Eskalasikan ke Nuklir? Putin Mengancam, Ukraina Luncurkan Rudal Balasan yang Menakutkan

EtIndonesia.Ketegangan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin mencapai puncaknya dalam beberapa hari terakhir, memicu serangkaian serangan rudal dan ancaman penggunaan senjata nuklir yang mengkhawatirkan dunia internasional.

Ancaman Nuklir dari Putin

Konfrontasi dimulai ketika Putin mengeluarkan pernyataan keras: “Jika kamu berani menggunakan rudal Barat untuk menyerang saya, saya akan melemparkan rudal nuklir.”

Sebelum ancaman tersebut selesai diucapkan, pasukan Ukraina segera merespons dengan meluncurkan delapan rudal taktis Angkatan Darat buatan Amerika Serikat untuk menyerang gudang senjata di wilayah Rusia. Respons cepat ini menunjukkan intensitas konflik yang tengah berlangsung.

Serangan Rudal Ukraina terhadap Rusia

Tak hanya berhenti di situ, pasukan Ukraina kemudian meluncurkan dua belas rudal jelajah Storm Shadow yang dikembangkan oleh Inggris dan Prancis ke berbagai target di Rusia. Salah satu serangan paling signifikan mengenai perkebunan Baratinsky di Kursk, yang sebelumnya merupakan resor kesehatan tingkat tinggi di bawah kendali Putin. Perkebunan tersebut kini menjadi lokasi pusat komunikasi militer dan markas komando bawah tanah yang dipimpin oleh seorang jenderal pasukan Korea Utara.

Rudal Storm Shadow memiliki kemampuan penetrasi tinggi, mampu menembus beton setebal lebih dari tiga meter dan lapisan tanah hampir sepuluh meter. Video rekaman menunjukkan ledakan besar dari serangan ini, menandai serangan mendalam terhadap infrastruktur militer Rusia.

Respons Rusia: Peluncuran Rudal Balistik Antarbenua

Pada pagi hari tanggal 21 November, Rusia merespons serangan Ukraina dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua 2S26 Boundary dari Astrakhan menuju pabrik mesin di Ternopil, Ukraina. Rudal ini, yang dapat menjangkau target hingga 6.000 kilometer, dilengkapi dengan hulu ledak hipersonik berpresisi tinggi. Namun, kali ini Rusia memilih menggunakan enam hulu ledak peledak konvensional, bukan hulu ledak nuklir.

Penggunaan rudal ini menandai kali pertama Rusia menggunakan rudal balistik antarbenua dalam pertempuran nyata, menunjukkan eskalasi serius dalam konflik ini. Sistem pertahanan rudal Patriot yang dimiliki Ukraina tidak mampu menghentikan rudal balistik antarbenua, mengingat sistem ini dirancang untuk rudal dengan ketinggian rendah. Alternatif seperti sistem THAAD Amerika Serikat, yang dapat menangani rudal ketinggian tinggi, belum tersedia bagi Ukraina.

Implikasi Global dan Potensi Nuklir

Ancaman Putin untuk menggunakan senjata nuklir menimbulkan kekhawatiran global. Meskipun Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov, menegaskan bahwa Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir, analis militer memperingatkan bahwa penggunaan senjata nuklir oleh Rusia akan menghadapi balasan yang menghancurkan dari Amerika Serikat dan NATO, mengingat kekuatan nuklir kedua belah pihak. 

Distribusi penduduk Rusia yang terkonsentrasi di Moskow dan St. Petersburg membuat ancaman tersebut semakin berbahaya, karena kedua wilayah ini menjadi target utama jika senjata nuklir digunakan.

Upaya Perdamaian dan Tanggapan Ukraina

Menyikapi eskalasi ini, Putin menyatakan kesediaannya untuk mengakhiri perang dan mencapai kesepakatan perdamaian. Rencana perdamaian yang diusulkan oleh Putin mencakup tiga aspek utama:

  1. Pembekuan konflik di garis depan dengan Rusia mempertahankan sebagian besar wilayah yang dikuasai, namun melepaskan wilayah yang diduduki di utara dan selatan Ukraina.
  2. Ukraina tidak bergabung dengan NATO dan membatasi ukuran militernya.
  3. Penandatanganan perjanjian baru yang memberikan jaminan keamanan dari negara-negara Barat untuk Ukraina.

Namun, banyak pihak skeptis terhadap realisme rencana perdamaian ini, mengingat kondisi ekonomi Rusia yang menurun dan posisi impas yang dihadapi kedua belah pihak di medan perang.

Dukungan Amerika Serikat dan Perubahan Strategi Senjata Ukraina

Sebagai respons terhadap serangan Rusia, Amerika Serikat mencabut pembatasan penggunaan ranjau infanteri oleh pasukan Ukraina pada tanggal 20 November. Ranjau infanteri non-persisten yang diberikan Amerika Serikat dilengkapi dengan seismik elektronik yang akan otomatis tidak aktif setelah waktu tertentu, mengurangi risiko dampak jangka panjang bagi warga sipil.

Ranjau infanteri ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pertahanan Ukraina di garis depan, menghambat kemajuan pasukan Rusia yang bergantung pada serangan darat.

Spekulasi Pengiriman Senjata Nuklir kepada Ukraina

Dalam perkembangan yang mengejutkan, Daily Mail Inggris melaporkan bahwa presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mungkin akan memberikan senjata nuklir kepada Ukraina sebagai cara sekali jadi untuk menyelesaikan perang. Jika benar, langkah ini akan mengubah dinamika konflik secara drastis, namun hingga kini belum ada konfirmasi resmi mengenai kebenaran laporan tersebut.

Kondisi di Gaza dan Amerika Serikat

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tampil di pantai Gaza dengan rompi anti peluru dan mengumumkan rencana serangan selanjutnya yang lebih keras, serta menawarkan hadiah sebesar 5 juta dolar AS. 

Di Amerika Serikat, Gubernur Texas mengeluarkan tiga perintah penangkapan terhadap pengaruhTiongkok di negara tersebut, menambah lapisan kompleksitas geopolitik yang tengah berlangsung.

Kesimpulan

Konflik antara Rusia dan Ukraina menunjukkan eskalasi yang semakin mematikan dengan keterlibatan senjata canggih dan ancaman nuklir. Upaya perdamaian masih terlihat jauh dari kenyataan, sementara dukungan internasional dan perubahan strategi militer menambah dinamika perang yang kompleks. Dunia internasional terus memantau perkembangan ini dengan kekhawatiran akan dampak global yang lebih luas.