EtIndonesia. Komando Sentral Amerika Serikat mengumumkan bahwa pesawat pengebom jarak jauh B-52 Stratofortress telah tiba di kawasan Timur Tengah sebagai bagian dari peningkatan kekuatan militer AS di wilayah tersebut. Langkah ini diambil sehari setelah Washington memperingatkan Iran tentang pengiriman tambahan armada bomber, jet tempur, pesawat tanker, serta kapal perusak ke kawasan ini, sebagai sinyal kesiagaan AS terhadap ancaman potensial.
Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS, Mayor Jenderal Patrick Ryder, kedatangan armada B-52 dan penambahan kekuatan tempur lainnya adalah langkah antisipatif.
“Jika Iran atau sekutunya mengambil tindakan yang mengancam personel atau kepentingan AS di Timur Tengah, AS akan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi personelnya,” kata Ryder.
Israel Serang Iran, Khamenei Berjanji Membalas
Ketegangan di Timur Tengah kian memanas sejak serangan yang dilancarkan Israel pada 26 Oktober 2024, menargetkan berbagai infrastruktur militer di Iran. Meski menghindari serangan terhadap fasilitas nuklir dan minyak utama, aksi ini memicu reaksi keras dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang bersumpah akan membalas serangan tersebut.
Laporan dari situs berita Axios menyebutkan bahwa Amerika Serikat baru-baru ini memperingatkan Iran agar tidak melancarkan serangan balasan terhadap Israel. AS menegaskan bahwa jika Iran menyerang, Washington mungkin tidak dapat mengendalikan tindakan Israel. Intelijen Israel juga menunjukkan bahwa Iran berencana untuk melancarkan serangan dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang, mungkin sebelum pemilu presiden AS pada 5 November.
Profil B-52: Pengebom Strategis Andalan AS Sejak 1960
Pesawat B-52 Stratofortress, yang diproduksi oleh Boeing sejak tahun 1960, telah menjadi simbol kekuatan udara strategis AS selama lebih dari enam dekade. Pengebom ini mampu terbang pada ketinggian 50.000 kaki dengan kecepatan 650 mil/jam dan membawa hingga 70.000 pon bom, termasuk bom konvensional dan hingga 32 rudal jelajah dengan hulu ledak nuklir. Pesawat ini juga dilengkapi dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara, yang memungkinkan jangkauan operasi tanpa batas.
B-52 telah memainkan peran penting dalam berbagai konflik besar. Dalam Perang Vietnam, pesawat ini menghancurkan target strategis di Hanoi dan pelabuhan utama Haiphong, menjadikannya operasi strategis terbesar yang pernah dilakukan Angkatan Udara AS sejak Perang Dunia II. Selama perang ini, B-52 melakukan lebih dari 126.000 misi dengan total bom yang dijatuhkan mencapai 2,5 juta ton—hampir setengah dari total bom yang digunakan AS di Vietnam.
Pada Perang Teluk, B-52 yang berpangkalan di Arab Saudi melakukan serangan masif terhadap pasukan Irak, yang berujung pada penyerahan tanpa syarat oleh Saddam Hussein. Pada konflik di Kosovo, B-52 dan pesawat siluman B-2 berhasil memaksa pasukan Slobodan Milosevic menghentikan genosida di Kosovo.
Simbol Kekuatan Global: B-52 Dalam Persepsi Dunia
Tidak hanya di AS, B-52 juga memiliki citra yang kuat di negara lain, termasuk Tiongkok. Pasca jatuhnya Lin Biao, terungkap bahwa kelompok di Angkatan Udara Tiongkok, termasuk putra Lin, Lin Liguo, menggunakan istilah “B-52” sebagai metafora untuk menggambarkan kekuatan destruktif Mao Zedong yang sulit dihadapi.
Kolonel Schultz, seorang pilot B-52 dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, menggambarkan pesawat ini sebagai “simbol kekuatan Angkatan Udara AS.”
Sementara itu, Kapten McKibber dari Pangkalan Udara Barksdale menyatakan: “B-52 adalah lambang kekuatan AS; di mana pun kami berada, keberadaan kami akan diperhatikan.”
Kolonel Walde, seorang veteran Perang Teluk pertama, menambahkan bahwa B-52 memiliki ketahanan luar biasa. “Meskipun penampilannya mungkin kurang menarik, B-52 adalah pesawat yang andal dan efektif,” ujarnya.
Perkuat Pertahanan, Taiwan Terima Sistem Rudal Canggih dari AS
Dalam perkembangan terkait di kawasan Asia-Pasifik, Taiwan diperkirakan akan menerima berbagai sistem persenjataan baru dari Amerika Serikat. Senjata-senjata ini telah teruji di medan perang Ukraina dan diperkirakan akan memperkuat pertahanan Taiwan di tengah meningkatnya tekanan militer dari Tiongkok. Media internasional melaporkan bahwa AS akan memasok Taiwan dengan tiga sistem rudal permukaan-ke-udara NASAMS senilai sekitar 2 miliar dolar. Sistem pertahanan ini, yang telah terbukti efektif di Ukraina, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan Taiwan dalam menghadapi potensi serangan dari Tiongkok.
Insiden Pelanggaran Wilayah Udara Jepang oleh Tiongkok
Tensi di Asia Timur juga memanas setelah sebuah pesawat militer Tiongkok memasuki wilayah udara Jepang sekitar dua bulan lalu. Jepang telah menyampaikan protes resmi atas insiden ini, namun Tiongkok menanggapi dengan menyebutkan “gangguan yang tidak terduga” sebagai alasan pelanggaran tersebut. Ini merupakan kali pertama Tiongkok memberikan penjelasan terkait pelanggaran wilayah udara Jepang.
Kedatangan B-52 di Timur Tengah dan meningkatnya kehadiran militer AS, bersamaan dengan eskalasi ketegangan di Asia Timur, menunjukkan dinamika geopolitik yang semakin kompleks di tengah berbagai ancaman dan respons militer.