suku cadang drone asal Tiongkok, yang disebut telah membantu Rusia secara langsung memproduksi drone serangan jarak jauh yang digunakan dalam perang Ukraina.

Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya AS menjatuhkan sanksi terhadap entitas Tiongkok yang bekerja sama dengan perusahaan Rusia dalam pengembangan dan produksi sistem senjata lengkap. Sebelumnya, AS telah memberlakukan sanksi terhadap entitas Tiongkok yang menyediakan komponen penting bagi industri militer Rusia.

AS mengumumkan sanksi terhadap perusahaan produsen mesin drone Xiamen Limbach Aircraft Engine Company dan Redlepus Vector Industry Shenzhen Co Ltd.

Menurut pernyataan dari Departemen Keuangan, anak perusahaan dari perusahaan senjata milik negara Rusia Almaz-Antey, yakni IEMZ Kupol, bertanggung jawab mengoordinasikan produksi drone seri Garpiya di pabrik-pabrik Tiongkok, kemudian mengirimkan drone tersebut ke Rusia.

Perusahaan Xiamen Limbach Aircraft Engine Company, yang berbasis di Tiongkok, memproduksi mesin L550E yang digunakan dalam drone Garpiya.

Sementara itu, Redlepus Vector Industry Shenzhen Co Ltd yang juga beroperasi di Tiongkok bekerja sama dengan perusahaan pertahanan Rusia, TSK Vektor OOO (TSK Vektor), yang bertindak sebagai perantara antara Kupol dan pemasok Tiongkok untuk proyek Garpiya Rusia.

Selain itu, sejak awal tahun 2024, TSK Vektor telah mengimpor sejumlah besar barang dari Redlepus Vector ke Rusia, termasuk komponen elektronik dan mekanik untuk drone, seperti mesin pesawat, suku cadang untuk perangkat pemrosesan data otomatis, dan komponen listrik. Redlepus Vector sebelumnya bekerja sama dengan Kupol dan TSK Vektor dalam mendirikan pusat penelitian dan produksi drone bersama.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa drone serangan jarak jauh seri Garpiya milik Rusia “dirancang dan diproduksi melalui kerja sama antara Republik Rakyat Tiongkok ( Partai Komunis Tiongkok) dan perusahaan pertahanan Rusia. Selama perang Ukraina, drone ini digunakan untuk menghancurkan infrastruktur penting dan menyebabkan banyak korban jiwa.”

Beijing mengklaim bahwa pihaknya tidak menyediakan senjata kepada pihak manapun dalam konflik Ukraina atau Rusia, serta membela perdagangan antara Tiongkok dan Rusia.

Menurut laporan Associated Press, seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan bahwa sebelumnya AS telah menuduh Beijing memberikan dukungan material kepada pangkalan industri militer Rusia untuk mempertahankan perang Rusia terhadap Ukraina. Putaran sanksi terbaru dari AS ditujukan untuk menindak “aktivitas langsung” antara Tiongkok dan Rusia.

Pejabat pemerintah menegaskan bahwa Beijing seharusnya mengetahui bahwa entitas Rusia, TSK Vektor, adalah “aktor bermasalah.”

Mereka menyebutkan bahwa dua perusahaan Tiongkok ini telah bekerja sama dengan Rusia dalam mengembangkan drone serangan jarak jauh sejak awal tahun ini.

Pemerintah AS juga mengumumkan sanksi terhadap Artem Mikhailovich Yamshchikov, pemilik sebenarnya dari TSK Vektor, serta entitas Rusia TD Vector yang membantu dalam pengiriman drone.

Pada September, Reuters mengutip sumber-sumber intelijen Eropa anonim yang mengungkapkan adanya kerja sama antara Tiongkok dan Rusia dalam pengembangan drone militer. (jhon)