Perkembangan terkini yang mengguncang situasi politik dan militer di Timur Tengah, pasukan pemberontak Suriah berhasil merebut kota Aleppo dalam waktu 48 jam. Keberhasilan ini ditandai dengan penguasaan 31 tank, 20 kendaraan tempur infanteri, dan 17 mortir oleh kelompok pemberontak. Pada 30 November, pasukan tersebut secara penuh menguasai kota penting tersebut, yang sebelumnya menjadi pusat kekuasaan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Lokasi Strategis Aleppo
Aleppo terletak di wilayah Suriah yang dikelilingi oleh beberapa negara tetangga. Menurut peta yang ditampilkan, Suriah berada di bawah Israel, kemudian Lebanon, dengan Turkiye sangat berdekatan di utara. Irak dan Iran juga berbatasan dengan Suriah di sisi lain. Ibukota Suriah, Damaskus, berada di bagian selatan negara tersebut. Letak strategis Aleppo menjadikannya sasaran penting dalam konflik yang tengah berlangsung.
Motivasi Pemberontakan
Pemberontakan baru-baru ini dipicu oleh ketidakstabilan yang dialami oleh dua pilar utama pemerintah Assad: dukungan dari Rusia dan Partai Pearl dari Lebanon. Kedua entitas ini mengalami tekanan internal dan eksternal, termasuk dari Israel, yang menyebabkan kesempatan bagi pasukan pemberontak untuk melakukan serangan.
Kekuatan Pasukan Pemberontak
Kekuatan utama pasukan pemberontak terdiri dari kelompok bersenjata dari aliran Islam lain, khususnya Hayat Tahrir Al Sham (HTS) yang selalu mendapatkan dukungan dari Turkiye. Konflik ini dapat dipahami sebagai perebutan kekuasaan antara dua aliran Islam di Suriah, di mana kedua belah pihak berusaha mengukuhkan dominasi mereka melalui dukungan dari negara-negara agen masing-masing.
Kejadian Misterius dan Reaksi Pemerintah
Sebelum serangan pemberontak, terjadi insiden yang membuat Presiden Assad merasa terancam. Tidak diketahui pelakunya, terjadi ledakan pada puluhan unit pesawat BB dan walkie-talkie di kalangan perwira militer pemerintah Suriah. Metode ini mirip dengan taktik yang pernah digunakan oleh Mossad Israel terhadap Hizbullah.
Pada saat insiden tersebut, Presiden Assad bersama keluarganya dilaporkan berada di Moskow, tinggal di Hotel Four Seasons di Okhotny Ryad Street. Keberadaan mereka di Rusia menimbulkan spekulasi apakah mereka sedang mencari perlindungan atau melakukan negosiasi rahasia.
Serangan Simbolik dan Pembebasan Tahanan
Pasukan pemberontak tidak hanya merebut Aleppo, tetapi juga melakukan aksi simbolik dengan merobek potret Presiden Assad. Aksi ini mencerminkan penolakan total terhadap rezim Assad oleh warga Aleppo. Setelah merebut kota, pemberontak membuka pintu penjara dan membebaskan tahanan, yang dengan antusias menyambut para tentara pembebasan, bahkan memeluk dan berciuman sebagai tanda kebebasan.
Penarikan Komandan Iran dan Mundurnya Rusia
Laporan terbaru menyebutkan bahwa pasukan pemberontak berhasil membunuh komandan tim penasihat Iran di Aleppo, memaksa Rusia untuk segera mundur. Pada 30 November 2024, beberapa perwira tinggi Rusia dilaporkan melarikan diri dari Suriah menggunakan pesawat angkut. Banyak dari mereka adalah perwira yang sebelumnya terlibat dalam perang Rusia-Ukraina dan kini diasingkan ke Suriah.
Meskipun Presiden Vladimir Putin sibuk di Ukraina, pejabat pemerintah Suriah berharap bantuan militer dari Rusia dapat tiba dalam tiga hari. Namun, dengan serangan pemberontak yang intens, bantuan tersebut diperkirakan tidak akan cukup.
Kontradiksi Laporan Media Suriah
Stasiun televisi nasional Suriah melaporkan adegan perayaan warga di Aleppo yang baru direbut, menimbulkan kebingungan mengenai pihak mana yang sebenarnya didukung oleh media pemerintah. Konflik di Suriah melibatkan berbagai negara dan organisasi, membuat situasi semakin kompleks dan kacau.
Keterlibatan Militer Internasional
Pasukan pemberontak yang berhasil merebut Aleppo juga terdiri dari tentara dari organisasi Uyghur yang berjanji membangun negara East Turkestan di Xinjiang. Selain itu, pada l 30 November 2024, militer Amerika Serikat melakukan serangan udara di daerah Der Zel, timur Suriah, mendukung kelompok bersenjata pro-Iran yang diklaim membantu militan Kurdi di sana.
Konflik sebagai Permainan Catur Global
Para pengamat mengamati bahwa dua perang terbesar di dunia saat ini tidak lagi merupakan konflik lokal, melainkan seperti permainan catur besar yang melibatkan hampir semua negara utama di dunia. Kejatuhan keluarga Assad, yang telah lama memerintah Timur Tengah, serta deklarasi dukungan penuh pasukan pemberontak Suriah terhadap Ukraina setelah menggulingkan rezim Assad, menunjukkan dinamika baru dalam geopolitik global.
Pernyataan Kontroversial Presiden Ukraina Zelensky
Pada 29 November 2024, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menerima wawancara dari Sky News Inggris, yang menghebohkan dunia dengan kemungkinan gencatan senjata. Zelenskyy menyatakan kesediaannya untuk menerima gencatan senjata sementara dengan syarat wilayah yang dikontrol Ukraina berada di bawah perlindungan NATO, dan wilayah yang diduduki Rusia akan diselesaikan melalui negosiasi diplomatik. Pernyataan ini mendapat berbagai tanggapan, termasuk dukungan dari mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang menyerukan pengiriman pasukan perdamaian NATO ke Ukraina.
Namun, ada kekhawatiran bahwa pernyataan ini bisa diartikan sebagai penyerahan wilayah oleh Ukraina untuk mencapai perdamaian. Zelenskyy juga mengungkapkan tantangan utama Ukraina, yaitu kekurangan peralatan militer, bukan hanya masalah personel, serta ketidakcukupan dukungan militer yang dijanjikan oleh NATO dan negara-negara Barat.
Peran Komandan Baru Angkatan Darat Ukraina
Zelenskyy baru saja menunjuk komandan baru Angkatan Darat Ukraina, Mayor Jenderal Mykhailo Drapatyi yang terkenal berperan penting dalam serangan besar di Kherson pada tahun 2022 dan pertempuran sengit di Vovchansk tahun ini. Drapatyi dikenal berani dan strategis, menunjukkan kesiapan Ukraina untuk melanjutkan perjuangan meskipun menghadapi tekanan internasional.
Dilema dan Masa Depan Konflik
Dengan berjalannya waktu, konflik di Suriah dan Ukraina menunjukkan bahwa perang modern kini melibatkan banyak pihak dan kepentingan strategis global. Masa depan Ukraina dan Suriah masih sangat tidak pasti, tergantung pada dinamika dukungan internasional dan strategi masing-masing pihak dalam konflik yang terus berkembang ini.
Kesimpulan
Penguasaan kota Aleppo oleh pasukan pemberontak Suriah dalam waktu singkat menandai babak baru dalam konflik yang telah lama melanda wilayah tersebut. Dengan keterlibatan berbagai negara dan kelompok bersenjata, serta pernyataan kontroversial dari Presiden Zelenskyy, situasi di Timur Tengah dan Eropa Timur tetap tidak menentu. Dunia kini menyaksikan bagaimana konflik lokal ini berkembang menjadi isu geopolitik global dengan implikasi yang luas. (Kyr)
Sumber : berbagai sumber