Darah di Dua Kota: Eskalasi Konflik Israel-Hizbullah Membawa Korban Jiwa di Beirut dan Tel Aviv

EtIndonesia. Ketegangan antara pasukan Israel dan kelompok militan Hizbullah di Lebanon semakin memanas, dengan serangkaian serangan yang menewaskan warga sipil dan memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi lebih lanjut.

Pada serangan terbaru yang dilakukan oleh pasukan Israel, lima orang tewas di pusat kota Beirut. Serangan ini merupakan bagian dari operasi militer berkelanjutan Israel di Lebanon selatan, yang ditujukan untuk melemahkan posisi Hizbullah. Sementara itu, Hizbullah membalas dengan meluncurkan salah satu roket mereka yang mengenai wilayah Tel Aviv, Israel. Serangan roket tersebut menewaskan satu orang dan melukai enam lainnya, menambah daftar korban yang terus bertambah akibat konflik ini.

Meskipun ketegangan masih tinggi, Pemerintah Lebanon dan pimpinan Hizbullah telah menyatakan kesediaan untuk menerima usulan gencatan senjata. Menurut pejabat senior Lebanon, mereka telah menanggapi usulan yang diajukan oleh Amerika Serikat dengan memberikan tanggapan tertulis. Usulan gencatan senjata tersebut mengharuskan pelaksanaan penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1701, yang menyerukan Hizbullah untuk melepaskan senjata berat mereka dan menyerahkan pengawasan wilayah perbatasan kepada pasukan Pemerintah Lebanon setelah penarikan pasukan Israel dari selatan negara tersebut.

Utusan khusus AS, Amos Hochstein, tiba di Beirut pada 19 November 2024 untuk memimpin negosiasi terakhir terkait kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah. Dalam pernyataannya setelah pertemuan, Hosseini menyebutkan bahwa pembicaraan dengan Ketua Parlemen Lebanon sangat konstruktif dan merupakan kesempatan nyata untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama antara Hizbullah yang didukung Iran dan Israel. Namun, dia juga menekankan bahwa keputusan akhir untuk mengakhiri konflik ini tetap berada di tangan semua pihak terkait.

Menurut laporan dari Middle East News, Iran mendorong Hizbullah untuk menerima usulan gencatan senjata tersebut dengan alasan situasi di Lebanon yang semakin serius. Menteri Luar Negeri Iran,Dr. Seyed Abbas Araghchi, juga menyatakan bahwa Iran akan melaksanakan rencana balasan yang dinamakan “Real Commitment 3” terhadap Israel pada waktu yang tepat. Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya di Knesset, Yerusalem, menegaskan bahwa meskipun kesepakatan gencatan senjata tercapai, Israel akan tetap melakukan tindakan balasan terhadap Hizbullah. Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak akan membiarkan Hizbullah kembali ke kondisi sebelum serangan pada 6 Oktober 2024.

Pada tanggal 19 November 2024, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa mereka telah menewaskan komandan roket menengah Hizbullah dalam serangan udara di selatan Lebanon pada tanggal 18 November. Komandan sebelumnya juga terbunuh dalam serangan IDF dan menggantikan komandan sebelumnya yang bertanggung jawab atas peluncuran lebih dari 300 roket ke berbagai wilayah di Israel, termasuk Haifa dan wilayah tengah.

Meskipun tampaknya kesepakatan gencatan senjata akan tercapai, masalah sandera antara Israel dan Hamas masih belum terselesaikan. 

Berdasarkan informasi dari akun X Israel Warzone, masih ada 95 sandera yang ditahan oleh Hamas. Untuk menyelamatkan sisa sandera tersebut, Netanyahu meningkatkan hadiah secara signifikan, mengumumkan bahwa setiap orang di Gaza yang membantu Israel menyelamatkan satu sandera akan menerima hadiah sebesar 5 juta dolar AS. Selain itu, Netanyahu juga mengajak untuk membangun sistem penghargaan bagi informasi yang dapat dipercaya dan mendesak penduduk Gaza untuk menyebarkan informasi ini secara luas.

Dalam pidatonya di parlemen Israel pada 18 November 2024, Netanyahu juga mengonfirmasi bahwa respons Israel terhadap serangan rudal balistik Iran bulan lalu sebenarnya ditujukan untuk menargetkan program nuklir Iran. Meskipun sebelumnya Amerika Serikat mendesak Israel untuk menghindari serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, Netanyahu mengungkapkan bahwa selama serangan udara pada Oktober, IDF menghancurkan tiga sistem pertahanan rudal S-300 yang disediakan oleh Rusia dan merusak kemampuan produksi rudal balistik Iran, termasuk kemampuan bahan bakar padat. Dia berjanji untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir, meskipun jalur Iran untuk memperoleh senjata nuklir belum sepenuhnya ditutup.

Presiden AS, Joe Biden, sebelumnya pernah menyatakan bahwa Israel seharusnya tidak menyerang program nuklir Iran sebagai respons terhadap serangan rudal balistik bulan Oktober. Awalnya, Israel menyatakan bahwa target serangan mereka terbatas pada basis militer dan rudal Iran. Namun, seperti yang dikemukakan presiden terpipih AS Donald Trump selama kampanye, Israel sering kali berhasil dalam perang dengan mengabaikan permintaan dari pemerintah Biden-Harris. Trump menyatakan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai respons adalah hal yang perlu dilakukan, dan saat ini dia sedang membentuk tim pendukung Israel yang kuat. Diperkirakan pemerintahan baru Trump akan lebih mendukung Israel dibandingkan pemerintahan Biden saat ini.

Konflik yang terus berlanjut ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Masyarakat internasional masih memantau perkembangan situasi ini dengan cermat, berharap bahwa negosiasi gencatan senjata dapat segera membawa perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.