EtIndonesia. The Korea Herald melaporkan bahwa mereka berhasil memperoleh rincian perjanjian antara Korea Utara dan Rusia yang tercapai sebelum pengiriman tentara Korea Utara ke medan perang di Ukraina. Berdasarkan dokumen tersebut, selain memberikan gaji bulanan sebesar 2.000 dolarĀ kepada setiap prajurit Korea Utara, Rusia juga berjanji untuk menyediakan 600.000 hingga 700.000 ton beras setiap tahun. Bantuan pangan ini dianggap krusial untuk membantu Korea Utara mengatasi krisis kekurangan makanan yang parah. Di samping itu, Rusia berjanji memberikan teknologi luar angkasa yang akan memperkuat kemampuan roket jarak jauh Korea Utara.
Yang paling mengundang perhatian adalah janji Rusia untuk membantu militer Korea Utara jika terjadi konflik dengan Korea Selatan. Jaminan ini diduga menjadi motivasi utama Kim Jong-un untuk mengirimkan ribuan tentara yang minim pengalaman dalam medan perang datar Ukraina.
Tindakan Strategis Kim Jong-un di Tengah Krisis Pangan dan Politik
Langkah Kim Jong-un ini mengindikasikan strategi yang berorientasi pada kepentingan pribadi dan pemerintahan. Bagi Kim, pengiriman ribuan prajurit Korea Utara bukanlah upaya membela Rusia dalam āperang melawan fasismeā atau āmelindungi tanah airā. Sebaliknya, tindakan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan mempertahankan kestabilan politik di tengah ancaman kelaparan. Rusia pun telah memberi jaminan perlindungan militer jika Korea Utara membutuhkan bantuan dalam menghadapi Korea Selatan di masa mendatang.
Nasib Tentara Korea Utara di Medan Perang Ukraina
Namun, kenyataannya di medan perang Ukraina cukup tragis. Dalam pertempuran awal di garis depan Kursk, tentara Korea Utara dilaporkan mengalami kekalahan besar, dengan 39 dari 40 tentara tewas. Satu-satunya tentara yang selamat pun ditawan oleh militer Ukraina. Setelah insiden ini, Arman, perwakilan organisasi kemanusiaan Lithuania, Blue Yellow, mengungkapkan bahwa kesalahan artileri Rusia mungkin menjadi penyebab kematian sebagian besar tentara Korea Utara.
Strategi Rusia yang Mengorbankan Prajurit Asing
Menurut Arman, meskipun artileri biasanya berhenti menembak selama kontak dekat untuk menghindari serangan keliru, tentara Korea Utara tampaknya sengaja digunakan sebagai āumpanā oleh militer Rusia. Ini terlihat dari minimnya dukungan yang diberikan kepada pasukan Korea Utara dan diposisikan di garis depan. Bahkan, dalam sebuah video yang beredar, terlihat tiga kendaraan lapis baja Rusia yang mendekati posisi Ukraina, menurunkan tentara Korea Utara tanpa perlindungan atau dukungan, lalu segera pergi.
Pengamat militer menilai bahwa tentara Korea Utara yang baru tiba di Ukraina tampak kebingungan dan kurang terlatih dalam taktik tempur bersama. Video tersebut memperlihatkan para tentara yang berlindung di sekitar kendaraan lapis baja tanpa tujuan jelas, menandakan lemahnya koordinasi antara militer Korea Utara dan Rusia. Hal ini menunjukkan bahwa Rusia tidak menganggap tentara Korea Utara sebagai sekutu yang memiliki nilai dalam medan pertempuran.
Tentara Bayaran Asing: Meriam Hidup yang Tak Terbayar
Tidak hanya tentara Korea Utara yang merasakan ketidakadilan ini. Xishai, seorang tentara bayaran asal Tiongkok yang bertempur di Ukraina, menyampaikan rasa frustrasinya dalam siaran langsung. Dia menyebut bahwa banyak tentara bayaran terluka atau tewas di garis depan, sementara gaji yang dijanjikan belum sepenuhnya dibayarkan. Xishai bahkan menyatakan bahwa para tentara hanya dijadikan āumpan meriamā dan gaji yang dijanjikan belum sepenuhnya direalisasikan.
Dinamika Konflik Timur Tengah: Penangkapan Agen dan Serangan Presisi Israel
Dalam perkembangan yang terkait, Israel mengubah strategi militernya dari serangan presisi tanpa jejak menjadi penangkapan target penting. Pada 3 November 2024, Israel merilis video penangkapan Ali Suleiman Assi, agen Iran yang berperan dalam mengoordinasikan pengiriman senjata antara Suriah dan Hizbullah di Lebanon. Setelah penangkapan ini, Israel terus melakukan serangan presisi terhadap pangkalan Hizbullah, sebagai bagian dari upaya mencegah penyebaran konflik lebih lanjut.
Serangan Hamas dan Pembalasan Israel
Dalam serangkaian serangan balasan, Israel memburu anggota Hamas yang terlibat dalam serangan teror pada Oktober lalu. Tiga anggota Hamas yang terlibat dalam insiden tersebut berhasil ditemukan dan dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza. Insiden ini menambah panjang deretan konflik yang semakin mengacaukan stabilitas di wilayah tersebut.
Kesimpulan
Berbagai laporan ini mengungkap kompleksitas konflik yang semakin melibatkan banyak negara di medan perang Ukraina dan Timur Tengah. Dengan adanya kesepakatan yang diduga tercapai antara Korea Utara dan Rusia serta ketegangan di Timur Tengah, dunia internasional menghadapi tantangan diplomatik yang semakin rumit. Di tengah ketegangan ini, nyawa para prajurit dan tentara bayaran menjadi taruhan dari kepentingan politik yang lebih besar.